Memori
90-an
CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR
“Yang kecilnya di era 80-an kayaknya lagi pada demam
memory masa kecil nih kayaknya. emang masa kecil era 80 an sampai awal 90 an
itu something banget... sayang ini berakhir ketika era reformasi tiba......
pertengahan 90an - sekarang masa kecil mereka jadi sucks. IPAD, SMARTPHONE,
MOBIL, MOTOR, BANGUNAN2 telah merenggut lahan permainan mereka. dulu anak kecil
bisa maen di mana aja mereka mau. Para orang tua pun tidak perlu khawatir
keamanan mereka. Main di kala malam hari menjadi hal yang amat menyenangkan
atau bahkan ketika hujan tiba berlari kesana kemari di jalanan sambil buka baju
bahkan terkadang telanjang tanpa takut ketabrak Mobil atau Motor......hhhhh......
missed that momments.
di kala itu Presidennya masih Soeharto atau kita biasa
sebut dia cing ato... bhakakakakakaka” – Wisarobo
Jati Paratomo @ Facebook
Era 90 an masa dekade itu sekarang lagi
menjadi trending topic di berbagai sosial Media. Bagi kebanyakan orang yang lahir
di tahun 80-an tentu akan mempunyai kenangan di tahun 90-an. Di mana kita bisa
bermain di waktu malam dengan rasa aman. Rasa kekeluargaan yang begitu erat
tercipta di kala itu....
Menguntip tulisan status dari seorang teman SMA 90
Jakarta, Wisarobo Jati Paratomo @
Facebook membuat saya mengingat masa itu. Saya yang terbiasa bermain basket
dengan teman se kompleks, tak umpet kaleng, hingga bermain karet dengan anak cewek
di SD Cenderawsih III Deplu, Jakarta sepertinya jarang melihat lagi kegiatan
itu pada anak zaman sekarang. Gadget adalah menjadi hal yang penting
dimana Induvidualitas tampak pada generasi Muda kita jaman sekarang.
Pernahkah anda bayangkan ? Ketika anda makan dengan
keluarga anda, yang dilakukan pertama kali adalah Up date status di Sosial
Media.... Tidak ada lagi rasa kebersamaa pada Quality Time kita yang hanya sebentar, itupun harus berkurang
dengan kesibukan melalui Gadget masing-masing. Sedih juga rasanya.....!!!
Komersialisasi juga terjadi di setiap lini kehidupan. Bidang Pendidikan
sebagai cotohnya. Label bertaraf Internasional rasanya menjadi kebanggaan
sendiri dalam menentukan Pendidikan bagi anak mereka. Jika tidak disekolahkan
di sekolah yang mempunyai label Internasional rasanya tidak bergengsi dan kurang
berkelas. Semua anak dituntut harus menguasai bahasa Internasional, bahkan must
better than Bahasa as Mother Languange. Selain itu Sekolah Internasional dianggap mempunyai
tingkat keamanan yang lebih baik dibanding sekolah Negeri. Barulah Orang Tua
menyadari ketika kasus “Bullying” melanda Jakarta Internasional
School, bahwa ternyata
tidak ada yang aman dalam pengawasan bahkan di Sekolah Internasional. Herannya
lagi Sekolah Negeri juga berlomba dalam mencantumkan kompetensi sebagai Sekolah
Berstandar Internasional, bukan hanya Sekolah Negeri Unggulan, Sekolah Negeri di
desa
entah berantah juga
mencantumkan hal yang sama. Seolah setiap Guru sudah mempunyai standar kompetensi
yang mumpuni untuk mampu mengajar dengan cara Internasional.....
Di dunia musik,...... ini yang paling memprihatinkan. Pernahkah anda mendengar musik Indonesia tahun 90-an. Pada jaman itu musikalitas Indonesia sangat baik. Di banding sekarang yang hanya menuntut komersialisasi.....Bandingkan saja beberapa album DEWA yang hadir dimasa dekade itu akan sangat berbeda musiknya jika dibandingakan dengan Album Dewa era 2000-an. Musik Dewa sempat menjadi ikon bagi anak muda pada masa itu. Masa lagu Melayu yang tidak meng-Indonesia, zaman Boy Band Girl Band ala korea telah menghancurkan kualitas musik Indonesia. Memang tidak semua melakukan Trend, musik Indonesia juga masih menunjukkan idealismenya Anggun, Agnez Mo, Tulus, Raisa, Afghan, Glen, Sandhy Sandoro dan Tompi juga mampu membawa Indonesia sebagai penyanyi mumpuni di mata Internasional......
Di dekade itu yang paling berkesan lagi adalah Anak Mas, makanan ini susah sekali di dapat pada zaman sekarang. Di berbagai Swalayan saya telah mencari makanan yang menjadi kenangan SD ini. Makanan yang formatnya semacam Mie Instant dicampur dengan bumbu keju menjadi jajanan wajib saya sehari-hari. Mungkin makanan ini tergurus dengan kemajuan penyajian makanan yang beragam, Anak-anak sekarang lebih memilih Sushi, Roti khas Bread Talk maupun Toul Des Jours sebagai jajajan sehari-hari. Sedih Banget .....!
Game Gadget yang In pada waktu itu mungkin adalah Game Console Atari, Nitendo, dan berlanjut ke Sega. Masih inget permainan utamanya...... Atari - Pac Man, Nitendo - Super Mario Bros, Sega – Sonic dan semuanya nggak bisa di Save jadi kalau mau main harus dari ulang lagi.... Baru di akhir tahun 90-an muncul PS One – dengan Winning Eleven sebagai kegemaran anak-anak pada waktu itu. PS One ini yang menjadi cikal bakal Anak Indonesia sekarang menajdi autis dengan Game.....Masih inget banget kalau main biasanya Saya dan teman-teman bergerombol. Terkadang itu membuat kami saling bertengkar lalu baikkan kembali. Namanya juga anak-anak....
Acara Televisi Full House dan Takeshi Castle sering diterapkan oleh Saya dan teman-teman. Kalau Saya bermain di dalam rumah dengan design Full House alhasil rumah jadi berantakan bak kapal pecah, tapi Saya dan teman-tema di ajarkan team work yang baik sehabis permainan ini. Begitu juga dengan permainan Takeshi Castle.
Jaman 90-an yang paling in bagi saya......
- Main Tak Umpet Kaleng
- Main Tak Besi
- Main Tak Jongkok
- Main Karet
- Main Benteng
- Main Gambaran
- Main Gelembungan
- Desain dan Main Permainan Takeshi Castle dan Full House
- Main Basket
- Kumpulin Kartu Basket kalau ada Kartu Jordannya wajib diserahin ke Teman
Namanya BambangHariyanto he...he...he....
- Main Tamiya ...... sering dikibulin ring besi ala Pademangan
- Koleksi Saint Seiya, terinspirasi film dan action figure Ryu, Seiya, Yoga, dan
Seina
- Game Nitendo dan Game Boy
- Game Sega
- Game Tamagochi
- Game Watch Tetris
- Pager
- Punya sepatu LA-Gear yang bisa kerlap-kerlip
- Punya Roller Blade
- Band Dewa
- Band Kla Project
- Band Slank
- Band Gigi
- Snack Anak Mas
- Permen Kojek Jagaon Neon
- Kerupuk Upil Bumbu
- Judi ager-ager
Kemajuan Teknologi telah membawa dampak yang luar biasa di lini kehidupan kita. Rasa Induvidualisme dan jiwa Oppurtunis mungkin juga beradaptasi dengan anak-anak kita sekarang. Kemajuan ini bukan berarti tidak mempunyai dampak postif bagi kita.... Banyak orang-orang yang menjadi kreatif dan bahkan menjadi terkenal akibat kemajuan Teknologi khususnya di bidang Informasi.....Layaknya pisau bermata dua, peranan Orang Tua dituntut lebih banyak dalam melakukan pengawasann perkembangan anak dengan Teknologi. Semoga kita dapat meminimalisir segala hal negatif dari kemajuan dan perkembangan Teknologi.....
Penulis :
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita