1. Penduduk
Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%) Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung
Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%) Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung
Jumlah orang Jawa banyak
di Jakarta karena ketimpangan pembangunan antara daerah dan Jakarta. Sehingga
orang Jawa mencari pekerjaan di Jakarta. Hal ini memunculkan tradisi mudik setiap
tahun saat menjelang Lebaran yaitu orang daerah di Jakarta pulang secara
bersamaan ke daerah asalnya. Jumlah mudik lebaran yang
terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa
Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2104 ke Jawa Tengah
mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni
2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702
orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut,
dan 88.335 orang naik pesawat. Bahkan
menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan
tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng, 39% Jatim dan 10% daerah lain.
Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta,
17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi
lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta,
42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3%
berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta. Orang Tionghoa telah
hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di
daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan
atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara,
selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa
banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping etnis
Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di
antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota
Jakarta. Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan
Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula,
masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis,
serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
Agama yang dianut oleh
penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005,
komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen
Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %),
dan Buddha (3,5 %) Jumlah
umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat Konghucu juga
ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada
tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%, diikuti oleh Protestan (6,3%),
Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%). Menurut
Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara
relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat
agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah. Berbagai tempat
peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan
mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan hampir di
setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid
Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid
At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa
di Menteng.
Sedangkan gereja besar
yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa
Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading
untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di
seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen
Protestan. Selain itu, ada Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja
Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bagi umat Hindu yang bermukim
di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di
Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah
ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara
Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki
satu sinagoga yang
digunakan oleh pekerja asing Yahudi.
2. Ekonomi
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di Jakarta. Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo. Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di Jakarta. Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo. Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.
Pada tahun 2012,
pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD
12,270). Sedangkan
untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD
26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di sini juga bermukim lebih dari
separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000
per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta
properti yang cukup signifikan. Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat
pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%. Selain
hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan
penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung
pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah
menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit
tercepat di dunia. Pada
tahun 2020, diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250
unit. Dan pada saat itu Jakarta telah memiliki gedung tertinggi di Asia
Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).
Transportasi
Di DKI Jakarta, tersedia
jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun
perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan
4-5%). Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100
titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak
stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta,
kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta
seperti Depok, Bekasi, Tangerang,
dan Bogor yang
bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto.
Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan
pulang kantor.
Untuk melayani mobilitas
penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan sarana bus PPD. Selain itu terdapat
pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro
Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan
terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M,
Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.
Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK,
dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu ada
pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan
jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda
motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan
sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta
seperti di Bekasi, Tangerang,
dan Depok. Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway)
dan MRT Jakarta pada Tahun 2013. Subway jalur Lebak
Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan
beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani
jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi
- Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta
api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada
jalur lintasan kereta api Manggarai Cikarang.
Selain itu juga, saat ini sedang dibangun jalur kereta api dari Manggarai menuju
Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.
Sejak tahun 2004,
Pemerintah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang
dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte
yang berada di jalur khusus.
Saat ini ada dua belas koridor Transjakarta yang
telah beroperasi, yaitu:
- Koridor 1 Blok M - Stasiun
Kota
- Koridor 2 Pulogadung -
Harmoni
- Koridor 3 Kalideres -
Harmoni
- Koridor 4 Pulogadung - Dukuh
Atas
- Koridor 5 Kampung
Melayu - Ancol
- Koridor 6 Ragunan - Latuharhary - Dukuh
Atas
- Koridor 7 Kampung Rambutan - Kampung
Melayu
- Koridor 8 Lebak
Bulus - Harmoni
- Koridor 9 Pinang Ranti - Pluit
- Koridor 10 Cililitan - Tanjung
Priok
- Koridor 11 Kampung
Melayu - Pulo Gebang
- Koridor 12 Pluit - Tanjung
Priok
- Kereta listrik
Selain bus kota, angkutan kota, becak dan bus Transjakarta, sarana transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Kereta Listrik ini biasa dikenal dengan Commuter Line, melayani masyarkat urban yang biasa bekerja di Jakarta namun bermukim di daerah luar Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sehingga Jakarta dikenal sebagai kota Megapolitan.
Selain bus kota, angkutan kota, becak dan bus Transjakarta, sarana transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Kereta Listrik ini biasa dikenal dengan Commuter Line, melayani masyarkat urban yang biasa bekerja di Jakarta namun bermukim di daerah luar Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sehingga Jakarta dikenal sebagai kota Megapolitan.
Ada beberapa jalur kereta rel listrik, yakni
- Jalur Merah Jakarta
Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar
Minggu, dan Depok.
- Jalur Jingga Bogor -
Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta
Kota, dan Pasar Senen.
- Jalur Biru Jakarta
Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai,
dan Jatinegara.
- Jalur Hijau Tanah
Abang - Maja, lewat Kebayoran
Lama dan Serpong.
- Jalur Coklat Duri - Tangerang,
lewat Rawa Buaya.
- Jalur Pink Jakarta
Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
Angkutan Sungai, atau
lebih populer dengan sebutan "Waterways", adalah sebuah sistem
transportasi alternatif melalui sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem
transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini merupakan bagian dari penataan sistem transportasi
di Jakarta yang disebut Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM disebutkan
bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan integrasi beberapa model
transportasi yang meliputi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT),
Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways). Waterways mulai
dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah
peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso
pada 6 Juni 2007. Rute ini merupakan bagian dari perencanaan rute
Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari
pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways,
Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang
masing-masing berkapasitas 28 orang yang disebut KM Kerapu III dan KM Kerapu IV
yang berkecepatan maksimal 8 knot.
Pembangunan Monrel dan
MRT tidak dapat terpisahkan dari kehidupan Jakarta sebagai Kota Megapolita.
Monorel dan MRT adalah solusi untuk kemacetan Jakarta yang kian hari kian
kronis. Trans Jakarta dan Moda Transportasi lainnya tidak dapat mengatasi
kemacetan Jakarta yang diperkirakan akan lumpuh dalam jangka waktu dekat jika
tidak dipecahkan mulai saat ini. Pembagunan Monorel dan MRT dirasa lambat
mengingat Ibu Kota ini baru menyadari manfaat dari pembangunannya setelah
berpuluh – puluh tahun dan Jakarta dirasa sudah padat dan tingkat kemacetan
yang kian tidak terkendali. Rencananya Monorail dan MRT akan dibangun untuk
tahap 1 dari Lebak Bulus – Kota, dan tahap selanjutnya hingga Tanjung Priok
(Koridor 1). Rencana tahap 2 akan menghubungkan Bandara Sokearno Hatta hingga
Kuningan (Koridor 2). MRT dan Monorel akan terintegrasi dengan Bandara Soekarno
Hatta pada tahap ini. Hal ini sudah diterapkan pada Bandara Internasional Kuala
Namu – Medan. Diharapkan dengan kehadiran dua moda transportasi baru ini
Jakarta dapat segera mengatasi kemacetan yang kian kronik.
Infrastruktur
Sebagai salah satu kota
metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki infrastruktur penunjang berupa
jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, dan
pelabuhan. Saat ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari luas wilayahnya. Selain
jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh
jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah
juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi
kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung
Priok. Untuk ke kota-kota lain
di Pulau
Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang
bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia
layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk
ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang kemudian
dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan
Merak ke Bakauheni.
Untuk ke luar pulau dan
luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung
Priok dan bandar udara yaitu:
- Rawamangun, Blok M, Pasar
Minggu, Kampung Rambutan, Bogor, dan Bekasi, dll
- Bandara Halim Perdanakusuma yang banyak berfungsi untuk melayani penerbangan kenegaraan serta penerbangan domestik
Untuk pengadaan air
bersih, saat ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya
(Inggris)
untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk
wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini
hanya menyuplai air bersih kepada 44% penduduk Jakarta.
Jakarta merupakan salah
satu kota dengan udara terbersih di Indonesia. Salah satu faktor penentu
keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran
Baru yang asri dan bersih. Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak
wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya
dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat
kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih,
adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa
wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur.
Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk
cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam
gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk
cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Besar, dan Tambora.
Jakarta memiliki banyak
taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman Monas atau
Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta.
Di tengah taman berdiri Monumen
Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh
Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun
1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor
kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia. Taman Suropati
terletak di kecamatan Menteng, Jakarta
Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi
oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung
modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman
persahabatan seniman ASEAN". Taman Lapangan Banteng merupakan taman
lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Di sini
terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini
digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali
diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai
tempat pertunjukan seni. Selain terdapat beberapa taman yang mengalami renovasi seperti Taman Ayodya - Blok M, Taman Baru di daerah bekas waduk Ria Rio dan Taman Menteng Jakarta.
Wisata belanja
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk berbagai segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan,Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk berbagai segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan,Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.
- Pasar dan pusat perbelanjaan
Jakarta memiliki
nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama
hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar
Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan kini menjadi nama
sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak
terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan
dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada
hari tertentu. Misalnya, disebut Pasar Senen karena
aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari Senin. Kini nama
tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta
Pusat. Dalam arsip Kolonial,
pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus
Vinck di bagian selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu
bernama "Vincke Passer" yang saat ini dikenal dengan nama Pasar
Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan
sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah. Kemudian
masuk pada abad ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan
kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan
peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka
setiap hari Senin,
sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai
"Pasar Senen" dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga
diabadikan menjadi sebuah nama daerah. Selain Vincke Passer yang buka hari
Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni
"Pasar Koja", pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar
Rebo yang kini menjadi "Pasar Induk Kramat Jati". Kemudian pasar yang
buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang kini
disebut "Pasar Jatinegara". Selanjutnya ada beberapa
pasar yang buka pada hari Jumat, seperti "Pasar Lebakbulus", "Pasar
Klender", dan "Pasar Cimanggis".
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar
yang bukanya setiap hari Sabtu adalah "Pasar
Tanah Abang". Sedangkan Pasar
Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan "Tanjung Oost
Passer" buka pada hari Minggu. Perbedaan
pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan
keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih
mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak
berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi,
pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda.
Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi,
hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama
hari sebagai nama pasar.
Di zaman Hindia
Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar
baru yang lebih modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok.
Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi
inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
Sejak akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980,
Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern,
atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Bangunan seperti Aldiron dan Ratu Plaza adalah salah satu uang menandai keberadaan Mall di era itu. Saat ini Jakarta merupakan salah
satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. Beberapa
pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari
100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba internasional
seperti J.Co, Starbucks, Sogo, jaringan
restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba
nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler
77, dan Bakmie Gajah Mada. Di
samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak
pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain ITC
Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar
Senen dan Pasar
Tanah Abang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren
belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart,
dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang lebih kecil, tersedia pula pusat
belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di
Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti
di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening. Selain itu ada beberapa Pasar Tradisional dahulu yang beerubah konsep menjadi Pasar Modern tempat bertemunya komunitas seperti Pasar Santa, Kebayoran Baru.
Jakarta Pusat
- Grand Indonesia, merupakan salah satu mal
terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi menjadi dua
distrik, yaituWest Mall dan East Mall. Mal yang
terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, memiliki luas 250.000 m2,
dan menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis
Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry,
Forever21, GAP, Gucci, Guess,Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di bagian bawah pusat
perbelanjaan ini terdapat berbagai macam restoran yang dapat dinikmati
oleh para pengunjung.
- Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH.
Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan luas sekitar 42.540 m2, mall ini
pernah menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia,
namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams
Department Store, Louis
Vuitton, Food Hall, dan Hard
Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza,
Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt
Residence, dan Kedutaan Besar Jepang.
- Plaza
Senayan, merupakan mal besar di Jakarta yang terletak di Jalan Asia
Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini memiliki luas 130.500 m2. Di
mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini
juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya.
Di bagian atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa buatan Seiko, Jepang. Jam
ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memainkan alat musik yang
berbeda.
- Senayan
City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini
terletak berseberangan dengan Plaza
Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini memiliki luas
68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun
televisi SCTV.
- Jakarta Convention Center, terletak
di kompleks olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta
Pusat. Jakarta Convention Center memiliki balai yang memiliki 5.000
tempat duduk, dan juga balai sidang seluas 3.921 m². JCC memiliki 13
ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran. JCC terhubung dengan The Sultan
Hotel and Residence melalui terowongan bawah tanah.
Jakarta Barat
- Central Park Mall, terletak di Jalan S.
Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 167.000 m2.
Desain mal ini meniru gaya unsur alam. Di mall ini terdapat sebuah food
court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour,
dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City
yang dikembangkan oleh Agung
Podomoro.
- Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S.
Parman, Jakarta Barat. Dengan luas sekitar 130.000 m2, pusat
perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia
Tenggara.
- Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi
yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2
universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat.
Mall ini memiliki luas 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat
Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
- Mal
Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep
interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur
Sutera. Mall ini memiliki 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium.
Mal ini memiliki luas 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware
& Index, Diamond Supermarket, Electronic
City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan
lain lain.
- Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa
Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan luas mencapai 147.000 m2,
mal ini memiliki food court dan pusat mode terlengkap di
Jakarta.
- Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan
Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan luas 61.243 m2, mall
ini memiliki Sogo Department Store, Carrefour,
dan anchor tenant lainnya.
- Mall of Indonesia, terletak di Jalan
Boulevard Barat No.1, Kelapa Gading, Jakarta Utara. , mall ini memiliki Gramedia, Carrefour,
dan anchor tenant lainnya.
Jakarta Selatan
- Pondok
Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall
ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok
Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta
Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant
besar lainnya.
- Pacific Place Jakarta, terletak di
kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz
Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton
Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex,
Kem Chicks, dan tenant lainnya.
- Cilandak Town Square, terletak di Jalan
TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan
di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak
restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur
- Cibubur Junction, terletak di Ciracas,
Jakarta Timur. Mall ini memiliki luas 31.987 m2. Di mall ini
terdapat Hypermart, Matahari Department Store, Cinema 21,
Karisma Book Store, dan Timezone.
Sarana Olahraga
Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta yang saat ini berkompetisi di Liga Super Indonesia 2015 dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga Nusantara 2015. Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan,Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu,Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur.
Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta yang saat ini berkompetisi di Liga Super Indonesia 2015 dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga Nusantara 2015. Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan,Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu,Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur.
Industri
Kawasan Industri Pulogadung dan Cakung memegang peranan penting dalam menyuplai kebutuhan Masyarakat Jakarta pada khusunya dan Pulau Jawa pada umumnya. Disini berdiri ratusan pabrik mass product seperti Aqua Danone dan KemFood Industry pengolahaan industri makanan seperti Sosis dan Nuget milik seorang pengusaha Alm . Bob Sadino.
Kawasan Industri Pulogadung dan Cakung memegang peranan penting dalam menyuplai kebutuhan Masyarakat Jakarta pada khusunya dan Pulau Jawa pada umumnya. Disini berdiri ratusan pabrik mass product seperti Aqua Danone dan KemFood Industry pengolahaan industri makanan seperti Sosis dan Nuget milik seorang pengusaha Alm . Bob Sadino.
III. Pendidikan
DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah dengan pendingin udara sampai yang sederhana. Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.
DKI Jakarta juga menjadi
lokasi berbagai universitas terkemuka, antara lain:
- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- Universitas Negeri Jakarta
- Universitas Bina Nusantara
- Universitas Persada
Indonesia Y.A.I
- Universitas Bakrie
- Universitas Paramadina
- Universitas Pancasila
- Universitas Kristen Krida Wacana
- Universitas Kristen Indonesia
- Universitas Pelita Harapan
- Universitas Multimedia Nusantara
- Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
- Universitas Trisakti
- Universitas Atma Jaya
- Universitas Tarumanegara
- Universitas Gunadarma
- Universitas Nasional
- Universitas Budi Luhur
- Universitas Mercu Buana
- Universitas Indonusa Esa Unggul
- Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
- Sekolah Tinggi Teknik-PLN
- Universitas Al Azhar Indonesia
- Universitas Bunda Mulia
- Universitas Borobudur
- Universitas Jayabaya
- Universitas Darma Persada
- Universitas Islam
Djakarta
- Universitas
Pembangunan Nasional
- Universitas Krisnadwipayana
- Institut Sains dan Teknologi
Nasional
IV. Sejarah
Nama Jakarta sudah
digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942,
untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Bataviayang
diresmikan pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1905. Nama
ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत),
yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan)
setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni
1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau
"kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang
diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha". Bentuk lain ejaan nama kota ini
telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João
de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan
"Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)". Sebuah
dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah
menyebut istilah wong Jaketra, demikian
pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten dan Sajarah
Banten (pupuh 45 dan 47) sebagaimana
diteliti Hoessein Djajadiningrat. Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning
van Jacatra (raja Jakarta).
Sunda Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama kali
dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan
Sunda yang bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai
Ciliwung. Ibu kota Kerajaan
Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan
Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh
dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber
Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan
Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk.
Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang
terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan
nama Dayo (dalam bahasa
Sunda modern: dayeuh yang berarti "ibu
kota") dalam tempo dua hari. Kerajaan
Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga
pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan
ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura. Pada abad ke-12,
pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk.
Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang,India Selatan,
dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini
membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain,
wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat
warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang
menjadi komoditas dagang saat itu.
Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis merupakan
Bangsa Eropa pertama
yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa,
raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk
mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan
serangan Cirebon yang
akan memisahkan diri dari Kerajaan
Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka
tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam
cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa
diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum
pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung
menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi,
karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan
membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota
Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda
Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah
mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti
"kota kemenangan". Selanjutnya Sunan
Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di
Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang
menjadi sultan di Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)
Pasukan Pangeran Jayakarta menyerahkan tawanan Belanda
kepada Pangeran Jayakarta. Bekas gedung stadhuis atau balai
kota Batavia.
Bangunan ini sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta. Orang Belanda datang
ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada
awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan
Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta
setelah mengalahkan pasukan Kesultanan
Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia.
Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan
penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak
mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi,Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India.
Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang
dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup
daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota
Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah
ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum.
Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda,
membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada
wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung
Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai. Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi
kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya
kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Dengan selesainyaKoningsplein (Gambir) pada tahun
1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota
Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente
Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng,
dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di
utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara)
telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya. Pada 1 Januari 1926
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem
desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk
pemerintahan otonom provinsi. Provincie
West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa
yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan
dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928
No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie
West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
Jakarta Tokubetsu Shi (1942– 1945)
Pendudukan oleh Jepang dimulai
pada tahun 1942 dan
mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati
penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat
dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki
Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Jakarta (1945-sekarang)
Sebelum tahun 1959,
Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status
Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota
ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur.
Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter
tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden
Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu
menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat
akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di
Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai
kantung permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran
Baru, Cempaka Putih,Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan.
Pusat-pusat permukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai
kementerian dan institusi milik negara seperti Perum
Perumnas. Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan
proyek besar, antara lain Gelora
Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen
Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan
Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota,
menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman
besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok
Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah
Jakarta Selatan.
Laju perkembangan
penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali
Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota
tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan
pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta
masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan
penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang
memadai. Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban
banyak etnis Tionghoa. Gedung
MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi.
Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari
kursi kepresidenan.
V. Pemerintahan
Dasar hukum bagi DKI
Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta
serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu
kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi.
Jakarta berstatus
setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berbeda dengan provinsi
lainnya, Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa kota administratif
dan kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat
tersendiri.
DKI Jakarta memiliki status
khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi
kepada lima kota dan
satu kabupaten,
yaitu:
No.
|
Kabupaten/Kota administrasi
|
Pusat pemerintahan
|
1
|
Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu
|
Pulau
Pramuka
|
2
|
Kota Administrasi Jakarta Barat
|
Kebon Jeruk
|
3
|
Kota Administrasi Jakarta Pusat
|
Menteng
|
4
|
Kota Administrasi Jakarta Selatan
|
Kebayoran Baru
|
5
|
Kota Administrasi Jakarta Timur
|
Cakung
|
6
|
Kota Administrasi Jakarta Utara
|
Koja
|
Kedutaan besar
Di Jakarta terdapat 77
kedutaan besar negara-negara sahabat. Sebagian besar kedutaan ini terletak di
kawasan bisnis Jakarta. Beberapa kedutaan besar negara-negara sahabat, sempat
diancam oleh bom, yakni Kedutaan Besar Australia dan Kedutaan Besar Filipina.
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap menjadi tempat
berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.
Kota kembar
Kota kembar (bahasa
Inggris :sister city, twin cities, sister cities)
atau kota bersaudara adalah konsep penggandengan dua kota yang
berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya
dan kontak sosial antarpenduduk. Kota kembar umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan
masalah-masalah yang dihadapi. Konsep kota kembar bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua
kota. Hubungan kota kembar sangat bermanfaat bagi program pertukaran pelajar dan
kerjasama di bidang budaya dan perdagangan.
Kota-kota yang memiliki hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:
Negara | Kota | Daerah |
---|---|---|
Amerika Serikat | Las Vegas | Nevada |
New York City | New York | |
Washington | Distrik Columbia | |
Australia | Canberra | Wilayah Ibu Kota Australia |
Sydney | New South Wales | |
Belanda | Amsterdam | Holland Utara |
Rotterdam | Holland Selatan | |
Britania Raya | London | London Raya |
Filipina | Manila | Metro Manila |
Indonesia | Medan | Sumatera Utara |
Surabaya | Jawa Timur | |
Jepang | Tokyo | Kanto |
Jerman | Berlin | Berlin |
Kanada | Ottawa | Ontario |
Toronto | ||
Korea Selatan | Seoul | Daerah Ibu kota Seoul |
Malaysia | Kuala Lumpur | Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur |
Meksiko | Mexico City | Distrik Federal |
Perancis | Paris | Île-de-France |
Republik Tiongkok | Taipei | Munisipalitas |
Republik Rakyat Tiongkok | Beijing | Munisipalitas |
Hong Kong | Daerah Administratif Khusus | |
Shanghai | Munisipalitas | |
Tianjin | Munisipalitas | |
Singapura | Singapura | Singapura |
Thailand | Bangkok | Kawasan Metropolitan Bangkok |
VI . Permasalahan
Sosial
Sebagaimana umumnya kota
megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta memiliki masalah stress, kriminalitas,
dan kemiskinan.
Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan
persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan
lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik
juga menjadi penyebab stress. Tata ruang kota
yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang
mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung
miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab
aktif kemiskinan di DKI.
Jumlah pendatang di
Jakarta (2002-2005):
Tahun
|
Eksodus
|
Influks
|
Perbedaan
|
2002
|
2.643.273
|
2.874.801
|
231.528
|
2003
|
2.816.384
|
3.021.214
|
204.830
|
2004
|
2.213.812
|
2.404.168
|
190.356
|
2005
|
?
|
200.000-250.000*
|
Catatan: * perkiraan
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Banjir
Pembangunan tanpa
kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan
tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas
penyaluran air sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir besar di
Jakarta. Tata ruang kota yang
sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan.
Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah
resapan air, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya
perumahan serta pusat bisnis baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk
permukiman, banyak yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.
Untuk memperbaiki
keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan
Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke
arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing.
Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman kolonial
Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu
Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita