I. Penduduk
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari
masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu yang menjadi mayoritas di Provinsi
Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci di daerah Kerinci dan sekitarnya yang
berbahasa dan berbudaya mirip Minangkabau. Suku asli Jambi lainnya adalah Suku Kubu. Kehidupan Suku Kubu masih primitif ditandai dengan tingkat buta huruf yang tinggi. Secara sejarah dan budaya merupakan
bagian dari varian Rumpun Minangkabau. Juga ada suku-suku asli pedalaman yang
masih primitif yakni Suku Kubu dan Suku Anak Dalam. Adat dan budaya mereka
dekat dengan budaya Minangkabau. Selain itu juga ada pendatang yang berasal
dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina, India dan lain-lain. Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yaitu sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Buddha, Hindu dan Konghuchu. Tingkat kesejahteraan penduduk yang tercermin melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) tercatat sebesar 71,2 (data BPS tahun 2005). Sedangkan angka
pengangguran Provinsi Jambi sebesar 92.772 atau setara dengan 7,8% penduduk
Provinsi Jambi (data SAKERNAS bulan Februari).Provinsi Jambi termasuk dalam
kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapore (IMS-GT). Jarak
tempuh Jambi ke Singapura jalur laut melalui Batam dengan menggunakan kapal
cepat (jet-foil) ± 5 jam.
Migran
Sekelompok orang Jambi berjumlah 13 orang termasuk anak raja Jambi
melarikan diri ke Malaya ketika area mereka diserang tentara Belanda
ketika Perang Dunia I meletus pada 1914. Mereka berlayar sampai Kemaman, Terengganu untuk mencari tempat perlindungan
sebelum disambut baik dan lansung menetap di di Kampung Laut, Pasir Gajah
Kemaman
II. Ekonomi
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45°
Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah
Selatan berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan
sebelah Barat dengan Provinsi
Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara
kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting
terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan
industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku
dan bahan kebutuhan dari provinsi ini.
Luas Provinsi Jambi 53.435 km2 dengan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada
tahun 2010 berjumlah 3.088.618 jiwa (Data BPS hasil sensus 2010) . Jumlah
penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2006 berjumlah 2.683.289 jiwa (Data SUPAS
Proyeksi dari BPS Provinsi Jambi. Jumlah Penduduk Provinsi Jambi pada tahun
2005 sebesar 2.657.536 (data SUSENAS) atau dengan tingkat kepadatan 50,22
jiwa/km2. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0,96% dengan PDRB per kapita
Rp9.523.752,00 (Angka sementara dari BPS Provinsi jambi. Untuk tahun 2005, PDRB
per kapita sebesar Rp8.462.353). Sedangkan sebanyak 46,88% dari jumlah tenaga
kerja Provinsi Jambi bekerja pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan;
21,58% pada sektor perdagangan dan 12,58% pada sektor jasa. Dengan kondisi
ketenagakerjaan yang sebagian besar masyarakat di provinsi ini sangat
tergantung pada hasil pertanian,perkebunan sehingga menjadikan upaya pemerintah
daerah maupun pusat untuk mensejahterakan masyarakat adalah melalui
pengembangan sektor pertanian
Dengan kondisi suhu udara berkisar antara 23 °C sampai dengan
31 °C dan luas wilayah 53,435 km2 di antaranya sekitar 60% lahan merupakan
kawasan perkebunan dan kehutanan yang menjadikan kawasan ini merupakan salah
satu penghasil produk perkebunan dan kehutanan utama di wilayah Sumatera. Kelapa
sawit dan karet menjadi tanaman perkebunan primadona dengan luas
lahan perkebunan kelapa sawit mencapai 400.168 hektare serta karet mencapai
595.473 hektare. Sementara itu,
nilai produksi kelapa sawit sebesari 898,24 ribu ton pertahun. Hasil perkebunan
lainnya adalah karet, dengan jumlah produksi 240,146 ribu ton per tahun, kelapa
dalam (virgin coconut) 119,34 ribu ton per tahun, casiavera 69,65 ribu
ton per tahun, serta teh 5,6 ribu ton per tahun. Sementara produksi sektor
pertanian yang dihasilkan oleh kawasan bagian barat Provinsi Jambi yaitu beras
kerinci, kentang, kol/kubis, tomat dan kedele. Potensi kekayaan alam di Provinsi Jambi adalah minyak bumi, gas bumi, batubara dan timah putih. Jumlah potensi
minyak bumi Provinsi Jambi mencapai 1.270,96 juta m3 dan gas 3.572,44 miliar
m3. Daerah cadangan minyak bumi utama di struktur Kenali Asam, Kecamatan Jambi
Luar Kota, Kabupaten Batanghari dengan jumlah cadangan minyak 408,99 juta
barrel. Sedangkan cadangan gas bumi utama di Struktur Muara Bulian, Kecamatan
Muara Bulian, Kabupaten
Muaro Jambi dengan
jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.
Cadangan minyak bumi Provinsi Jambi sebesar 1.270,96 juta m3. Cadangan
minyak bumi antara lain terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, struktur
Kenali Asam, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kabupaten Batanghari.
- Gas bumi
Cadangan gas bumi Provinsi Jambi sebesar 3.572,44 miliar m3. Cadangan
tersebut sebagian besar terdapat di Struktur Muara Bulian, Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Muara Jambi dengan jumlah cadangan 2.185,73 miliar m3.
- Batu bara
Cadangan batubara Provinsi Jambi sebesar 18 juta ton, yang merupakan
batubara kelas kalori sedang yang cocok digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik. Cadangan terbesar dijumpai di Kabupaten Muara Bungo.
- Perkebunan
Komoditas perkebunan yang sangat dominan adalah Karet dan Kelapa Sawit. Hal
ini didukung dengan program Pemerintah Derah Provinsi Jambi yaitu “Pengembangan
Kelapa Sawit Sejuta Hektar” serta “Replanting Karet”. Selain itu, casiavera
juga banyak dibudidayakan terutama di daerah Kerinci.
III. Sejarah Kasultanan Jambi
Wilayah Jambi dulunya merupakan wilayah Kerajaan Malayu, dan kemudian
menjadi bagian dari Sriwijaya. Pada akhir abad ke-14 Jambi merupakan
vasal Majapahit, dan pengaruh Jawa masih terus mewarnai kesultanan Jambi selama abad ke-17 dan ke-18. Berdirinya kesultanan Jambi bersamaan dengan bangkitnya Islam di wilayah
itu. Pada 1616 Jambi merupakan pelabuhan terkaya kedua di Sumatera setelah Aceh, dan pada
1670 kerajaan ini sebanding dengan tetangga-tetangganya seperti Johor dan Palembang. Namun
kejayaan Jambi tidak berumur panjang. Tahun 1680-an Jambi kehilangan kedudukan
sebagai pelabuhan lada utama,
setelah perang dengan Johor dan konflik internal. Tahun 1903 Pangeran Ratu
Martaningrat, keturunan Sultan Thaha, sultan yang terakhir, menyerah Belanda.
Jambi digabungkan dengan keresidenan Palembang .
Tahun 1906 kesultanan Jambi resmi dibubarkan oleh pemerintah Hindia
Belanda.
IV. Pemerintahan
- Kabupaten dan Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu
|
1
|
Kabupaten Batanghari
|
Muara Bulian
|
2
|
Kabupaten
Bungo
|
Muara Bungo
|
3
|
Kabupaten Kerinci
|
Siulak
|
4
|
Kabupaten Merangin
|
Bangko
|
5
|
Kabupaten Muaro Jambi
|
Sengeti
|
6
|
Kabupaten Sarolangun
|
Sarolangun
|
7
|
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
|
Kuala
Tungkal
|
8
|
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
|
Muara
Sabak
|
9
|
Kabupaten
Tebo
|
Muara Tebo
|
10
|
Kota Jambi
|
-
|
11
|
Kota Sungai Penuh
|
-
|
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita