1. Penduduk
Masyarakat Lampung terdiri dari beraneka ragam suku serta menggunakan berbagai bahasa, antara lain: bahasa
Indonesia, bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Bali, bahasa
Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa
Lampung. Etnis Lampung yang biasa disebut (Ulun
Lampung, Orang Lampung) secara tradisional geografis adalah suku yang
menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi Sumatera
Selatan bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura,
Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di
sebelah selatan Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten. Asal-usul ulun Lampung (orang
Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang
di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang)
dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang
Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau
“utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7.Terdapat
bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat
di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan
berjaya hingga abad ke-11. Dalam kronik Tai-ping-huan-yu-chi dari
abad kelima Masehi, disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (“Laut
Selatan”), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang.
Negeri To-lang hanya disebut satu kali, tetapi negeri Po-hwang cukup banyak
disebut, sebab negeri ini mengirimkan utusan ke negeri Cina tahun 442, 449,
451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah
ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa
kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu
negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof.
Purbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan
Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan
Tulangbawang, meskipun diingatkannya bahwa anggapan itu semata-mata karena
menyatukan dua toponimi dalam kronik Cina.
2. Ekonomi
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok tanam. Sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh, kayu manis dll. Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu dll. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung bintang, bandar jaya dll
Kota-kota penting di Provinsi Lampung adalah :
Pariwisata
4. Sejarah
V. Pemerintahan
ENSIKLOPEDI LAINNYA
2. Ekonomi
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok tanam. Sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh, kayu manis dll. Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu dll. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung bintang, bandar jaya dll
Kota-kota penting di Provinsi Lampung adalah :
- Bandar Lampung
- Metro
- Kotabumi
- Bandar Jaya
- Pringsewu
- Natar dan Kota-kota
Satelit Bandar Lampung
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung
mencanangkan tahun kunjungan wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi di
Lampung adalah Wisata Budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang,
Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang
diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau
di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, Festival Teluk
Semaka di Tanggamus, dan Festival Way Kambas di Lampung Timur. Daerah Kalianda termasuk daerah pariwisata terpenting di Lampung.
Transportasi
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh
dapat menggunakan jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan
Lintas Timur Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Atau bisa menggunakan
jalur udara, melalui Bandar Udara Radin Inten II. Juga untuk
jalur laut bisa menggunakan Pelabuhan Bakauheni. Kondisi seluruh jalan akses
menuju Lampung dalam kondisi baik. Untuk jalan lintas Sumatera (status jalan
nasional), seringkali mengalami kerusakan akibat beban jalan yang tinggi karena
dilintasi oleh kendaraan barang dari seluruh daerah.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat
potensial berkembang berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil
(kerajinan) hingga industri besar, terutama di bidang agrobisnis. Industri penambakan udang termasuk salah satu
tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara
Bratasena, Dipasena dan Wachyuni Mandira. Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per
tahun mencapai 600.000 ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar
Group. pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi
dibawah PT. Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai
produksi pada tahun 2008. Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa
sawit, k0pi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
3. Pendidikan
Perguruan Tinggi
- Universitas Lampung
- IAIN Raden Intan
- Institut Teknologi Sumatera
- Politeknik Negeri Lampung (POLINELA)
- IBI
Darmajaya Bandar Lampung
- Sekolah
Tinggi Pertanian Surya Dharma Lampung
- Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Lampung
- Universitas Bandar Lampung
- Universitas Muhammadiyah Lampung
- Universitas
Mitra Lampung
- Universitas
Darmajaya
- Universitas Malahayati
- Universitas Tulang Bawang
- Perguruan Tinggi Teknokrat
- STKIP PGRI
Bandar Lampung
- DCC Lampung
- STIE Gentiaras
- Universitas
Megou Pak Tulang Bawang
- Prasetiya
Mandiri Lampung
- Universitas Muhammadiyah Metro
- STKIP Darmawacana
Metro
- STKIP
Muhammadiyah Pringsewu
- STKIP Muhammadiyah Kotabumi
- STMIK Pringsewu
- STAI Pringsewu
- STAI Maarif Metro
- STAIN Jurai Siwo Metro
- STIE Lampung Timur
- STAI Darussalam
Lampung
- Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras
- Sekolah
Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
4. Sejarah
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret
1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian
menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung
merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18
maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi
Sumatera Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah
menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri
yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh
karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan
Belanda. Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan
Banten menghancurkan Pajajaran,
ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama, mewarisi
wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The
Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:
From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the
fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his
earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood
already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in
the Sundanese region.
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng
Tirtayasa (1651-1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat
menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam
upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena
dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa
yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota
kesultanan Banten. Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu
saja tidak menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai
kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji
sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam
perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan
sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung
kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa
disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten. Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan
Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus
1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan
perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten
kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung. Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada
VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander
Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan
Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia
tidak mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara
VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak
semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan
Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan
Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai
musuh. Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC
apakah benar Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru
diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung
yang disebut "Jenang" atau kadang-kadang disebut Gubernur hanyalah
dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang
terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati"
secara hirarkis tidak berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur.
Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja
dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada,
dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling
membutuhkan satu dengan lainnya. Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun
1811 ia menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung
kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan
Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829
ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin
Inten semakin kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan
ekspedisi kecil dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan
persetujuan bahwa :
- Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f.
1.200 setahun.
- Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula
sebesar f. 600 tiap tahun.
- Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari
desa-desa yang sampai saat itu berada dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh
Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda. Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda
memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin
Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya.
Akan tetapi karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro
(1825 - 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu.
Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba
Kusuma. Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830
Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833
Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya.
Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer
Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil
dikuasai. Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga,
namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda.
Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor. Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan
perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan
hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak
membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk
tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi
kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya.
Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang
bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II
ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan
dari Batavia. Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan
kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk,
tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan
pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta
api dari Telukbetung menuju Palembang. Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17
Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak
ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan
penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai mana
dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung
ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun
mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika
Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi
salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut
telah pudar.
V. Pemerintahan
Kabupaten dan
Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Pusat pemerintahan
|
1
|
Kabupaten Lampung Tengah
|
Gunung
Sugih
|
2
|
Kabupaten Lampung Utara
|
Kotabumi
|
3
|
Kabupaten Lampung Selatan
|
Kalianda
|
4
|
Kabupaten Lampung Barat
|
Liwa
|
5
|
Kabupaten Lampung Timur
|
Sukadana
|
6
|
Kabupaten
Mesuji
|
Wiralaga Mulya
|
7
|
Kabupaten Pesawaran
|
Gedong
Tataan
|
8
|
Kabupaten Pesisir Barat
|
Krui
|
9
|
Kabupaten Pringsewu
|
Pringsewu
|
10
|
Kabupaten Tulang Bawang
|
Menggala
|
11
|
Kabupaten Tulang Bawang Barat
|
Tulang Bawang Tengah
|
12
|
Kabupaten Tanggamus
|
Kota Agung
|
13
|
Kabupaten Way Kanan
|
Blambangan
Umpu
|
14
|
Kota Bandar Lampung
|
Tanjung Karang
|
15
|
Kota Metro
|
-
|
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita