I. Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk
di DIY antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun
sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun
pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat
kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun. Proporsi
distribusi peduduk berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor
tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%.
Di sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor
pertanian kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Sektor yang potensial
dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan, dan industri terutama
industri kecil menengah serta kerajinan. Pengangguran di DIY menjadi
problematika sosial yang cukup serius karena karakter pengangguran DIY
menyangkut sebagian tenaga-tenaga profesional dengan tingkat pendidikan
tinggi. Salah satu cara untuk
mengatasi masalah kependudukan, dan ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan
program transmigrasi. Pelaksanaan pemberangkatan transmigran
asal DIY sampai pada tahun 2008 melalui program transmigrasi sejumlah 76.495 KK
atau 274.926 jiwa. Ditinjau dari pola transmigrasi sudah mencerminkan
partisipasi, dan keswadayaan masyarakat, melalui Transmigrasi Umum (TU),
Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM).
Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh provinsi. Rasio jumlah
tansmigran swakarsa mandiri pada 2010 mencapai 20% dari total transmigran yang
diberangkatkan.
Keagamaan
Penduduk DIY mayoritas
beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama Kristen, Katholik,
Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami perkembangan, pada tahun 2007
terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel,
25 kuil/pura dan
24 vihara/klenteng.
Jumlah pondok pesantren pada tahun 2006 sebanyak
260, dengan 260 kyai, dan 2.694 ustadz serta 38.103 santri. Sedangkan jumlah
madrasah baik negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah
aliyah. Aktivitas keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
jamaah haji dari
tahun ke tahun, dan pada tahun 2007 terdapat 3.064 jamaah haji.
Suku bangsa
Suku Bangsa di DIY,
yaitu:
Nomor
|
Suku Bangsa
|
Jumlah
|
Konsentrasi
|
1
|
Jawa
|
3.020.157
|
96,82%
|
2
|
Sunda
|
17.539
|
0,56%
|
3
|
Melayu
|
10.706
|
0,34%
|
4
|
Tionghoa
|
9.942
|
0,32%
|
5
|
Batak
|
7.890
|
0,25%
|
6
|
Minangkabau
|
3.504
|
0,11%
|
7
|
Bali
|
3.076
|
0,10%
|
8
|
Madura
|
2.739
|
0,09%
|
9
|
Banjar
|
2.639
|
0,08%
|
10
|
Bugis
|
2.208
|
0,07%
|
11
|
Betawi
|
2.018
|
0,06%
|
12
|
Banten
|
156
|
0,01%
|
13
|
Lain-lain
|
36.769
|
1,18%
|
Kesejahteraan dan kesehatan
Sebagai salah satu aspek
yang penting dalam kehidupan, pembangunan kesehatan menjadi salah satu
instrumen di dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2007
jumlah keluarga miskin sebanyak 275.110 RTM dan menerima bantuan raskin dari
pemerintah pusat (meningkat 27 persen dibanding periode tahun 2006 sebanyak
216.536 RTM). Penduduk DIY menurut tahapan kesejahteraan tercatat bahwa pada
tahun 2007 kelompok pra sejahtera 21,12%; Sejahtera I 22,70%; Sejahtera II
23,69%; Sejahtera III 26,83%; dan Sejahtera III plus 5,66%. Tingkat
kesejahteraan pada tahun 2010 meningkat dengan penurunan persentase penduduk
miskin menjadi 16,83%. Arah pembangunan kesehatan di DIY secara umum adalah
untuk mewujudkan DIY yang memiliki status kesehatan masyarakat yang tinggi
tidak hanya dalam batas nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran internasional
khususnya Asia Tenggara dengan mempertinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat, peningkatan jangkauan, dan kualitas
pelayanan kesehatan serta menjadikan DIY sebagai pusat mutu dalam pelayanan
kesehatan, pendidikan pelatihan kesehatan serta konsultasi kesehatan. Hasil
Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010 menempatkan DIY sebagai daerah
setingkat provinsi dengan indikator kesehatan terbaik,
dan paling siap dalam mencapai MDG’s. Pada tahun 2010 capaian
indikator kesehatan untuk umur harapan hidup berada pada level usia 74,20
tahun. Angka kematian balita sebesar 18/1000 KH, angka kematian bayi sebesar
17/1000 KH, dan angka kematian ibu melahirkan sebesar 103/100.000 KH.
Prevalensi gizi buruk sebesar 0.70%, Cakupan Rawat Jalan Puskesmas 16%
sedangkan Cakupan Rawat Inap Rumah
Sakit sebesar 1,32%
.
Dari 118 Puskesmas, 20%
puskesmas telah menerapkan sistem manajemen mutu melalui pendekatan ISO
9001:200; 7% rumah sakit telah menerapkan ISO 9001:200; 25% rumah sakit di DIY
telah terakreditasi dengan 5 standar; 17% RS terakreditasi dengan 12 standar;
dan 5% RS telah terakreditasi dengan 16 standar pelayanan. Sarana pelayanan
kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat menjadi 40% dan
RS dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian
cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk
rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga
miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan DIY maupun
Kabupaten/Kota telah mencapai 100%. Rasio dokter umum
per 100.000 penduduk menunjukkan tren meningkat sebesar 39,64 pada tahun 2006.
Adapun program jamkesos tahun 2010 dianggarkan Rp. 34.978.592.000,00. Penyakit
jantung dan stroke telah menjadi pembunuh nomor satu di DIY sementara
faktor risiko penyakit jantung penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Rumah tangga
di DIY yang tidak bebas asap rokok sebesar 56%, sedangkan remaja yang
perokok aktif sebesar 9,3%. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang melakukan
aktivitas olahraga, dan hanya 19,8% penduduk DIY yang mengkonsumsi serat
mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY
meningkat hampir 7%.
II. Ekonomi
Perekonomian Daerah
Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi sektor Investasi; Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, dan UKM; Pertanian; Ketahanan Pangan; Kehutanan, dan
Perkebunan; Perikanan, dan Kelautan; Energi, dan Sumber Daya Mineral; serta
Pariwisata.
Penanaman Modal dan Industri
Penanaman modal di DIY
dilaksanakan melalui program peningkatan promosi, dan kerja sama investasi
serta program peningkatan iklim investasi, dan realisasi investasi. Capaian
investasi total pada tahun 2010 mencapai Rp 4.580.972.827.244,00 dengan
rincian PMDN sebesar Rp 1.884.925.869.797,00,
dan PMA sebesar
2.696.046.957.447,00 . Unit usaha di DIY pada tahun 2010 ada sekitar
78.122 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 292.625 orang, dan nilai
investasi sebesar Rp. 878.063.496.000,00.
Perdagangan dan UKM
Varian produk ekspor DIY
andalan meliputi produk olahan kulit,
tekstil, dan kayu. Pakaian jadi tekstil dan
mebel kayu merupakan produk yang mempunyai nilai ekspor tertinggi. Namun secara
umum ekspor ke mancanegara didominasi oleh produk-produk yang dihasilkan dengan
nilai seni, dan kreatif tinggi yang padat karya (labor intensive).
Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah
satunya adalah memberdayakan usaha mikro, dan kecil, dan menengah yang
disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya
pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra) karena upaya ini lebih efektif,
dan efisien, di samping itu dengan sentra akan banyak melibatkan usaha mikro,
dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi, dan UKM
tercatat 13.998 unit usaha.
Pertanian dan Kehutanan
-Pertanian
Tingkat kesejahteraan
petani dalam bidang pertanian di DIY yang diukur dengan Nilai Tukar Petani
(NTP) NTP dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat
kesejahteraan petani di suatu wilayah. Pada 2010 NTP sebesar 112,74 . Ketahanan
pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus
merupakan salah satu pilar utama hak
asasi manusia. Secara umum ketersediaan pangan di DIY cukup karena
berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh
pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan di DIY dapat
dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan tangkap
dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan Glagah. Produksi perikanan
budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton, dan perikanan tangkap mencapai 4.906
ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06 kg/kap/tahun.
-Kehutanan
Hutan di DIY
didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten
Gunungkidul dan Imogiri dengan Produksi Pinus terbanyak. Pinus digunakan untuk pengolahan tinta dan terpentin serta sebagian digunakan bahan untuk pembuatan furniture. Persentase luas hutan di DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan
rehabilitasi lahan kritis sebesar 9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar
4,94%.
Sektor perkebunan, dari segi produksi tanaman perkebunan yang potensial di DIY
adalah kelapa, dan tebu. Kegiatan perkebunan diprioritaskan dalam rangka
pengutuhan tanaman memenuhi skala ekonomi serta peningkatan produksi,
produktivitas, dan mutu produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani.
Energi Sumber Daya Mineral
Sumber daya mineral
atau tambang yang
ada di DIY adalah Bahan Galian C yang meliputi, pasir, kerikil, batu
gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin serta breksi batu
apung. Selain bahan galian Golongan C tersebut, terdapat bahan galian Golongan
A yang berupa Batu Bara. Batu bara ini sangat terbatas jumlahnya,
begitu pula untuk bahan galian golongan B berupa Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Barit (Ba), dan Emas (Au) yang
terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Dalam bidang
ketenagalistrikan, khususnya listrik, minyak, dan gas di DIY dipasok oleh PT
PLN dan PT Pertamina.
Pariwisata
Pariwisata merupakan
sektor utama bagi DIY.
Banyaknya objek, dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan,
baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat
kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari
mancanegara, dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata di DIY meliputi
wisata MICE (Meeting,Incentive, Convention and Exhibition),
wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus, dan berbagai fasilitas wisata
lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37 hotel berbintang, dan 1.011 hotel
melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509
kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari. Keanekaragaman upacara keagamaan,
dan budaya dari berbagai agama serta didukung oleh kreativitas seni, dan
keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan produk-produk budaya,
dan pariwisata yang menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan
51 di antaranya yang layak dikunjungi. Tiga desa wisata di kabupaten Sleman
hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang
14 lainnya rusak ringan . Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh
jarak antara lokasi objek wisata yang terjangkau, dan mudah ditempuh. Sektor
pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang
secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan,
hotel, dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek
pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan
disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga
kerja, dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.
Pusat Perdagangan dan
Perbelanjaan
Sebagai salah satu tujuan
kota wisata di Indonesia, Yogyakarta juga sarat akan kehidupan ekonomi yang baik.
Hal ini dapat dilihat dari berdirinya Pusat – pusat perbelanjaan yang
disuguhkan untuk melengkapi perjalanan Wisata Belanja anda. Sebut saja Kawasan
Malioboro yang merupakan kawasan tradisonal bagi Wisatawan yang ingin suasana
belanja murah khas Yogyakarta. Di tempat ini berdiri Malioboro Mall dan
sejumlah hotel mulai dari kelas melati hingga bintang lima. Tidak jauh dari
kawasan ini teradapat Pasar Beringharjo yang merupakan Pasar Tradisonal sejak
zaman kolonial Belanda. Wisatawan dapat dimanjakan dengan aneka baju batik
dengan harga murah dan kualitas baik. Adapaun Mal Terbaik yang ada di
Yogyakarta yang dapat melengkapi perjalanan wisata belanja seperti : Malioboro
Mall, Lippo Plaza dahulu Saphire Square, Galleria Mall, Plaza Ambarukmo,
Belanja Mirota Batik – Malioboro, Jogja City Mall, Hartono Life Style Mall
Yogyakarta (Mall Terbesar di Jawa Tengah) dan beberapa Departemen Store di
Jalan Malioboro serta Jl. Adisucipto Yogyakarta.
Tata ruang dan
infrastruktur
Tugu
Pal Putih, salah satu landmark tertua yang menandai tata ruang DIY,
Gunung Merapi-Tugu-Keraton-Panggung Krapyak-Laut selatan. Kondisi
bentang alam DIY yang beragam, dan aspek filosofi kebudayaan memengaruhi
pengembangan tata ruang/wilayah, dan pembangunan infrastruktur di DIY.
-Tata ruang
Model
yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah corridor development atau
disebut dengan “pemusatan intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor
tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta, dan jalan koridor sekitarnya.
Dalam konteks ini, aspek pengendalian, dan pengarahan pembangunan dilakukan
lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi swasta,
dibandingkan dengan investasi pembangunan oleh pemerintah yang dengan
sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah DIY,
maka diarahkan pengembangan pusat-pusat pelayanan antara lain Pusat Kegiatan
Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, PKW
Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010
tentang RTRW Prov DIY 2009-2029 mengatur pengembangan tata ruang di DIY.
Penataan ruang ini juga memiliki keterkaitan dengan mitigasi bencana di DIY.
Prasarana
Prasarana
jalan yang tersedia di DIY tahun 2007 meliputi Jalan Nasional (168,81
Km), Jalan Provinsi (690,25
Km), dan Jalan Kabupaten (3.968,88
Km), dengan jumlah jembatan yang tersedia sebanyak 114 buah dengan total
panjang 4.664,13 meter untuk jembatan nasional, dan 215 buah dengan total
panjang 4.991,3 meter untuk jembatan provinsi. Di wilayah perkotaan, dengan
kondisi kendaraan bermotor yang semakin meningkat (rata-rata tumbuh 13% per
tahun), sedangkan kondisi jalan terbatas, maka telah mengakibatkan terjadinya
kesemrawutan, dan kemacetan lalu lintas, dan terjadinya kecelakaan lalu lintas
yang terus meningkat setiap tahun.
-Transportasi
Pelayanan
angkutan kereta api pemberangkatan, dan kedatangan berpusat di Stasiun Kereta Api Tugu untuk kelas
eksekutif, dan bisnis, sedangkan Stasiun Lempuyangan untuk melayani
angkutan penumpang kelas ekonomi, dan barang. Saat ini untuk meningkatkan
layanan jalur Timur-Barat sudah dibangun jalur ganda (double track)
dari Stasiun Solo Balapan sampai Stasiun
Kutoarjo. Berkaitan dengan keselamatan lalulintas, permasalahan yang
berkaitan dengan layanan angkutan kereta api antara lain masih banyak
perlintasan yang tidak dijaga. Selain kerata api, Pemda DIY mengembangkan
layanan Bus Trans Jogja yang menjadi prototipe layanan angkutan massal pada
masa mendatang.
Untuk
angkutan sungai, danau dan
penyeberangan, Waduk Sermo yang terletak di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki luas
areal 1,57 km² dan mempunyai keliling ± 20 km menyebabkan terpisahnya hubungan
lintas darat antara desa di sisi waduk dengan desa lain di seberangnya. Di
sektor transportasi laut dI DIY terdapat Tempat Pendaratan Kapal (TPK) yang
berfungsi sebagai pendaratan kapal pendaratan pencari ikan, dan tempat wisata
pantai. Terdapat 19 titik TPK yang dilayani oleh ± 450 kapal nelayan.
Di
sektor transportasi udara, Bandara Adisutjipto yang telah menjadi
bandara internasional sejak 2004 menjadi pintu masuk transportasi udara bagi
Daerah Istimewa Yogyakarta, baik domestik maupun internasional. Keterbatasan
fasilitas sisi udara, dan darat yang berada di Bandara Adisutjipto menyebabkan
fungsi Bandara Adisutjipto sebagai gerbang wilayah selatan Pulau Jawa tidak
dapat optimal. Status bandara yang “enclave civil” menyebabkan landas pacu yang
ada dimanfaatkan untuk dua kepentingan yakni penerbangan sipil, dan latihan
terbang militer.
Mitigasi bencana
Terkait
dengan potensi bencana alam, penanggulangan bencana memegang peranan yang
sangat penting, baik pada saat sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, bencana dapat dilihat
sebagai interaksi antara ancaman bahaya dengan kerentanan masyarakat, dan
kurangnya kapasitas untuk menangkalnya. Penanggulangan bencana diarahkan pada bagaimana
mengelola risiko bencana sehingga dampak bencana dapat dikurangi atau
dihilangkan sama sekali.
Secara geologis DIY
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang
rawan terhadap bencana alam. Potensi bencana alam yang berkaitan dengan bahaya
geologi yang meliputi:
- Bahaya alam Gunung
Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara, dan
wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
- Bahaya gerakan
tanah/batuan, dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam
di wilayah Kulon Progo bagian utara, dan barat, serta pada lereng
Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam wilayah Kabupaten
Gunungkidul bagian utara, dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.
- Bahaya banjir,
terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo,
dan Kabupaten Bantul;
- Bahaya kekeringan
berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian
selatan, khususnya pada kawasan bentang alam karst;
- Bahaya Tsunami,
berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul,
khususnya pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari
permukaan air laut.
- Bahaya alam
akibat angin berpotensi
terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul,
dan daerah-daerah Kabupaten Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta;
- Bahaya gempa
bumi, berpotensi terjadi di wilayah DIY, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik.
Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan
dengan kawasan tumbukan lempeng (subduction zone) di dasar Samudra Indonesia yang berada di
sebelah selatan DIY. Selain itu secara geologi di wilayah DIY terdapat
beberapa patahan yang diduga aktif. Wilayah dataran rendah yang tersusun
oleh sedimen lepas, terutama hasil endapan sungai, merupakan wilayah yang
rentan mengalami goncangan akibat gempa bumi.
Pendidikan
Penyebaran
sekolah untuk jenjang SD/MI sampai Sekolah
Menengah sudah merata, dan menjangkau seluruh wilayah sampai ke pelosok desa.
Jumlah SD/MI yang ada di DIY pada tahun 2008 adalah sejumlah 2.035, SMP/MTs/SMP Terbuka sejumlah
529, dan SMA/MA/SMK sejumlah 381
sekolah negeri maupun swasta. Ketersediaan ruang belajar dapat dikatakan sudah
memadai dengan rasio siswa per kelas untuk SD/MI: 22, SMP/MTs: 33, SMA/MA/SMK:
31. Sedangkan tingkat ketersediaan guru di DIY juga cukup memadai dengan rasio
siswa per guru untuk SD/MI: 13, SMP/MTs: 11, SMA/MA/SMK: 9. Untuk tahun 2010
pembinaan guru jenjang
SD/MI sebanyak 3.900 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 24.093 guru.
Jenjang SMP/MTs sebanyak 3.939 guru telah memenuhi kualifikasi dari total
12.971 guru. Dan untuk SMA/MA sebanyak 4.826 guru telah memenuhi kualifikasi
dari total 15.067 guru.
Para
lulusan jenjang SD/MI pada umumnya dapat melanjutkan ke SMP/MTs, sejalan
kebijakan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dicanangkan pemerintah. Pada
tahun 2010, angka kelulusan SD/MI mencapai 96,47%, SMP/MTs mencapai 81,84% dan
SMA/MA/SMK sebesar 88,98%. Sedangkan angka putus sekolah pada tahun yang sama
sebesar 0,07% untuk SD/MI; 0,17% untuk SMP/MTs; dan 0,44% untuk SMA/MA/SMK.
Sementara itu jumlah perguruan tinggi di DIY baik negeri, swasta maupun
kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi dengan rincian 21 universitas,
5 institut,
41 sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi yang
diasuh oleh 9.736 dosen.
Daftar Perguruan Tinggi Negeri
-
Universitas Gadjah Mada (UGM)
-
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
-
Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga
-
Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPVYK)
-
Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI
Yogyakarta)
-
Akademi Angkatan Udara (AAU) adalah
sekolah pendidikan TNI Angkatan Udara
-
Akademi Kulit Kemenperin
-
Poltekes Kemenkes
-
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Daftar Perguruan Tinggi Swasta
- Universitas
-
Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
-
Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY)
-
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (UCY)
-
Universitas Islam Indonesia (UII),
merupakan universitas swasta tertua di Indonesia
-
Universitas Janabadra (UJB)
-
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)
-
Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY)
-
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
-
Universitas PGRI Yogyakarta (UPY)
-
Universitas Respati Indonesia (UNRIYO)
-
Universitas Sanata Dharma (USD)
-
Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa (UST)
-
Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
-
Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY)
-
Universitas
Widya Mataram Yogyakarta (UWMY)
- Sekolah tinggi
-
STIE SBI
-
STIE YKPN
-
STMIK
Akakom
-
STMIK AMIKOM Yogyakarta (dulu AMIKOM)
-
Sekolah
Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta
-
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
-
Sekolah Tinggi Pariwisata
AMPTA Yogyakarta (STP AMPTA)
-
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta (STiPRAM)
-
Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD)
- Akademi dan politeknik
-
AA YKPN
-
POLISENI
-
POLTEKKES
-
AKPER Notokusumo
-
Akademi Kebidanan
Yogyakarta
-
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
-
Akademi Pertanian Yogyakarta
Kebudayaan
DIY
mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik)
maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang
tangible antara lain kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya sedangkan
potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai
atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam
masyarakat. DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang
tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan
peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan
adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio, dan memberi
spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan
terutama dalam berseni budaya, dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga
mempunyai 30 museum,
yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu, dan Museum Sonobudoyo
diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar
budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke
museum mencapai 6,42%.
IV. Sejarah
Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah wilayah tertua kedua di Indonesia setelah Jawa Timur,
yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia. Daerah setingkat
provinsi ini juga memiliki status istimewa atau otonomi khusus. Status ini
merupakan sebuah warisan dari zaman sebelum kemerdekaan. Kesultanan Yogyakarta dan juga Kadipaten Paku Alaman, sebagai cikal bakal
atau asal usul DIY, memiliki status sebagai “Kerajaan vasal/Negara bagian/Dependent
state” dalam pemerintahan penjajahan mulai dari VOC , Hindia
Perancis (Republik Bataav Belanda-Perancis), India Timur/EIC (Kerajaan
Inggris), Hindia Belanda (Kerajaan Nederland), dan
terakhir Tentara Angkatan Darat XVI Jepang (Kekaisaran Jepang). Oleh Belanda
status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappendan oleh
Jepang disebut dengan Koti/Kooti. Status ini membawa konsekuensi
hukum dan politik berupa kewenangan untuk mengatur dan mengurus wilayah
[negaranya] sendiri di bawah pengawasan pemerintah penjajahan tentunya. Status
ini pula yang kemudian juga diakui dan diberi payung hukum oleh Bapak Pendiri
Bangsa Indonesia Soekarno yang duduk dalam BPUPKI dan PPKI sebagai sebuah
daerah bukan lagi sebagai sebuah negara
Sebelum
Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan
sendiri atau disebutZelfbestuurlandschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan
Hamengku Buwono I pada tahun 1755, sedangkan
Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan
Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan, dan Pakualaman sebagai kerajaan
dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak
politik. Kontrak politik yang terakhir Kasultanan tercantum dalamStaatsblaad 1941
Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941
Nomor 577. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat pengakuan dari
dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, maupun Jepang. Ketika
Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut telah siap menjadi
sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem pemerintahannya
(susunan asli), wilayah, dan penduduknya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia (RI), Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta,
dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu
kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah, dan
Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut
dinyatakan dalam:
- Piagam kedudukan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19
Agustus 1945 dari
Presiden RI.
- Amanat Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5
September 1945 (dibuat secara terpisah).
- Amanat Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30
Oktober 1945 (dibuat
dalam satu naskah).
Dalam
perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai Daerah
Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang
Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah.
Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah, dan ditambah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih
berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi Daerah Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap
undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY
tetap diakui, sebagaimana dinyatakan terakhir dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004.
Dalam
sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), DIY mempunyai peranan yang penting.
Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan tanggal 27
Desember 1949 pernah
dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia. Tanggal 4 Januari inilah
yang kemudian ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun 2010. Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dipimpin oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku
Alam IX, yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur, dan Wakil Gubernur DIY.
Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai budaya,
dan adat istiadat Jawa dan
merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.
V. Pemerintahan
Sejarah
Kabupaten, dan Kota yang
berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta juga merupakan metamorfosis dari
Kabupaten-kabupaten Kesultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Pakualaman.
Kabupaten-kabupaten tersebut merupakan kabupaten administratif tanpa ada
perwakilan rakyat. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah:
- Kabupaten Kota Kasultanan dengan
bupatinya KRT Hardjodiningrat,
- Kabupaten Bantul dengan
bupatinya KRT Joyodiningrat,
- Kabupaten Gunungkidul dengan
bupatinya KRT Suryodiningrat,
- Kabupaten Kulonprogo yang
beribukota di Sentolo dengan bupatinya KRT Secodiningrat.
- Kabupaten Kota Pakualaman dengan
bupatinya KRT Brotodiningrat,
- Kabupaten Adikarto yang beribukota di
Wates, dengan bupatinya KRT Suryaningprang.
Pemerintahan kabupaten dan kota
Kabupaten, dan Kota yang
berada di wilayah DIY sekarang ini dibentuk pada kurun waktu 1950-1951 dan
1957-1958. Tidak ada perbedaan antara pemerintahan kabupaten, dan kota yang
berada di wilayah DIY dengan di Indonesia pada umumnya.
Adapun daftar kabupaten,
dan kota di wilayah DIY sebagai berikut:
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
Kabupaten
Bantul
|
Bantul
|
Kabupaten Gunungkidul
|
Wonosari
|
Kabupaten Kulon Progo
|
Wates
|
Kabupaten
Sleman
|
Sleman
|
Kota
Yogyakarta
|
-
|
VI. Lainnya
Kerjasama
Sampai tahun 2010. Pemda
DIY memiliki kerja sama dengan daerah lain yang dituangkan dalam tiga puluh
perjanjian kerja sama yang masih berlaku. Dua puluh satu buah kerja sama dengan
daerah lain di dalam negeri, dan sembilan sisanya dengan daerah lain di luar
negeri, seperti program Sister Province dengan Prefektur Kyoto Jepang dan
Negara Bagian California Amerika
Serikat. Perjanjian kerja sama yang baru mulai 2010 dilakukan dengan
delapan daerah di dalam negeri, dan dua kesepakatan dengan daerah lain di luar
negeri. Sedangkan kerja sama
dengan pihak ke tiga (swasta), Pemda DIY memiliki lima puluh satu perjanjian
kerja sama yang masih berlaku. Empat puluh enam dengan pihak ke tiga dalam
negeri, dan lima sisanya dengan pihak ke tiga luar negeri. Sementara itu pada
tahun 2010 ini Pemda membuat empat perjanjian kerja sama dengan pihak ke tiga
dalam negeri, dan satu perjanjian dengan pihak ke tiga luar neger.
Provinsi kembar
- Prefektur Kyoto, Jepang,
- Negara Bagian California, Amerika Serikat.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita