Bertemu yang dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun
Alunan budaya Jawa bernafaskan Islam, menjadikan kita suami isteri
Melalui pasang surut kehidupan, penuh dengan kenangan manis
Membangun Keluarga Sejahtera, Damai dan Tenteram, Keluarga Sakinah
Geliat perfilman
Indonesia kian marak dengan hadirnya film-film berkualitas yang dihasilkan oleh
para sineas muda Indonesia. Setelah baru-baru ini kita dibuat kagum oleh aksi
Iko Uwais, Joe Taslim dalam film The Raid dan Ario Bayu, Wulan Guritno dalam
Film Dilemma. Di mana kedua film ini memenangkan beberapa penghargaan
seperti Festival Film Cannes dan masuknya The Raid sebagai 20 Film terlaris di
Amerika. Kini dalam tiga pekan ini ada dua film yang masuk kedalam jajaran film
Box Office Indonesia dengan menyedot hampir tiga juta penonton yang terhibur
dengan hasil sineas muda kita. 5 CM dan Habibie & Ainun adalah
kedua film itu.
Ketika perjalanan pulang
takziyah bersama istri saya, saya sudah merencanakan untuk menonton kedua film
tersebut. Mumpung di Madiun, kota di mana saya tinggal ada sebuah bioskop yang
bukan termasuk jaringan 21, XXI, atau Blitz Megaplex yang menayangkan kedua
film itu. Akhirnya saya masuk ke lokasi itu yang berada di Sebuah Plaza di mana
dahulu terdapat Giant Supermarket, tapi sekarang sudah tidak ada karena
kabarnya sebentar lagi Plaza itu akan tutup. Ketika menuju ke bioskop tepatnya
di lantai empat dari Plaza tersebut. saya bertanya dalam hati (apa benar ada
film baru yang diputar di sini). Ketika sampai di sana ternyata benar
oarang-orang sudah banyak yang ngantri. Ternyata cuman ada satu studio yaitu
pemutaran film Habibie & Ainun. Sedangkan film 5 CM, bertulis "Coming
Soon"/ segera tayang. Saya begitu senang ternyata Film Habibie & Ainun
yang terlebih dahulu diputar. Bukan karena ada adegan ciumannya antara Habibie
& Ainun tetapi karena sebelumnya saya sudah membaca referensi buku Habibie
& Ainun yang berkisah tentang perjalanan cinta dan romantisme dari mereka
berdua. Dalam hati saya, saya bertanya kembali apakah saya akan terharu dan
mengeluarkan air mata lagi ?, ketika membaca bukunya saya sudah banyak
mengeluarkan air mata, apalagi ini dalam bentuk film, yang menceritakan tentang
kehidupan cintanya. Lalu saya mengantri untuk membeli tiket dan benar waktu
saya menonton adalah pukul 15.30-17.30. Harap dimaklum Madiun adalah kota kecil
dan hanya ada satu bioskop yang mengakomodir para pencinta film untuk menonton
di Bioskop, dan itupun saya kaget karena Bioskop ini biasa menayangkan film-film
jadul yang tidak Up To Date dan mengalami proses cutting sana-sini, biasanya
tunggu 2 - 3 bulan dari buangan film bioskop jaringan Blitz Megaplex, XXI atau
21. Dan ini kesempatan menurut saya daripada saya harus pergi ke Solo untuk
menonton film yang sudah saya rencanakan ini. Tak salah rasanya aku menonton
film ini.
Habibie - Ainun merupakan
film terbaik saat ini bahkan menurut saya bisa dikatakan terbaik sepanjang masa
bagi perfilman Indonesia. Film yang baru tiga pekan ini sudah menjual tiket
hampir ke tiga juta penonton, diambil dari Buku Sejarah nyata yang ditulis oleh
B.J Habibie sendiri, dan merupakan suami dari Ainun. Film ini disutradarai
oleh Faozan Rizal. Beliau merupakan Director Of Photography dari
film-film besutan Hanung Bramantyo. Diperankan oleh Reza Rahardian sebagai
Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun untuk peran utamanya. Film ini
sangat menggugah rasa cinta, ketulusan, dan keikhlasan kita untuk mencintai
istri, keluarga dan bangsa kita. Film ini berkisah tentang perjalanan sulit
yang berakhir indah dari kedua pasangan ini. Habibie sebagai seorang suami dari
Ainun banyak diuji dalam mempertahankan cintanya mulai dari proses pencapaian
gelar Professor hingga proses yang dilalui untuk menjadi presiden. Sama dengan
bukunya, film ini juga meghadirkan intrik, manipulasi, nepotisme yang dimainkan
oleh segelintir orang untuk mencapai kekuasaan dan harta, ketika beliau Habibie
menjabat sebagai Menteri Riset Dan Teknologi. Sebaliknya Ainun merupakan sosok
yang mandiri dan tegar dalam menyayangi Habibie sebagai suaminya dan melindungi
kedua anaknya.
Film ini mengambil tempat
di Jerman dan Indonesia, karena sebagian masa Habibie dan Ainun dihabiskan di
Jerman. Ada bagian-bagian yang membuat saya terharu. Saya merasa beruntung
sekali melihat film ini secara utuh tidak seperti biasa, di mana bioskop ini
selalu memutar film dengan proses cutting di sana-sini. Proses mengharukan itu
adalah ketika ia lengser dari kursi kepresidenan karena alasan Nepotisme dan
terbawa masa rezim sebelumnya." Berpuluh-puluh tahun saya mengerjakan ini,
(sambil melihat dan memegang Pesawat N 250 "Gatot Kaca" yang menjadi
kebanggannya juga kebanggan bangsa Indonesia. Saya mengorbankan hampir separuh
waktu saya untuk ini, di mana saya harus meninggalkan istri dan anak-anak saya,
begitu sedihnya beliau dengan tangan kuat Ainun memegang Habibie. Sudahlah apa
yang digariskan ya sudah merupakan ketetapannya.
Sejenak kita buka sejarah
kembali. Patutkah kita sebagai bangsa ini menutup semua prestasi karena
berkaitan dengan dosa-dosa beliau ?. Sedangkan begitu banyak jasa-jasa yang
ditorehkan oleh beliau, lihat saja Habibie menciptakan industri yang berbasis
strategis di Indonesia. PT.Dirgantara, PT. Pindad, PT. PAL, dan PT. INKA
merupakan ide yang dikeluarkan oleh Habibie, (Habibie merupakan seorang
teknokrat, seorang yang ahli di bidang mesin. Pada awal kariernya ia fokus pada
industri dan mesin kereta di Jerman). Beliau menekankan sebagai bangsa kita
harus mandiri, kita harus dapat memproduksi "buatan karya anak
bangsa" yang dapat diapresiasi oleh kita dan dunia. Pantaskah kita sebagai
anak bangsa menghukum beliau ketika masa reformasi itu bergulir. Dalam kutipan
dan ekaspresi di film ada gambaran ketidaksenangan dari Ainun, istri Habibie
ketika ia diangkat menjadi Presiden RI ke-3 begitu jelas terlihat dalam satu
adegan film tersebut. "Sudah-sudah istrihat Rudi (panggilan Habibie), kamu
bukan manusia super, kamu bukan manusia yang dapat mempelajari segalanya"
kalau ditarik kesimpulan ya ada benarnya Ainun sudah merasa cukup apa yang dia
dapat dari Habibie. Royalti seumur hidup dari Bangsa Jerman berkat teori
keretakan yang diciptakan Habibie dan membuat ia dijuluki Mr Creek membuat
Habibie dan Ainun secara finansial sudah cukup. Dalam pandangan pandangan saya
mungkin Ainun juga berpikir bahwa Habibie adalah seorang teknokrat dan sudah
sepantasnya dia menjadi teknokrat. Cerita di Film ini berakhir ketika Ainun
jatuh sakit yang berujung pada kematian. Kanker Rahim stadium tiga adalah
penyakit yang membawa ia sampai ke deik kematian. Dalam film ini dikisahkan
bahwa Ainun pernah melakukan operasi atas penyakit ini. Namun dalam kurun waktu
puluhan tahun penyakit ini tumbuh lebih ganas dan berakhir pada proses
kematian. Ada hal baik yang dapat diambil dari sosok Ainun. Beliau merupakan
sosok yang mandiri, dan tegas bahkan pada saat divonis kanker dengan stadium
tiga sebelum Habibie tahu, dia tidak menceritakan kepada Habibie yang ketika
itu menjabat sebagai Kepala Negara. Petikan hikmah demi hikmah tertulis dalam
puisi ini.
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu
bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah
sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu
itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa
kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap
saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku
seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti
kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam
perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit
manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar
kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka
sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku
setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku
kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu
mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada
untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….
B.J. Habibie untuk Ainun
Semoga dengan film ini,
kita sebagai bangsa dapat menghargai jasa para pahlawan pendiri, dan pendahulu
bangsa ini. Bukankan bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai itu
semua. Khusus Untuk istri tercinta : Saya percaya dalam hidup pasti pernah
mengalami masa-masa sulit, tapi dengan seiringnya waktu dengan diiringi doa,
kehadiran anak, dan harapan untuk meenciptakan keluarga yang Sakinah mawadah,
dan Waromah, Insya Allah, akan indah pada waktunya. Tetap bekerja dengan cinta.
Kembali Ke : Artikel
Kembali Ke : Artikel
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita