1. Rumah Adat
Rumah adatnya adalah rumah
panggung yang beratapkan daun atap, dan lantainya dibuat dari pelupuh yaitu
bambu yang dibelah-belah. Sedangkan dindingnya terbuat dari bilik (gedek).
Untuk penyangga rumah panggung adalah batu yang sudah dibuat sedemikian rupa
berbentuk balok yang ujungnya makin mengecil seperti batu yang digunakan untuk
alas menumbuk beras. Rumah adat ini masih banyak ditemukan di daerah yang
dihuni oleh orang Kanekes atau disebut juga
orang Baduy.
2. Seni Tradisional
Debus, Kesenian Asli Banten
Mungkin sebagian dari
kita jika mendengar kata “Banten” pasti yang akan pertama kali muncul di
pikiran adalah “Debus”, sebuah atraksi kesenian yang bernuansa magis. Ya,
Debus memang merupakan kesenian asli masyarakat Banten yang ada sejak abad
ke-16. Bentuk Atraksi Debus Permainan debus merupakan bentuk kesenian yang
dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa
mistis. Kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat,
atau untuk hiburan masyarakat. Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan, yaitu pembacaan sholawat dan dzikir
yang diiringi musik dari alat musik tabuh lalu dilanjutkan dengan beluk, yaitu
lantunan nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan
dengan iringan tetabuhan. Uniknya, bersamaan dengan beluk atraksi
kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemainnya, seperti
menusuk perut dengan gada (semacam senjata); makan api; memasukkan jarum ke
dalam lidah, kulit pipi dan anggota tubuh lainnya sampai tembus; menyiram tubuh
dengan air keras sampai pakaian yang dikenakan hancur; dan masih banyak lagi.
Hebatnya, semua ini dilakukan tanpa menyebabkan luka sedikitpun pada tubuh
pemain yang melakukan atraksi debus ini.
Hal lain yang perlu
diingat adalah debus tidak ada kaitannya dengan dunia mistis, tidak seperti
anggapan orang kebanyakan. Selama ini Debus dianggap berkaitan erat dengan
dunia mistis yang bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal, Debus digunakan
oleh ulama zaman dahulu untuk melawan penjajah dan atraksinya pun dimulai
dengan pembacaan doa dan shalawat Nabi. Debus merupakan kesenian tradisional
dari banten yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan. Jadi, kita pun harus
turut melestarikan dan mengembangkan kesenian Debus, yang menjadi ciri khas
kebudayaan Banten :)
Tari Cokek, Perpaduan Kesenian Cina dan Sunda
Tarian ini biasanya
dimainkan oleh sepuluh orang penari wanita, dan tujuh orang laki-laki pemegang
gamang kromong, alat musik yang mengiringinya. Tari Cokek merupakan jenis
tarian khas yang berasal dari daerah Tangerang yang pada awalnya berkembang di
daerah betawi. Di daerah Tangerang, tari Cokek biasanya dimainkan sebagai
pertunjukkan hiburan saat warga Cina benteng menyelenggarakan acara, khususnya
acara pernikahan. Warga Cina Benteng merupakan warga keturunan Tionghoa yang
tinggal di daerah Tangerang. Selain itu, seringkali tari Cokek ini dimainkan
sebagai tari penyambutan untuk tamu kehormatan yang berkunjung ke Tangerang.
Keunikan tari Cokek
terlihat pada gerakan tubuh penarinya yang bergerak perlahan-lahan,sehingga
mudah untuk diikuti oleh penonton. Gerakan tarian tari Cokek ini kemudian akan
dilanjutkan dengan ajakan pada para penonton untuk ikut bergabung menari.
Ajakan pada para penonton itu dilakukan dengan cara mengalungkan selendang ke
leher sambil menariknya maju ke depan atau ke panggung. Ajakan itu umumnya
ditujukan kepada pemuka masyarakat atau orang kaya yang hadir pada acara itu.
Proses menari bersama ini dilakukan berdekatan antara penari dengan penonton,
tetapi tidak saling bersentuhan. Selain gerakannya yang pelan dan mudah
diikuti, keunikan lainnya pada tarian ini adalah pada busana penarinya.
Biasanya busana yang dipakai para penari adalah kebaya yang terbuat dari kain
sutra yang memiliki warna mencolok, yaitu berwarna hijau, merah, kuning, dan
ungu dan warna kain ini akan bertambah mencolok ketika terkena pancaran sinar
lampu. Selain keindahan busananya, selendang dan rambut penari yang dikepang
dan dipasangi sanggul juga menambah kecantikan para penari itu. Jika ingin
menonton seni pertunjukan tari Cokek, biasanya tarian ini dipentaskan di
Rumah Kawin yang terletak di Kalan Selapajang Jaya, Kampung Melayu, Kabupaten
Tangerang.
Batik Banten, “These Clothes Tell Stories”
“Banten punya batik?”
mungkin itulah tanggapan sebagian orang saat mendengar tentang Batik banten.
Kerajinan banten yang satu ini memang belum banyak terdengar dan terlihat
pemakaiannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun jangan salah, di
galeri batik banten yang berada di daerah Serang ini, memiliki ratusan koleksi
kain batik aneka warna dengan motif geometris yang sangat menarik. Batik Banten
mengaplikasian karya bangunan kerajaan kesultanan Banten melalui media kain
tenun. Batik Banten sendiri memiliki tema “These Clothes Tell Stories” yang
memiliki arti bahwa baju ini bercerita. Diharapkan setiap orang yang melihat
kain ini lebih mengenal cerita kebudayaan Banten karena motif batik dalam kain
tenun tersebut ditemukan oleh para arkeolog nasional di tengah puing-puing
reruntuhan kerajaan.
Ada hal yang cukup
menarik pada batik banten ini yaitu batik ini memiliki tampilan warna yang
meriah, gabungan dari warna-warna pastel yang terkesan lembut tapi ceria yang
menurut salah satu arkeolog sangat cocok dalam menggambarkan karakter orang
Banten yang memiliki semangat tinggi, cita-cita tinggi, karakter yang ekspresif
namun tetap rendah diri. Masing-masing motif batik tersebut juga memiliki nama
khusus yang diambil dari tempat, bangunan, ataupun gelar pada masa Kesultanan
Banten dahulu. Saat ini batik Banten sudah mulai ‘eksis’ dalam masyarakat,
terutama penggunaan di kota serang. Beberapa sekolah sekarang ini sudah
menggunakan batik Banten untuk seragam sekolah. Selain itu motif dari Batik
Banten ini juga sudah mulai diaplikasikan di media lain, seperi pada panggung,
atau sebagai dekorasi bangunan. Alangkah lebih baik jika kita ikut menggunakan
Batik Banten agar Batik banten ini bisa terus berkembang dan menjadi ciri khas
dari Banten.
Angklung Gubrag ,Kesenian yang Mulai Terlupakan
Angklung Gubrag adalah
salah satu kesenian tradisional yang sudah langka, namun masih tetap dilestarikan
oleh masyarakat Desa kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang. Padahal
sebenarnya kesenian ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada
zaman dahulu, kesenian Angklung Gubrag dilaksanakan pada saat ritual penanaman
padi dengan maksud agar hasil panen akan berlimpah nantinya. Sekarang
Angklung Gubrag biasa dimainkan saat acara khitanan dan selamatan kehamilan. Angklung
Gubrag memiliki ukuran yang lebih besar daripada angklung pada umumnya. Jumlah
tabungnya pun ada tiga, berbeda dengan anklung biasa yang umumnya memiliki dua
tabung. Pada saat dilaksanakan pertunjukan kesenian Angklung Gubrag, biasanya
digunakan beberapa instrumen seperti enam buah angklung menggunakan bambu
hitam, seruling, dan terompet kendang pencak. Diatas angklung dikaitkan
kembang wiru yang diikat membentuk pita yang menurut kepercayaan kembang wiru
dan air yang berasal dari angklung dapat menjadi obat dan penyubur tanaman.
Semua pemain menari, kecuali penabuh dogdog (alat musik yang terbuat dari
batang kayu bulat) dan saat menari diiringi oleh beberapa penari perempuan
dengan kostum kain dan kebaya.
Rampak Bedug, Kolaborasi Tabuh Bedug dan Tarian
Kata “Bedug” mungkin
sudah tidak asing lagi di telinga bangsa Indonesia. Seperti di Banten, Bedug hampir
terdapat pada setiap masjid. Rampak Bedug adalah salah satu kesenian yang hanya
terdapat di daerah Banten. Kata “Rampak” memiliki arti “serempak” dan juga
“banyak” jadi Rampak Bedug adalah seni menabuh nedug yang ditabuh secara
serempak sehingga menghasilkan irama yang enak di dengar. Rampak Bedug pertama
kali dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Namun karena seni rampak
bedug ini mengundang banyak penonton, maka kesenian ini menjadi sering
ditampilkan dalam suatu acara pementasan. Pada zaman dahulu, pemain rampak
bedug semuanya laki-laki, namun sekarang kesenian ini bisa dilakukan olah
perempuan dan laki-laki. Biasanya pemain laki-laki sebagai penabuh bedug
sekaligus kendang dan pemain perempuan sebagai penabuh bedug. Baik pemain
laki-laki dan perempuan juga berfungsi sebagai penari. Busana yang dipakai oleh
pemain Rampak bedug adalah pakaian muslim yang disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Biasanya pemain laki-laki mengenakan pakaian pesilat lengkap dengan
sorban khas Banten. Sedangkan untuk perempuannya memakai pakaian khas
tradisional, seperti rok panjang bawah lutut dari bahan batik dengan didalamnya
mamakain celana panjang sejenis celana panjang pesilat.
3. Senjata Tradisonal
Golok adalah senjata khas Banten dan DKI Jakarta
bentuknya seperti pisau besar dan berat yang digunakan sebagai alat berkebun.
Senjata ini jamak ditemui di Asia Tenggara. Hingga saat ini kita juga bisa
melihat golok digunakan sebagai senjata dalam silat. Ukuran,
berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya.
Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok
cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong
semak dan dahan pohon. Golok biasanya dibuat dari besi baja karbon yang
lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk
diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.
4. Pakaian Adat
Dulunya Banten adalah
bagian dari Jawa Barat. Tetapi sejak tahun 2000, Banten memisahkan diri dan
menjadi Provinsi Banten. Dari sisi kebudayaan Banten dan Jawa Barat memiliki
kemiripan, begitu pula dengan pakaian adatnya. Meski begitu, Banten tetap
memiliki ciri kebudayaan tersendiri. Salah satunya adalah pakaian adat Banten.
Baju yang dikenakan masyarakat Banten sering disebut dengan baju pangsi.
Sementara celananya disebut dengan celana komprang yang panjangnya sebatas mata
kaki atau sampai betis. Dulu pakaian semacam ini sebenarnya juga sering
digunakan oleh masyarakat Jawa Barat Sunda dalam kesehariannya, terutama pada
saat melakukan pencak silat. Makanya, mengenakan pakaian adat ini seperti
seorang jawara. Tapi, masyarakat Jawa Barat sudah jarang mengenakan pakaian
semacam ini. Sementara masyarakat Banten, terutama suku Baduy masih menjaga
kelestarian pakaian adat ini. Masyarakat Baduy masih mengenakan pakaian adatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Baduy adalah sebutan bagi suku di Banten. Baduy merupakan ciri khas bagi sebuah
suku Banten. Baduy di Banten memiliki dua suku, yaitu Baduy Dalam dan
Baduy Luar. Pakaian adatnya sama, hanya saja warna yang menjadi ciri khas
berbeda. Baduy Dalam sering mengenakan pakaian adat berwarna putih yang
melambangkan kesucian. Sementara Baduy Luar mengenakan pakaian adat berwarna
hitam. Disamping itu Budaya Jawa juga ikut memberikan pengaruh pada Pakaian Adat Tradisonal Banten yang lebih moderen lagi. Pakaian ini biasa dipakai di acara resepsi pernikahan bagi pengantin Pria dan Wanita Masyarakat Banten Moderen
5. Suku
Suku Banten adalah penduduk
asli di Tatar Pasundan yang mendiami bekas daerah kekuasaan Kesultanan
Banten di luar Parahiyangan, Cirebon dan Jakarta. Menurut sensus BPS
tahun 2000, suku Banten populasinya 2,1% dari penduduk Indonesia. Selain itu juga ada Suku Baduy yang menempati wilayah Lebak,
Banten
6. Bahasa
Bahasa
Penduduk asli yang hidup
di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa
Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa
Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus
sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian
timur Provinsi Jawa Barat). Namun, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang menggunakan
bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern, dan bahasa Indonesia, di
Serang, dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik
Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa
Indonesiadengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang
beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa,
dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari
bagian lain Indonesia.
7. Lagu Daerah
- Dayung Sampan
- Jereh Bu Guru
- Tong Sarakah
- Ibu
ENSIKLOPEDI LAINNYA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita