Jumlah penduduk di
provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadatan penduduk di Nusa Tenggara
Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan presentasi penduduk yang
tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan
pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan
rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam 9,05%
, Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut
agama dan kepercayaan lainnya.
Komposisi Suku Bangsa di
Propinsi Nusa Tenggara Timur
- Atoni atau Dawan 21%
- Sumba 13%
- Belu (6%)
- Lamaholot (5%)
- Rote (5%)
- Lio (4%)
- Tionghoa (3%)
- Suku Boti (2%)
- Suku Boti (2%)
III. Pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Nusa Cendana
Politeknik Negeri Kupang
Politeknik Pertanian
Negeri Kupang
Perguruan Tinggi Swasta
Universitas Kristen Artha
Wacana
IV. Sejarah
Bentangan kepulauan yang
terletak antara 80-120 Lintang Selatan dan 1180 – 1250 Bujur
Timur, merupakan bagian dari NKRI; mempunyai makna tersendiri pada hidup dan
kehidupan banyak orang. Gugusan pulau-pulau tersebut disapa dengan berbagai
sebutan, antara lain, "Sunda Kecil, Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Timur",
dan juga "Flobamora". Sebutan tersebut juga bisa bermakna ada
aneka suku dan sub-suku di/pada wilayah tersebut, namun mempunyai satu tanda
kesamaan yaitu sama-sama menyatukan diri sebagai anak-anak Flobamor atau pun
NTT. Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara
tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah
menerobos sampai Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa, dan berbagai
penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana tersebut menjadikan para pedagang dari
Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Cina melakukan pelayaran niaga untuk
mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang secara
langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik
wilayah dan pemimpin rakyat.
Catatan sejarah dari Tiongkok,
"manuskrip Dao Zhi", sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal
Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor
adalah "Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am", yang ramai
dikunjungi kapal dari Makasar, Malaka, Jawa, Tiongkok dan
kemudian Eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda. Negarakertagama (1365)
mencatat bahwa Timor yang terkenal dengan hasil cendananya merupakan wilayah Majapahit,
namum mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri.
Ketika tahun 1510,
Goa-India dikuasai Portugis, mereka melanjutkan eskpansinya dengan cara
menguasai Malaka pada tahun 1511. Malaka dijadikan pusat
perdagangan serta penguasaan wilayah nusantara. Portugis berhasil mencapai
Maluku, Solor (Flores). Tahun 1511 armada Ferdinand Magellan (dua
kapal) singgah di Alor dan Timor (Kupang). Dalam
penyeberangan ke selat Pukuafu, kedua kapal ini tertimpa badai, salah satu
kapal karam dan hancur. Salah satu jangkar raksasa kapal ini hingga kini masih
ada di pantai Rote. Satu lainnya berhasil lolos dari amukan ombak melanjutkan
perjalanan ke Sabu, kemudian ke Tanjung Harapan dan kembali ke Spanyol.
Ketika Belanda, dengan VOCnya,
mencekram Nusantara, tahun 1614, mereka menempatkan Pdt. M van den Broeck di
Kupang dan Rote, untuk melayani warga Kristen di sana. Ini juga
bermakna, walau VOC masih berusia muda (berdiri 1602), kongsi dagang itu
telah menempatkan kantor, benteng, pegawainya di Timor dan pulau-pulau sekitar;
dan dengan itu perlu seorang pendeta sebagai pemelihara rohani. [Pada era V0C,
tahun 1600an – 1799, dan bahkan sampai tahun 1900, tidak banyak catatan sejarah
yang bisa menjadi pengetahuan publik; dan sekaligus bisa menjadi tambahan
pengetahuan kepada anak-anak NTT]. Belanda waktu itu masih dikuasai oleh
pemerintah boneka dari kekaisaran Perancis dibawah Napoleon. Keadaan tersebut
dimanfaatkan Inggris untuk memperluas jajahannya dengan merebut jajahan
Belanda. Armada Inggris mengganggu daerah kekuasaan Belanda, sehingga pada tahun
1799 hampir seluruh wilayah Indonesia (kecuali Jawa, Palembang, Banjarmasin dan
Timor) dalam kekuasaan Inggris. Dua kapal Inggris memasuki pelabuhan Kupang
pada l0 Juni l797, namun berhasil dipukul mundur oleh Greving yang mengarahkan
pada mardijkers. Pada waktu VOC dibubarkan pada th 1799, segala hak dan
kewajiban Indonesia diambil alih oleh pemerintah Belanda. Peralihan ini tidak
membawa perubahan apapun, karena pada waktu itu Belanda menghadapi perang yang
dilancarkan oleh negara tetangga.
Di era kolonial sampai
1942, rakyat NTT, harus terbagi-bagi sesuai keinginan Belanda, dalam bentuk
Raja – Swapraja, fetor – Kefetoran, dan seterusnya; dan kemudian menjadi daerah
taklukan di bawah pemerintahan residen. Ketika Jepang berkuasa di
Nusantara, wilayah NTT yang strategis, ditata ulang sebagai basis pertahanan.
Penataan administrasi pemerintahan pun nyaris tidak mengalami perubahan, hanya
ada perubahan istilah. Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus
1945, NTT sebagai bagian Nusantara yang dijajah Belanda, bebas dari
cengkraman kolonial. Akan tetapi, karena keinginan Belanda untuk tetap berkuasa
di Nusantara termasuk NTT, maka mereka melakukan berbagai upaya untuk tetap ada
di bumi Flobamor. Keadaan tersebut, membangkitkan semangat “Nasionalisme –
Kebebasan – Kemerdekaan NTT” pada/dalam diri anak NTT. Semangat yang tak
pantang menyerah tersebut, bahkan, melahirkan Pemerintah Negara Indonesia Timor
dan Pemerintah Otonom NTT. Bisa dikatakan bahwa NTT hampir sama dengan
Yogyakarta, pada waktu itu, yang menyatakan diri setia kepada Soekarno –
Hatta. Perjuangan yang gigih anak NTT tidak berhenti, dan juga tidak pernah
terbit dalam pikiran untuk melepaskan diri dari RI, yang baru merdeka. Ada semangat
kesatuan Indonesia pada jiwa dan darah A.H. Koroh, I.H. Doko, Th. Oematan,
Pastor Gabriel Manek, Drs. A. Roti, Y.S. Amalo, dan lain-lain agar NTT tidak
berada dalam kekuasaan penjajah, tetapi menjadi bagian dari RI. Ketika
negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari
Provinsi Administratif dengan nama "propinsi Sunda kecil".
Nama "Sunda kecil" kemudian diganti dengan nama "Nusa
Tenggara", berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama
setelah itu, pada tahun 1957 berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang
pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga
"Propinsi Nusa Tenggara" dibagi menjadi tiga daerah Swantantra
Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sejak 20 Desember 1958,
pulauFlores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah
satu provinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.
V. Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
V. Pemerintahan
Kota Labuhan Bajo - Nusa Tenggara Timur
Kabupaten dan Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Pusat pemerintahan
|
1
|
Kabupaten Alor
|
Kalabahi
|
2
|
Kabupaten Belu
|
Atambua
|
3
|
Kabupaten Ende
|
Ende
|
4
|
Kabupaten Flores Timur
|
Larantuka
|
5
|
Kabupaten Kupang
|
Oelamasi
|
6
|
Kabupaten Lembata
|
Lewoleba
|
7
|
Kabupaten Malaka
|
Betun
|
8
|
Kabupaten Manggarai
|
Ruteng
|
9
|
Kabupaten Manggarai
Barat
|
Labuan Bajo
|
10
|
Kabupaten Manggarai
Timur
|
Borong
|
11
|
Kabupaten Ngada
|
Bajawa
|
12
|
Kabupaten Nagekeo
|
Mbay
|
13
|
Kabupaten Rote Ndao
|
Baa
|
14
|
Kabupaten Sabu Raijua
|
Seba, Sabu Barat
|
15
|
Kabupaten Sikka
|
Maumere
|
16
|
Kabupaten Sumba Barat
|
Waikabubak
|
17
|
Kabupaten Sumba Barat
Daya
|
Tambolaka
|
18
|
Kabupaten Sumba Tengah
|
Waibakul
|
19
|
Kabupaten Sumba Timur
|
Waingapu
|
20
|
Kabupaten Timor Tengah
Selatan
|
Soe
|
21
|
Kabupaten Timor Tengah
Utara
|
Kefamenanu
|
22
|
Kota Kupang
|
-
|
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita