Rumah adat Jawa Timur
dinamakan Rumah Situbondo. Rumah Situbondo merupakan model rumah adat Jawa
Timur yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu tidak mempunyai pintu
belakang dan tanpa kamar-kamar pula. Serambi depan tempat menerima tamu
laki-laki dan tamu perempuan diterima di serambi belakang. Mereka masuk dari
samping rumah.
2. Seni Tradisional
Reog Ponorogo
merupakan tari daerah
Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan, dan kegagahan. Bila kita
mendengar kata reog, maka yang akan terlintas dibenak adalah seni tari yang
pernah diklaim oleh Malaysia. Kata reog sendiri sebenarnya merujuk pada bentuk
kesenian yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Reog di Jawa
Barat merupakan kesenian / seni musik dan tari yang dibawakan oleh 4 orang
pemain sambil membawa gendang. Sedangkan di Jawa Tengah kata reog merujuk pada
kesenian / seni tari yang dibawakan oleh 2 penari yang menggunakan topeng.
Untuk kesenian Reog yang ada di Jawa Timur lebih dikenal dengan nama Reog
Ponorogo. Reog Ponorogo merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang
merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari
inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu
merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog
Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut
mengandalkan kekuatan gigi.
Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan ini ini terdiri dari tarian singa barong.
Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan ini ini terdiri dari tarian singa barong.
Berikut adalah beberapa
tokoh yang diperankan dalam tarian Reog Ponorogo :
Jathil yaitu prajurit
berkuda
Warok yaitu yang
berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan
tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.
Barongan (Dadak Merak),
merupakan tarian yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Barongan
berupa topeng singa dengan mahkota bulu merak.
Klono Sewandono
menggambarkan raja kelono yang sakti mandraguna
Bujang Ganong
(Ganongan) atau Patih Pujangga Anom
Wayang Topeng – Malang
Wayang Topeng yang
berasal dari Malang juga disebut sebagai wayang topeng malangan. Kesenian
Wayang Topeng Malang ini tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan sebagai tradisi
kultural dan religius pada masyarakat jawa. Pada awal mula adanya wayang topeng
malang tidak diperuntukan sebagai pertunjukan kesenian, akan tetapi Wayang
Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara
persembahyangan. Struktur pertunjukkan Wayang Topeng Malang
sekarang pada umumnya diawali oleh sajian gendhing-gendhing giro, kemudian tari
ngerema (gaya putera atau putri) sebagai ucapan selamat datang kepada penonton.
Setelah tari ngrema dilanjutkan lawakan ludruk (kadang-kadang tanpa pelawak),
kemudian gendhing-gendhing talu wayangan. Dalam sajian pakeliran siklus
waktunya dibagi lima tingkatan yaitu: Pathet sepuluh (Untuk gendhing talu
saja), Pathet wolu, Pathet sanga, Pathet miring dan Pathet serang.
Biasanya sebelum tancep kayon, sajian diakhiri dengan penampilan tari beskalan
dan tayuban, oleh boneka perempuan dan laki-laki, yang diiringi gendhing
ijo-ijo dilanjutkan gonjor
Ludruk
Ludruk adalah suatu
kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Berbeda dengan ketoprak yang melakonkan
kehidupan istana, Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan
oleh sebuah grup kesenian yang dipergelarkan di sebuah panggung dengan
mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan
sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai
musik.
Syiir Madura
Syiir Madura
Syi’ir Madura merupakan
salah satu bentuk tradisi lisan di Madura. Syi'ir yang berupa dengan puisi Arab
tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Pada umumnya syi’ir itu ditulis
oleh para santri zaman dahulu di luar waktu-waktu belajar. Biasanya syi’ir itu
dilagukan dengan suara merdu. Bentuk syi’ir ini sama dengan
syair dalam sastra Melayu, yang terdiri dari empat bait dengan pola rima a a a
a.
Tari Tandakan
Tari Tandakan
Jenis tari pergaulan yang
digali dan digarap berdasarkan tari tradisional yang berkembang didaerah
Jombang, dan sekitarnya. Sebagai tari pergaulan maka tari ini bersuasana
gembira dan berkesan akrab.
Tari Remo
sebuah tarian dari
Surabaya yang melambangkan jiwa kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut
tamu agung.
Jaran Bodhag
Jaran Bodhag adalah
kesenian tradisional yang berasal dari Probolinggo Jawa Timur. Jaran Bodhag
mulai muncul dan dikenal oleh masyarakat Kota Probolinggo sejak zaman awal
kemerdekaan. Salah satu sumber menerangkan, bahwa Jaran Bodhag merupakan
kesenian turunan dari kesenian ada sebelumnya, yaitu “Jaran Kecak”, namun
perbedaannya pada kesenian jaran bodhag tidak menggunakan Kuda asli, tetapi
menggunakan semacam bentuk tiruan kuda dari bahan rotan dan kayu. Bentuk penyajian Jaran Bodhag adalah arak-arakan dan diiringi musik kenong
telo’ dengan tambahan sronen. Tampilan Jaran Bodhag terdiri dari dua orang
pembawa Jaran Bodhag, serta dua orang Janis/penari
pengiring/pembawa Jaran Bodhag. Pemain Jaran Bodhag menggunakan pakaian yang
gemerlap yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan
estetiknya dengan maksud untuk menarik perhatian penonton. Jaran Bodhag biasanya ditampilkan pada perayaan tertentu atau pada acara
seperti khitanan sebagai hiburan seni pertunjukan tradisi secara turun temurun.
Topeng Dongkrek
Topeng Dongkrek merupakan
bentuk seni tari yang diiringi oleh musik bedug dan kendang. Seni Dongkrek
lahir pada sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini namanya
berganti menjadi Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. Seni Topeng Dongkrek
merupakan seni pertunjukan dan hiburan dengan para pemain yang menggunakan
topeng yang terdiri dari tiga jenis topeng, yaitu topeng raksasa atau buta
dengan muka seram, topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih, serta
topeng orang tua lambang kebajikan.
3. Senjata Tradisional
Senjata yang sangat
terkenal di Jawa Timur adalah clurit. Clurit adalah sejenis arit
dan bentuknya cukup mengerikan. Orang-orang Madura sering menyelipkan clurit di
pinggangnya. Senjata lainnya di Jawa Timur adalah sondre, kodi, tombak, pisau
belati, dan arit bulu ayam.
4. Pakaian Adat
Pakaian adat
tradisional Madura, Jawa Timur biasa disebut pesa’an. Pakaian ini terkesan sederhana karena hanya berupa
kaos bergaris merah putih dan celana longgar. Untuk wanita biasa menggunakan
kebaya. Pakaian adat yang dipakai prianya berupa tutup
kepala (destar), baju lengan panjang tanpa leher dengan baju dalam warna
belang-belang. Sepotong kain tersampir di bahunya dan ia memakai celana panjang
sebatas lutut dengan ikat pinggang besar. Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya pendek dengan kain sebatas lutut.
Perhiasan yang dipakainya adalah kalung bersusun dan gelang kaki.
5. Suku
Suku bangsa
Mayoritas penduduk Jawa
Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, etnisitas di Jawa Timur lebih
heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur
daratan. Suku Madura mendiami di Pulau
Madura, dan daerah Tapal Kuda (Jawa Timur bagian timur),
terutama di daerah pesisir utara, dan selatan. Di sejumlah kawasan Tapal Kuda, Suku Madura bahkan merupakan
mayoritas. Hampir di seluruh kota di Jawa Timur terdapat minoritas Suku Madura,
umumnya mereka bekerja di sektor informal. Suku
Bawean mendiami Pulau
Bawean di bagian utara Kabupaten
Gresik. Suku Tengger, konon adalah keturunan pelarian Kerajaan
Majapahit, tersebar di Pegunungan Tengger, dan sekitarnya. Suku Osing tinggal
di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Orang Samin tinggal
di sebagian pedalaman Kabupaten Bojonegoro. Selain penduduk asli,
Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup
signifikan, dan mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Arab;
mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga
tinggal di sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak
ekspatriat tinggal di Jawa Timur, terutama di Surabaya, dan
sejumlah kawasan industri lainnya.
Suku bangsa di Jawa
Timur, yaitu:
Nomor
|
Suku Bangsa
|
Jumlah
|
Konsentrasi
|
1
|
Suku Jawa
|
27.344.974
|
78,68%
|
2
|
Suku
Madura
|
6.281.058
|
18,07%
|
3
|
Suku Osing
|
297.373
|
0,86%
|
4
|
Tionghoa
|
190.968
|
0,55%
|
5
|
Suku
Bawean
|
60.703
|
0,17%
|
6
|
Suku Sunda
|
39.945
|
0,11%
|
7
|
Suku
Tengger
|
33.886
|
0,10%
|
8
|
Arab
|
22.747
|
0,07%
|
9
|
Suku Bugis
|
16.313
|
0,05%
|
10
|
Suku
Banjar
|
15.397
|
0,04%
|
11
|
Suku
Betawi
|
7.151
|
0,02%
|
12
|
Suku
Minangkabau
|
5.670
|
0,02%
|
13
|
Suku
Banten
|
689
|
0,00%
|
14
|
Lain-lain termasuk
Suku Samin
|
439.527
|
1,26%
|
- Suku Asli lain selain Suku Jawa yang menempati sebagaian wilayah di Propinsi Jawa Timur :
Suku Tengger (/tənggər/) adalah sebuah suku yang tinggal
di sekitar kawasan pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia.
Penduduk suku Tengger menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten
Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut
sensus BPS tahun 2010
Suku Osing atau biasa
diucapkan Suku Using adalah penduduk asli Banyuwangi atau
juga disebut sebagai "wong Blambangan" dan merupakan penduduk
mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing merupakan
sub suku
Jawa menurut sensus BPS tahun 2010
Suku Bawean menempati wilayah Pulau Bawean - Gresik Jawa Timur
Suku Bawean dimasukkan kedalam
sub suku
Jawa menurut sensus BPS tahun 2010. Masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia lebih
mengenal dengan sebutan Boyan daripada Bawean dan dalam pandangan mereka Boyan berarti
sopir dan tukang kebun (kephun dalam bahasa
Bawean), karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di
kebun atau sebagai sopir. Orang-orang Bawean merupakan satu kelompok kecil dari
masyarakat Melayu yang
berasal dari Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa antara
dua pulau besar yaitu Pulau Kalimantan di
utara dan Pulau Jawa di
selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah
utara Surabaya,
dan masuk kabupaten Gresik. Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan,
yaitu kecamatan Sangkapura dan
kecamatan Tambak. Diponggo adalah
salah satu kelurahan dari 30 kelurahan di pulau Bawean yang
bahasanya berbeda jauh dari desa-desa yang lain. Masyarakat Diponggo
berbahasa semi Jawa, hal mana
merupakan warisan dari seorang ulama wanita
yang pernah menetap di desa itu, yaitu waliyah Zainab, yang masih keturunan Sunan Ampel. Sulit untuk
menentukan waktu yang tepat kedatangan orang-orang Bawean ke Malaka karena
tidak ada bukti dan dokumentasi sejarah mengenai kedatangan mereka. Tidak
ada catatan resmi mengenai kedatangan mereka di Malaka. Berbagai
pendapat yang dikemukakan tidak bisa menunjukkan waktu yang tepat. Pendapat
pertama mengatakan bahwa ada orang yang bernama Tok Ayar datang ke Malaka pada
tahun 1819. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang Bawean datang pada
tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan Inggris di
Malaka, dalam catatan Pemerintah Koloni Singapore pada tahun
1849 terdapat 763 orang Bawean dan itu terus bertambah
jumlahnya . Sedangkan dalam catatan Persatuan Bawean Malaysia pada tahun
1891 terdapat 3.161 orang Bawean yang tersebar di Kuala Lumpur, Johor Bharu,
Melaka, Seremban dan Ipoh. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah
ada di Malaka sebelum tahun 1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean
di Malaka. Masyarakat Bawean umumnya tinggal di kota atau daerah yang dekat
dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching, Klebang Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan
sekitar Rumah Sakit Umum
Malaka. Jarang ditemui orang Bawean yang tinggal di kawasan-kawasan yang
jauh dari kota dan jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan
tidak melebihi seribu orang. Selain di Malaka, orang
Bawean juga tersebar di Lembah
Klang, seperti di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam.
Mereka membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau
Pinang terdapat sekurang-kurangnya 2 keluarga besar orang Bawean.
Mereka menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan
orang bukan Bawean.Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah
menjadi warga negara Malaysia. Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada
yang telah menerima status penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan
keahlian membuat bangunan dan rumah. Ada juga yang menjadi usahawan kecil
seperti sub-kontraktor pembersih bangunan dan peniaga runcit.
Selain di negara Malaysia dan Singapura orang-orang
Bawean juga bermigrasi ke Australia dan Vietnam. Mereka
memasuki Australia sekitar tahun 1887 melalui
jalur Singapura dan menetap di pulau Christmas. sebagian besar di antara mereka
menyebar di Australia Barat diperkirakan terdapat tidak kurang dari 500
keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur dengan keturunan orang
melayu, Kokos, Jawa, India, Arab, Eropa, dan sebagainya. Sedangkan orang Bawean
di Vietnam tersebar di Ho Chi Minh City kedatangan mereka di Vietnam
diperkirakan sekitar tahun 1885. Di antaraketurunan mereka yang lahir di
Singapura, Vietnam dan Pulau Krismas sudah tidak lagi bisa berbahasa Bawean,
bahkan yang lahir di daratan Australia tidak bisa pula berbahasa Melayu, walau
mereka mengerti. Orang-orang Bawean yang tinggal di negara tersebut kecuali
yang tinggal di Vietnam masih menjalin hubungan dengan kerabatnya yang ada di
Pulau Bawean.
Suku Madura merupakan etnis
dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20.179.356 juta jiwa (sensus
2014). Mereka berasal dari Pulau
Madura dan pulau-pulau sekitarnya
Di samping suku Jawa dan Sunda,
orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan
Barat dan Kalimantan
Tengah, serta ke Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya,
juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah
terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh
kesenjangan sosial, namun sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis
Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembali. Orang Madura pada dasarnya
adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan
ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk
bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang,
misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Namun,
tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti ketua
MK Mahfud Md, Wardiman Djojonegoro (mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan 1993-1998 di bawah pemerintahan Presiden Soeharto),Rahmat
Saleh ( mantan Mentri Perdagangan dan Gubernur Bank Indonesia ) di bawah
pemerintahan Presiden Soeharto, R. Hartono adalah
seorang mantan jenderal dengan pangkat tertinggi di TNI Angkatan Darat yaitu
jenderal bintang empat dengan jabatan tertinggi pula sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Dia
merupakan satu-satunya perwira tinggi dari korps Kavaleri yang mendapatkan
pangkat jenderal penuh (bintang empat) juga ( Mantan Mentri Penerangan ),
M.A.Rachman Mantan Jaksa Agung.Hadi Purnomo Mantan Ketua BPK ), Nurmahmudi
Ismael Mantan Mentri Kehutanandan Presiden PKS ), Soejono Chanafian Atmonegoro
Mantan Jaksa Agung ), Herman Widyanan Mantan Wakil BPK ) , Banoerusman
Astrosemitro Mantan Kapolri ). Hanafie Hasnan Mantan Kepala staf Angkatan Udara
AURI ),Muhammad Arifin ( Mantan Kepala Staff ALRI ) , Roemanhadi Mantan Kepala
Staf Kepolisian RI ). Tokoh penyair dan budayawan Madura yang terkenal dengan
julukan Clurit Emas, HD. Zawawi Imron, merupakan tokoh autodidak asli produk
Madura dll. Selain itu banyak juga terdapat tokoh pejuang kemerdekaan yang
layak menjadi Pahlawan nasional Indonesia Seperti: Trunojoyo yang
telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda (VOC tahun 1677). Kiyai
Taman adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang Belanda pada tahun
1919. Kiai Djauhari membuka cabang Hizbullah di Prenduan. Didirikan pada tahun
1944, Hizbullah adalah organisasi militer pemuda Majelis Muslimin Indonesia
(Masjumi), organisasi yang berpengaruh secara nasional kala itu. KH. Abdullah
Sajjad, salah satu pengasuh PP. Annuqayah salah satu pahlawan dari Kabupaten
Sumenep. KH. Mawardi, salah satu pengasuh PP. Sumber Anyar salah satu pahlawan
dari Pamekasan. Madura masih menyimpan banyak tokoh ulama seperti Syaikhona
Kholil Bangkalan, K.Abdul Majid Bata-bata, K.Moh.Ilyas Guluk-guluk, K. Abdul
Hamid Baqir Banyuanyar,KH.M.Tidjani Djauhari, KH.M. Idris Djauhari. K. Jufri
Marzuqi Sumber Batu (dianugerahi gelar al-Syahidul Kabir oleh PB.NU), Halim
Perdana Kusuma salah satu pahlawan Nasional yang tewas di semenanjung Malaya, dsb.
Mayoritas masyarakat
hampir 100 % suku Madura adalah penganut Islam bahkan suku Madura yang
tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat
taat dalam beragama islam. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren
yang tersebar di seluruh pulau madura. Misalnya Pondok Pesantren Mambaul Ulum
Bata-Bata, Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan,
Pondok pesantren Annuqayah disingkat PPA pesantren yang terletak di
desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di Sumenep dan , Pondok
Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok Pesantren Attaraqqi Sampang, dan
pesantren-pesantren lainnya dari yang memiliki santri ribuan, ratusan, dan
puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam
kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak sekedar mengajar ilmu agama
tapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli
pada nasib rakyat kecil.
Suku Samin adalah suku
yang terdapat di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Timur Di
pedalaman Blora (perbatasan
dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang
terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang
Kanekes di Banten. Persebarannya meliputi Blora, Cepu, dan
Bojonegoro
6. Bahasa
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun
demikian Bahasa Jawa dituturkan oleh sebagian besar Suku
Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Dialek Bahasa Jawa timur dikenal dengan Bahasa
Jawa Timuran, yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa
Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan
bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar.
Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik, dan bangga dengan
bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa dialek
Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek Bahasa
Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan Dialek Surabaya. Dibanding dengan
bahasa Jawa dialek Mataraman (Ngawi sampai Kediri), bahasa dialek malang
termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata
makan, jika dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam
dialek Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara
bahasa arek Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang
lazim dipakai oleh arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering juga
disebut sebagai bahasa walikan atau osob kiwalan. Berdasarkan
penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosa kata (vocabulary) bahasa walikan
Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari kata benda, kata kerja,
kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa Jawa,
Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Cina, dan Inggris. Beberapa
kata yang diucapkan terbalik, misalnya mobil diucapkan libom,
dan polisi diucapkan silup. Produksi bahasa
walikan Malangan semakin berkembang pesat seiring dengan munculnya supporter
kesebelasan Arema (kini Arema Indonesia)yang sering disebut Aremania.
Bahasa-bahasa walikan banyak yang tercipta dari istilah-istilah di kalangan
supporter. Seperti retropus elite atau supporter elit. Otruham untuk
menyebut supporter dari wilayah Muharto. Saat ini Bahasa Jawa merupakan salah
satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat
SD hingga SLTA.
Bahasa
Madura dituturkan oleh Suku Madura di
Madura maupun di mana pun mereka tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan
bahasa seperti halnya Bahasa Jawa, yaituenja-iya (bahasa kasar), engghi-enten (bahasa
tengahan), dan engghi-bhunten (bahasa halus). Dialek Sumenep
dipandang sebagai dialek yang paling halus, sehingga dijadikan bahasa standar
yang diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian penduduk menuturkan
dalam dua bahasa: Bahasa Jawa, dan Bahasa Madura. Kawasan kepulauan di sebelah
timur Pulau Madura menggunakan Bahasa Madura dengan dialek tersendiri, bahkan
dalam beberapa hal tidak dimengerti oleh penutur Bahasa Madura di Pulau Madura
(mutually unintellegible). Suku Osing di Banyuwangi menuturkan Bahasa
Osing. Bahasa Tengger, bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh Suku Tengger, dianggap lebih dekat dengan Bahasa Jawa Kuna. Penggunaan
bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi lokal
kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa
acaranya, terutama berita, dan talk show, misalnya JTV memiliki
program berita menggunakan Boso Suroboyoan, Bahasa Madura, dan
Bahasa Jawa Tengahan.
7. Lagu Daerah
- Cublak – cublak suweng
- Gai Bintang
- Kembang Malathe
- Keraban Sape
- Tanduk Majeng
- Lindri
- Rek Ayo Rek
ENSIKLOPEDI LAINNYA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita