Asal nama
Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera (terletak di pesisir timur Aceh). Diawali dengan kunjungan Ibnu Batutah, petualang asal Maroko ke
negeri tersebut pada tahun 1345, dia
melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan
kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera,
selanjutnya nama ini tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai
sekarang. Nama asli
Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita
rakyat, adalah "Pulau Emas". IstilahPulau Ameh (bahasa
Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai
dalam cerita Cindua Mato dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut
pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang
bernama I-tsing (634-713),
yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang
sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chouyang
berarti "negeri emas".
Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa
Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa ("pulau
emas") atauSuwarnabhumi ("tanah emas"). Nama-nama
ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana,
sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama
"Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari
nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun
1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada
juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
Di kalangan bangsa Yunani purba, Sumatera sudah dikenal dengan
nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah
dipakai olehKlaudios
Ptolemaios,
ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia
menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios
menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali
negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal
sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus. Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga
dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’. Sejak zaman purba para
pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari
emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang
saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah
menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana
tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad
pertama Masehi.
Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9,
diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas
dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari
negeri Ofir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa
kapal-kapal Nabi Sulaiman berlayar ke “tanah yang Kami berkati
atasnya” (al-ardha l-lati barak-Na fiha).
Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu
terletak di Sumatera (Gunung Ophir di Pasaman
Barat, Sumatera Barat yang sekarang bernama Gunung Talamau?). Perlu dicatat, kota Tirus merupakan
pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike
Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang
bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari
emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ofir Nabi
Sulaiman a.s.
Samudera menjadi Sumatera
Samudera menjadi Sumatera
Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal
dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja) Sumatrabhumi ("Raja
tanah Sumatra"), berdasarkan berita China ia
mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatera
berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan
nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari namaBrunai,
daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian
pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai
timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi
Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pordenone dalam kisah
pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari
Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu
Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur)
bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya,
nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain
untuk menyebutkan seluruh pulau. Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah
sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau "Samatrah". Peta
Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama
"Camatarra". Peta buatan Amerigo
Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama
"Samatara", sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama
"Samatra".Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu "Camatra", dan Alfonso
Albuquerque tahun 1512 menuliskannya "Camatora". Antonio
Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: "Somatra".
Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya:
"Samoterra", "Samotra", "Sumotra", bahkan
"Zamatra" dan "Zamatora".
Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam
penulisan Sumatera. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan
dengan lidah Indonesia: Sumatera
Penduduk
Secara umum, pulau Sumatera didiami oleh bangsa
Melayu, yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku besar ialah Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Besemah, Suku Rejang, Ogan, Komering, dan Lampung. Di wilayah pesisir timur Sumatera dan di
beberapa kota-kota besar seperti Medan, Batam, Palembang, dan Pekanbaru, banyak bermukim etnis Tionghoa. Penduduk pulau Sumatera hanya
terkonsentrasi di wilayah Sumatera Timur dan dataran tinggi Minangkabau. Mata
pencaharian penduduk Sumatera sebagian besar sebagai petani, nelayan, dan
pedagang.
Penduduk Sumatera mayoritas beragama Islam dan
sebagian kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan, terutama di wilayah Tapanuli dan Toba-Samosir, Sumatera Utara. Di
wilayah perkotaan, seperti Medan, Pekanbaru, Batam, Pangkal Pinang dan
Palembang, dijumpai beberapa orang penganut Buddha.
Transportasi
Kota-kota di pulau Sumatera dihubungkan oleh tiga
ruas jalan lintas, yakni lintas tengah, lintas timur, dan lintas barat, yang
melintang dari barat laut - tenggara Sumatera. Selain itu terdapat pula ruas
jalan yang melintang dari barat - timur, seperti ruas Bengkulu - Palembang, Padang - Jambi, serta Padang - Dumai -
Medan. Di beberapa bagian pulau Sumatera, kereta api
merupakan sarana transportasi alternatif. Di bagian selatan, jalur kereta api
bermula dari pelabuhan Panjang (Lampung) hingga Lubuk Linggau dan Palembang (Sumatera Selatan). Di tengah pulau Sumatera, jalur kereta
api hanya terdapat di Sumatera Barat. Jalur ini menghubungkan antara kota Padang dengan Sawah Lunto dan kota Padang dengan kota Pariaman. Semasa kolonial Belanda hingga tahun 2001, jalur Padang - Sawah Lunto dipergunakan
untuk pengangkutan batu bara. Tetapi semenjak cadangan batu bara di Ombilin
mulai menipis, maka jalur ini tidak berfungsi lagi. Sejak akhir tahun 2006, pemerintah provinsi Sumatera Barat,
kembali mengaktifkan jalur ini sebagai jalur kereta wisata.Di utara Sumatera, jalur kereta api membentang
dari kota Medan sampai ke kota Tebing Tinggi. Pada jalur ini, kereta api dipergunakan
sebagai sarana pengangkutan kelapa sawit dan penumpang.Penerbangan internasional dilayani dari Banda Aceh
(Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda), Medan (Bandar Udara Internasional Kuala Namu), Padang (Bandara Internasional Minangkabau, Batam (Bandar
Udara Hang Nadim), Tanjungpinang (Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah), dan Palembang (Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud
Badaruddin II). Sedangkan pelabuhan kapal laut ada di Belawan (Medan), Teluk Bayur
(Padang), Batam Centre (Batam), Bulang Linggi (Bintan), Sri Bintan Pura
(Tanjungpinang), dan Bakauheni (Lampung).
Ekonomi
Pulau Sumatera merupakan pulau yang kaya dengan
hasil bumi. Dari lima provinsi kaya di Indonesia, tiga provinsi terdapat di
pulau Sumatera, yaitu provinsi Aceh, Riau dan Sumatera Selatan. Hasil-hasil
utama pulau Sumatera ialah kelapa sawit, tembakau, minyak bumi, timah, bauksit,
batu bara dan gas alam. Hasil-hasil bumi tersebut sebagian besar diolah oleh
perusahaan-perusahaan asing, seperti misalnya PT Caltex yang mengolah minyak bumi di provinsi Riau.
Tempat-tempat penghasil barang tambang ialah :
- Arun
(NAD), menghasilkan gas alam.
- Pangkalan
Brandan (Sumatera Utara), menghasilkan minyak bumi
- Duri,
Dumai, dan Bengkalis (Riau), menghasilkan minyak bumi
- Tanjung
Enim (Sumatera Selatan), menghasilkan batu bara
- Plaju
dan Sungai Gerong (Sumatera Selatan), menghasilkan minyak bumi
- Tanjungpinang
(Kepulauan Riau), menghasilkan bauksit
- Natuna
dan Kepulauan Anambas (Kepulauan Riau), menghasilkan minyak bumi dan gas
alam
- Singkep
(Kepulauan Riau), menghasilkan timah
- Karimun
(Kepulauan Riau), menghasilkan granit
- Indarung
(Sumatera Barat), menghasilkan semen
- Sawahlunto
(Sumatera Barat), menghasilkan batubara
Beberapa kota di pulau Sumatera, juga merupakan kota
perniagaan yang cukup penting. Medan kota terbesar di pulau Sumatera, merupakan
kota perniagaan utama di pulau ini. Banyak perusahaan-perusahaan besar nasional
yang berkantor pusat di sini.
Geografis
Sementara beberapa sungai yang bermuara ke pesisir barat pulau Sumatera diantaranya Batang Tarusan (Sumatera Barat), dan Ketahun (Bengkulu). Di bagian barat pulau, terbentang pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang 1500 km. Sepanjang bukit barisan tersebut terdapat puluhan gunung, baik yang tidak aktif maupun gunung berapi yang masih aktif, seperti Geureudong (Aceh), Sinabung (Sumatera Utara), Marapi dan Talang (Sumatera Barat), Gunung Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Sumatera Barat, Jambi). Di pulau Sumatera juga terdapat beberapa danau, di antaranya Danau Laut Tawar (Aceh),Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang (Sumatera Barat), Danau Kerinci (Jambi) dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan).
Gunung-gunung di Sumatera yang berketinggian diatas 2.500 meter dpl
Daftar gunung di Sumatera
Referensi
^ Nicholaas Johannes Krom, De Naam Sumatra, BKI, 100, 1941.
^ Munoz. Early Kingdoms. p. 175.
^ Helders, Stefan. "Indonesia: largest cities and towns and statistics of their population". World Gazetteer. Diakses tanggal 2009-04-21.
Sumatera Lainnya
Ensiklopedi
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita