I. Penduduk
Etnis Kaili mendiami Kabupaten Donggala, Parigi, Sigi dan Kota Palu - Sulawesi Tengah
Penduduk asli Sulawesi
Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
- Etnis Kaili berdiam
di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
- Etnis Kulawi berdiam di kabupaten
Sigi
- Etnis Lore berdiam di kabupaten
Poso
- Etnis Pamona berdiam
di kabupaten Poso
- Etnis Mori berdiam
di kabupaten Morowali
- Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
- Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Balantak berdiam
di kabupaten Banggai
- Etnis Mamasa berdiam
di kabupaten Banggai
- Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
- Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Poso,
Touna
- Etnis Banggai berdiam
di Banggai Kepulauan
- Etnis Buol mendiami kabupaten
Buol
- Etnis Tolitoli berdiam
di kabupaten Tolitoli
- Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
- Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
- Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
- Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
- Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Di samping 13 kelompok
etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala dan
Sigi, suku Wana di
Morowali, suku Seasea dan Suku Ta' di Banggai
dan suku
Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki
sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang
lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari. Selain
penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga
banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Mandar, Bugis, Makasar dan Toraja serta
etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah
penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam,
lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan
semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
- Agama
Penduduk Sulawesi Tengah
sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduknya memeluk agama
Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu serta Budha.
Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk
Karama dan Datuk Mangaji, ulama dari Sumatera Barat; yang kemudian
diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri,
seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan
nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki
jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini. Agama Kristen pertama
kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh misionaris Belanda,
A.C Cruyt dan Adrian.
Kota Palu, Sulawesi Tengah di waktu malam
Sumber Foto : Asri Photography
II. Ekonomi
Kakao dan Kopi Salah Satu Komoditas Asal Sulawesi Tengah
Pertanian merupakan
sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao
dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan
berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang
merupakan andalan Sulawesi Tengah. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan
diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa.
Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar.
Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk
menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak
yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
III. Pendidikan
Daftar perguruan Tinggi
di Sulawesi Tengah
Universitas Tadulako - Negeri
Universitas Sintuwu Maroso - Negeri
Universitas Alkhairaat
Universitas Muhammadiyah Luwuk
Banggai
Universitas Muhammadiyah Palu
IAIN Datokarama Palu – Negeri
STISIP Panca Bhakti Palu
IV. Sejarah
Batuan Megalitik di Uwai Lariang, Poso - Sulawesi Tengah
Wilayah provinsi Sulawesi
Tengah sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia
Belanda merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15
kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah
Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan
Kerajaan di Barat. Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi
Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh
Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah
Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat
Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:
- Poso Lage di Poso
- Lore di Wianga
- Tojo di Ampana
- Pulau Una-una di Una-una
- Bungku di Bungku
- Mori di Kolonodale
- Banggai di Luwuk
- Parigi di
Parigi
- Moutong di Tinombo
- Tawaeli di Tawaeli
- Banawa di Donggala
- Palu di Palu
- Sigi/Dolo di Biromaru
- Kulawi di Kulawi
- Tolitoli di
Tolitoli
Dalam perkembangannya,
ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di
Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia,
Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga)
bagian, yakni:
- Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi
wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan
Kabupaten Buol Tolitoli.
Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959,
tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
- Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk
Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi
Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah
masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi
Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi
Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
- Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah
Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu
Kabupaten Donggala,
Kabupaten Poso,
Kabupaten Banggai dan
Kabupaten Buol Tolitoli.
Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai
Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor
13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan
selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya
Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan perkembangan
Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang
menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat
mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten
Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10
Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi
Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi
Moutong dan Kabupaten Tojo
Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi
menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota. Sulawesi Tengah juga
memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai
arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang
menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu. Sulawesi Tengah
memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan
hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi
obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis. Ibukota Sulawesi Tengah
adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai
Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
V. Pemerintahan
Provinsi Sulawesi Tengah
terdiri atas 12 kabupaten dan 1 kota, 147 kecamatan, dan 1.664 desa/
kelurahan. Provinsi ini memiliki luas daratan 61.841,29 km2 (BPS 2010), dengan
penduduk 2.633.420 jiwa (SP 2010), dengan tingkat kepadatan penduduk 43 jiwa/
km2.
Daftar Nama Kabupaten/ Kota, Ibu Kota, Jumlah
Kecamatan, dan Desa/Kelurahan
Kabupaten/Kota
|
Ibu Kota
|
Jumlah Kecamatan
|
Jumlah Desa/Kelurahan
|
Kabupaten Banggai
|
Luwuk
|
13
|
255
|
Kabupaten Banggai Kepulauan
|
Salakan
|
19
|
210
|
Kabupaten Banggai Laut
|
Banggai
|
7
|
66
|
Kabupaten
Buol
|
Buol
|
11
|
107
|
Kabupaten Donggala
|
Donggala
|
15
|
143
|
Kabupaten Morowali
|
Bungku
|
13
|
245
|
Kabupaten Morowali Utara
|
Kolonedale
|
9
|
135
|
Kabupaten Parigi Moutong
|
Parigi
|
20
|
175
|
Kabupaten
Poso
|
Poso
|
18
|
156
|
Kabupaten
Sigi
|
Sigi Biromaru
|
15
|
160
|
Kabupaten Tojo Una-Una
|
Ampana
|
9
|
122
|
Kabupaten Tolitoli
|
Tolitoli
|
10
|
84
|
Kota Palu
|
Palu
|
8
|
43
|
VI. Lainnya
Kerusuhan Poso
Kerusuhan Poso adalah
sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi
Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen.
Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian . Kerusuhan Poso I (25-29 Desember
1998), Poso II (17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Pada 20
Desember 2001 Keputusan Malino ditandatangani
antara kedua belah pihak yang bertikai dan diinisiasi oleh Jusuf
Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita