1. Rumah Adat
Rumah adat Maluku
dinamakan Baileo. Baileo
dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut Saniri
Negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh serambi. Atapnya
besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari tangkai
rumbai yang disebut.
2. Seni Tradisional
Bambu Gila
Tarian permainan ini melibatkan
kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak diperlukan
ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang
dukun bambu ini diberi mantera. Lama-kelamaan bambu ini terasa berat
hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Tidak hanya berat,
bambu ini bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. Pelaksanaannya
biasanya diiringi dengan musik perkusi.
Tari Lenso
Merupakan tari
pergaulan bagi segenap lapisan masyarakat Maluku.
Tari Cakalele
Tari Cakalele
Merupakan tari
perang yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
Tari Cakaola
Tari Cakaola
Merupakan jenis tari
pergaulan yang digarap berdasarkan unsur unsur gerak tari tradisional Orlapei
dan Saureka reka. Tari ini biasannya ditarikan untuk memeriahkan pesta pesta
atau dipertunjukkan dalam rangka manjamu tamu tamu terhormat.
Musik
Alat musik yang terkenal
adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa
Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain
hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh
alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong,
Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto
Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja
dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit
Bia (Kulit Kerang). Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik
yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di
Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu
hingga sekarang masih memiliki ciri khas di mana terdapat penggunaan alat musik
Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional
seperti Katreji. Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya
Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang
untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya
termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti
rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Rebana Maluku
Di luar daripada
beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak
dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian
tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang
lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery
Pesulima, Utha Likumahua, Masnait Group, dan Yopie Latul.
Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth
Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey
Malaihollo, Glen Fredly, Ello Tahitu, Webster Manuhutu Moluccas, Figgy
Papilaya, dan lain-lain.
3. Senjata Tradisional
Senjata tradisional
yang terkenal di Maluku adalah Parang
Salawaku. Panjang parang 90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya)
dihiasi dengan motif motif yang melambangkan keberanian. Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh
seorang pandai besi khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti
kayu besi atau kayu gupasa. Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu
yang keras pula. Selain untuk keperluan perang, parang salawaku dipakai pula
dalam menarikan tari Cakalele.
Pakaian Adat Maluku
bernama Baju Cele bermotif garis-garis
geometris atau berkotak-kotak kecil. Biasanya, baju Cele dikombinasikan dengan
kain sarung yang warnanya tidak terlalu jauh berbeda, yang penting harus seimbang
dan serasi. Baju cele dipakai dalam upacara-upacara adat. Prianya memakai pakaian adat berupa setelann jas berwarna merah dan
hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai
baju Cele, semacam kebaya pendek, dan berkain yang disuji. Perhiasannya berupa
anting anting, kalung dan cincin. Pakaian ini berdasarkan adat Ambon.
Suku bangsa Maluku
didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih
berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang
tersebar di kepulauan Samudra Pasifik dan sekitar kepulauan Mikronesia. Banyak bukti kuat yang
merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan
pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan
rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat
pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit
gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat, serta
profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku
lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas
laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Sejak
zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan
suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal)
serta Spanyol, kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat
daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2.300 tahun dan melahirkan
keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni
lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru. Karena
adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka
Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan
sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor
Leste (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri]]. Bahkan hingga
sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing
seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock,
Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden, dan lain-lain)
serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De
Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli, dan lain-lain). Ditemukan pula
fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus,
Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez, dan lain-lain) serta
fam-fam Arab yang langsung dari Hadramaut (Al-Kaff, Al
Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff, dan
lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan
disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca:
Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca:
Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai), dan Akyuwen (baca:
Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat
Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai
negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan
olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan
besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap di sana
hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang di kemudian hari
menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para
ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta
terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda (yang dianggap
sebagai tanah air kedua oleh orang Maluku selain tanah Maluku itu sendiri),
Suriname, dan Australia. Komunitas Maluku di wilayah lain di Indonesia dapat
ditemui di beberapa tempat seperti : Medan, Palembang, Bandung, Jabodetabek, Jawa
Tengah, Yogyakarta,Makassar, Kupang, Manado, dan Jayapura
6. Bahasa
Bahasa yang digunakan di
Provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun
bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atautrade language.
Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah
dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang
pernah mendatangi, menyambangi, bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah
Maluku di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab,
dan Belanda.
Bahasa Ambon selaku lingua
franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk di
wilayah Provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh
masyarakat Indonesia Timur lainnya seperti orang Ternate, Manado, Kupang,
dll. karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip
dengan bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi
Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, serta Nusa
Tenggara Timur. Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan
di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam
kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formal seperti di kantor-kantor
pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum,
bandara, dan pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah
kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, Provinsi Maluku dan Maluku Utara
menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku.
Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga
mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini.
Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu:
Bahasa Wemale
Dipakai penduduk Negeri
Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat).
Bahasa Alune
Dipakai di wilayah tiga
batang air yaitu Tala, Mala, dan Malewa di wilayah Kabupaten Seram Bagian
Barat.
Bahasa Nuaulu
Dituturkan oleh suku
Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu antara Teluk Elpaputi
dan Teluk Teluti.
Bahasa Atiahu
Dipakai oleh tiga negeri
yang juga termasuk rumpun Nuaulu yakni Negeri Atiahu, Werinama, dan
Batuasa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur.
Bahasa Koa
Dituturkan di wilayah
pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar Manusela dan
Gunung Kabauhari.
Bahasa Seti
Dituturkan oleh suku
Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan bahasa dagang di Seram Bagian
Timur.
Bahasa Gorom
merupakan turunan dari
bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam
di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku
Tenggara.
Bahasa Tarangan
merupakan bahasa
pemersatu dan dipakai oleh penduduk wilayah Pulau Aru dengan ibu kota Kab. Dobo Maluku
Tenggara.
Tiga bahasa yang hampir
punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa di atas
dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi lingua franca sejak
lama yaitu Bahasa Ambon.
Sebelum bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Spanyol, Portohis, Wolanda,
dan Inggris) menginjakkan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli Maluku
tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari
keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia
(bahasa Papua-Melanesoid)
7. Lagu Daerah
- Rame -Rame
- Rasa
Sayang e
- Sarinande,
- Naik-Naik
Ke Puncak Gunung,
- Burung
Kaka Tua
- Burung
Tantina
- Pela e
- Huhate
- Manise
- Kole-Kole
- Lembe-Lembe
- Ouw Ullath
e
- Waktu
Hujan Sore-Sore
- Buka
Pintu
- Ambon
Manise
- Sayang
Kene
- Hela
Rotang
- Hela e
Hasa-Hasa
- Batu
Badaong
- Nusaniwe
- Ole Sio
- Waktu Di
Pangku Mama
- Tanase
- Toki Tifa
- Hura-Hura
Cincin
- Balenggang
Patah Tanjung
- Gunung
Salahutu
- Saule
- Siwalima
Arika
- Suda
Balayar
- Goro-Goro
Ne
- Nona Manis
Siapa Yang Punya
- Mande-Mande
- Gandong e
- Sio Mama - dll.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita