1. Rumah Adat
Bangsal Kencono adalah
rumah yang berbentuk padepokan. Rumah ini memiliki halaman yang luasnya
14000m2. Di halaman tersebut banyak terdapat sangkar burung dan tanaman yang
menghiasi. Saat ana memasuki bangsal Kencono, anda akan menemukan dua buat
patung yang terkenal dengan sebutan bupolo. Patung tersebut menggenggam sebuah pemukul atau biasa disebut gada. Menurut Sumber Sejarah, Bangsal
Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756M. Dibangunnya
padepokan ini dulu ditujukan untuk acara keagamaan atau kesultanan. Tempat ini
juga digunakan dalam "Jumenengan" yaitu acara naik tahta seorang
sultan. Banyak ornamen dan detail-detail yang terpengaruh aliran hindu seperti
jumlah tiang sebanyak tujuh buah melambangkan kesempurnaan dan masih banyak
lagi. Rumah Adat
Yogyakarta
Kethoprak
Kethoprak adalah
kesenian tradisional di Yogyakarta yang dipentaskan dalam bahasa Jawa.
Bercerita tentang sejarah sampai cerita fantasi dan didahului dengan tembang
Jawa. Kostum dari pemain ketoprak menyesuaikan dengan adegan dan jalan cerita
serta selalu diiringi dengan irama gamelan dan keprak.
Wayang Kulit
Sesuai dengan namanya, wayang
kulit biasanya dibuat dari kulit kerbau atau kulit lembu. Wayang kulit
saat ini telah menjadi warisan budaya nasional dan sudah sangat terkenal di
dunia sehingga banyak orang asing yang datang dan mempelajari seni perwayangan.
Sampai saat ini wayang kulit tetap digemari sebagai tontonan yang
menarik, biasanya disajikan semalam suntuk.
Wayang Wong
Sesuai dengan namanya
juga, wayang wong adalah wayang yang diperankan oleh manusia.
Ceritanya juga hampir sama dengan cerita-cerita pada wayang kulit namun dalangnya
disamping sebagai piñata cerita tetapi juga sekaligus sebagai sutradara di atas
panggung.
Wayang Golek
Berbeda dengan wayang
kulit dan wayang wong, wayang golek adalah wayang yang terbuat
dari dari kayu. ceritanya berasal dari kisah Menak. Wayang ini banyak disukai
karena gerakan-gerakan wayang yang didandani seperti manusia ini sangat mirip
dengan gerakan orang.
Jathilan
Jathilan adalah
tarian yang penarinya menggunakan kuda kepang, Barongan dan dilengkapi unsur
magis. Tarian ini digelar dengan iringan beberapa jenis alat gamelan seperti
Saron, Bende, kendang, Gong, dll.
Karawitan
Karawitan merupakan
musik gamelan tradisional Jawa yang dimainkan oleh sekelompok Wiyaga dan
diiringi oleh nyayian dari Waranggono dan Wiraswara biasanya disebut dengan
‘Uyon-uyon’, sedangkan kalau tanpa diiringi oleh nyayian dari Waranggono atau
Wiraswara disebut dengan ‘Soran’.
Tari Kreasi Baru
Seni Tari dan seni
Karawitan Jawa selalu berkembang dengan munculnya tata gerak tari dan
iram-irama yang baru. Salah seorang perintis tari kreasi baru adalah
seniman Bagong Kusudiarjo, padepokannya terletak di daerah Gunung Sempu,
Kabupaten Bantul.
Sendratari Ramayana
Sendratari Ramayana mempunyai
keistimewaaan tersendiri karena ceritanya mengisahkan antara pekerti yang baik
(ditokohkan oleh Sri Rama dari negara Ayodyapala) melawan sifat jahat yang
terjelma dalam diri Rahwana (Maharaja angkara murka dari negara Alengka)
Sendaratari Ramayana dipentaskan di Panggung Terbuka Prambanan secara rutin pada bulan Mei sampai Oktober, masing-masing dalam 4 (empat) episode yaitu :
Sendaratari Ramayana dipentaskan di Panggung Terbuka Prambanan secara rutin pada bulan Mei sampai Oktober, masing-masing dalam 4 (empat) episode yaitu :
- Episode satu: Hilangnya Dewi Shinta
- Episode dua: Hanoman Duta
- Episode Ketiga: Kumbokarno Leno atau
gugurnya Pahlawan Kumbokarno
- Episode Keempat: Api suci
Apabila ingin menyaksikan ceritera Ramayana secara ringkas (full story), dapat menonton di Teater Tri Murti Prambanan pada setiap hari selasa, rabu, dan kamis. Bisa juga untuk Anda yang ingin menonton Sendratari Ramayana di kota Yogyakarta, beberapa tempat yang menyajikan diantaranya di Jl. Brigjen Katamso (Pura Wisata dan Ndalem Pujokusuman)
Langen Mandra Wanara
Langen Mandra Wanara adalah
keseniatan yang merupakan perpaduan antara berbagai jenis tarian, tembang,
drama dan irama gamelan adalah salah satu bentuk kesenian tradisional
Yogyakarta. Karakteristik tarian ini adalah para penarinya berdiri dengan lutut
atau jengkeng sambil berdialog dan menyanyi ‘mocopat’. Cerita langen mandra
wanara diambil dari kisah ramayana dengan lebih banyak menampilkan wanara/kera.
Sama halnya dengan Propinsi
Jawa Tengah, di Propinsi D.I Yogyakarta Keris merupakan senjata tradisional yang paling terkenal.
Keris-keris itu diberi pula gelar-gelar kehormatan seperti "Kanjeng Kyai Kpek" dan sebagainya. Selain keris terdapat pula Tombak sebagai benda pusaka. Benda-benda itu sangat dihormati
dan diberi gelar kehormatan. Antara lain "Kajeng Kyai Ageng Plered",
Kanjeng Kyai Ageng Baru", "Kanjeng Kyai Gadapan" dan
"Kanjeng Ageng Megatruh". "Kyai
Plered" mempunyai sejarah tersendiri, karena Untung Suropati berhasil
menewaskan opsir Belanda Kapten Tack dengan menggunakan "Kyai Plered"
Oleh karena itu, tombak ini dianggap keramat. Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan
Aji. Tosan artinya besi dan Aji artinya dihormati karena bertuah.
Benda-benda ini biasanya dirawat baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat
khusus. Pada saat-saat tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.
Terutama di hari suci seperti 1 Muharam.
Perbedaan Keris Solo mewakili Propinsi Jawa Tengah
dengan Keris Propinsi D.I Yogyakarta
Keris gaya Solo
disebut ladrang sedangkan Yogyakarta bernama Branggah
Ladrang mempunyai bilah (sarung keris) yang lebih ramping dan
sederhana tanpa banyak hiasan karena mengikuti gaya senopatenan dan mataram
sultan agungan. Sementara keris Solo (Ladrang) pada bilahnya lebih banyak
ornamen dan bentuk dan motif karena mengikuti cita rasa Madura dari Mpu
Brojoguno. Ukiran keris solo bertekstur lebih halus daripada Yogyakarta. Juga
ada perbedaan dari gagang keris, luk, dan lain sebagainya. Masing-masing
memiliki filosofi sendiri-sendiri.
4. Pakaian Adat
Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup (jas tutup) dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin. Tetapi ada juga yang menggunakan pakaian adat ageng tanpa baju tutup, dan menggunakan kain baik pada Pria dan Wanita, dimana Pria atasnya dengan penutup kepala khas Kesultanan Yogyakarta, sedangkan wanita menggunakan kain atau jarik kemben. Hal ini dilakukan biasanya ketika berlangsungnya acara pernikahan khas Raja Yogyakarta.
Pria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup (jas tutup) dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin. Tetapi ada juga yang menggunakan pakaian adat ageng tanpa baju tutup, dan menggunakan kain baik pada Pria dan Wanita, dimana Pria atasnya dengan penutup kepala khas Kesultanan Yogyakarta, sedangkan wanita menggunakan kain atau jarik kemben. Hal ini dilakukan biasanya ketika berlangsungnya acara pernikahan khas Raja Yogyakarta.
Suku Bangsa yang ada di
Propinsi D.I Yogyakarta sebagian besar berasal dari Suku Jawa, disusul oleh
Suku Sunda, Melayu, Tionghoa, Batak, dan Minangkabau. Berikut presentase jumlah
suku yang ada di Propinsi D. I Yogyakarta.
Suku Bangsa di DIY,
yaitu:
Nomor
|
Suku Bangsa
|
Jumlah
|
Konsentrasi
|
1
|
Jawa
|
3.020.157
|
96,82%
|
13
|
Lain-lain
|
36.769
|
1,18%
|
2
|
Sunda
|
17.539
|
0,56%
|
3
|
Melayu
|
10.706
|
0,34%
|
4
|
Tionghoa
|
9.942
|
0,32%
|
5
|
Batak
|
7.890
|
0,25%
|
6
|
Minangkabau
|
3.504
|
0,11%
|
7
|
Bali
|
3.076
|
0,10%
|
8
|
Madura
|
2.739
|
0,09%
|
9
|
Banjar
|
2.639
|
0,08%
|
10
|
Bugis
|
2.208
|
0,07%
|
11
|
Betawi
|
2.018
|
0,06%
|
12
|
Banten
|
156
|
0,01%
|
6. Bahasa
Bahasa Jawa merupakan
bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari oleh Masyarakat
Yogyakarta. Propinsi D.I Yogyakarta yang masih sarat dengan adat istiadat
menggunakan bahasa Jawa sebagai Bahasa Ibu/ Mother Language mereka. Pada tingkatan tertentu bahasa Jawa
dibedakan antara bahasa Jawa Kromo dan Ngoko. Sebagai pembatas yang menunjukkan
nilai kesopanan dan harkat martabat terhadap orang yang lebih tua atau
dihormati, terutama Raja-Raja Jawa dalam hal ini Sri Sultan Hamengkubuwono
beserta keluarganya. Selain bahasa Jawa juga terdapat bahasa Sunda, China, dan
Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
7. Lagu Daerah
- Pitik Tukung
- Sinom
- Suwe Ora Jamu
- Te Kanah Dipanah
- Walang Kekek
- Jangkrik Genggong
ENSIKLOPEDI LAINNYA
- Jangkrik Genggong
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita