indonesaEnglish



Selasa, 20 Oktober 2015

Budaya Gorontalo

Selasa, 20 Oktober 2015

1. Rumah Adat 


Rumah Adat Provinsi Gorontalo disebut Doluhapa dan Pewaris.

- Doluhapa, merupakan rumah adat Gorontalo yang digunakan untuk tempat bermusyaarah. Pada masa-masa pemerintahan raja, Doluhapa digunakan untuk ruang pengadilan, tmpat untuk memvonis penghianat melalui 3 aturan yaitu:
- Alur pertahanan (keamanan), dikenal sebagai Buwatulo Bala; 
- Alur hukum agama islam, dikenal sebagai Buwatulo Syara; 
- Alur Hukum adat, dikenal sebagai Buwatulo Adati. 
Kini rumah adat Doluhapa digunakan oleh masyarakat Gorontalo difungsikan untuk tempat menjalankan upacara pernikahan dan juga upacara adat lain nya.

- Pewaris atau Bandayo Pamboide, merupakan rumah adat yang digunakan sebagai tempat bermusyawarah. Dulu Rumah Bandayo Pomboide ini difungsikan sebagai tempat pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dengan Doluhapa, bagian dalam Bandayo Pomboide mempunyai banyak sekat sehingga memiliki bermacam ruangan yang fungsiya juga beragam. Jika diamati secara keseluruhan, disain arsitektur rumah adat ini (baik Doluhapa dan Bandayo Pomboide) banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang tumbuh dan kental di wilayah Gorontalo sejak dahulu.




















2. Seni Tradisional

Tari Polo - Palo
Tari ini merupakan tari pergaulan bagi muda-mudi. Gerakkan tari ini dinamis dan beraturan. Biasanya, penarinya adalah wanita dan dilakukan oleh lebih dari dua orang.
Tari Peule Cinde
Tari ini, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

Alat Musik Polopalo
Alat musik ini terbuat dr bambu, berbentuk seperti garputala raksasa dan cara memainkannya yaitu dengan memukulkannya ke lutut. Pada perkembangannya, alat musik ini disempurnakan pada beberapa hal, salah satunya adalah kini Polopalo dibuatkan sebuah pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar membantu dan mempermudah untuk memainkannya. Pengembangan ini memberi perubahan selain tidak memeberi rasa sakit pada bagian tubuh yang dipukul, juga membuat alat musik ini berbunyi lebih keras atau nyaring.




Kerajinan Tangan

Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
- Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
- Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
- Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.
















3. Senjata Tradisional

Senjata Tradisional Gorontalo disebut Wamilo. Senjata Tradisional ini berbentuk seperti golok. Namun, bagian ujung hulunya sedikit melengkung ke bawah. Senjata tradisional lainnya adalah badik, Wamilo, Bitu'o (sejenis Keris), Sabele (sejenis Parang atau Lilang) dan Travalla. 

4. Pakaian Adat

Dalam acara pernikahan pakaian adat tradisional daerah khas Gorontalo disebut Biliu (pakaian pengantin putri) dan Mukuta (pakaian pengantin putra). Pakaian adat Gorontalo yang biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan, upacara khitanan, upacara baiat (pembeatan wanita), upacara penyambutan tamu, maupun upacara adat lainnya. Pakaian adat pada pria berupa baju tertutup yang dipadankan dengan celana panjang. Pakaian ini dilengkapi penutup kepala dan kain sarung yang dililitkan di pinggang. Serta ada senjata tradisional wamilo diselipkan dililitan sarung tersebut Sedangkan pakaian adat pada wanita berupa baju berukuran panjang sejenis baju kurung. Dan anting berwarna emas. Biasanya, rambut wanita disanggul dengan bentuk sederhana dan dihiasi kembang emas.


5. Suku

Provinsi Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a (Keluarga), diantaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulontalo), Pohala'a Suwawa (Etnis Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya dikategorikan kedalam suku Gorontalo atau Suku Hulontalo. Ditengarai, penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh dunia.

Komposisi Suku Gorontalo :
Gorontalo (90%), Suku Suwawa, Suku Bolango, Suku Atinggola, Mongondow dan lainnya 10% termasuk (Jawa, Makasar, dan Minahasa)

6. Bahasa

Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang Gorontalo.

Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo". Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:
  • Permisi.... = Tabi' ....
  • Silahkan... = Toduwolo ....
  • Terima Kasih... = Odu'olo ...
  • Iya ... = Jo ... (Kata Jo digunakan oleh laki-laki saat menjawab sesuatu)
  • Iya ... = Saaya ... (huruf 'a' diawal dibaca panjang, kata Saaya digunakan oleh perempuan saat menjawab sesuatu)

7. Lagu Daerah
- Dabu - Dabu
- Moholunga
- Tahuli Li Mama
- Binde Biluhuta


















ENSIKLOPEDI LAINNYA



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA