Flora dan Fauna Khas Provinsi Jawa Timur adalah Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) sebagai Flora Khas Jawa Timur dan Ayam Bekisar (Gallus varius) sebagai Fauna Khas Jawa Timur.
Bunga Sedap Malam Flora Khas Provinsi Jawa Timur
Sedap malam (Polianthes tuberosa, bahasa Melayu:
sundal malam) adalah tumbuhan hijau abadi dari suku asmat Minyak dari bunga ini
digunakan dalam pembuatan parfum. Nama tuberosa menunjukkan bahwa tumbuhan ini
memiliki umbi (tuber). Saat ini dikenal sekitar 12 spesies dari genus
Polianthes. Bunga sedap malam biasa mekar di malam hari.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari Meksiko. Bangsa Astek mengenalnya dengan
nama omixochitl, "bunga tulang". Nama bunga ini di India bagian timur adalah ratkirani, yang berarti "ratu
malam". Di Singapura bunga ini dinamakan xinxiao, yang berarti "tempat
ngengat hinggap". Di Persia, bunga ini disebut maryam, yang merupakan nama
umum bagi anak perempuan. Bunga ini juga digunakan di Hawaii untuk pengantin
dan dahulu di zaman Viktoria digunakan sebagai bunga kuburan. Harum bunga ini
digambarkan sebagai kompleks, eksotis, manis, dan khas bunga. Tanaman ini tumbuh hingga 45 cm dan menghasilkan rumpun bunga putih. Daunnya
panjang dan berwarna hijau muda yang mengumpul di pangkal batangnya. Genus
tanaman ini masih berkerabat dekat dengan Manfreda.
Ayam Bekisar Fauna Khas Provinsi Jawa Timur
Ayam hutan hijau (bahasa
Latin = Gallus varius)
adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae,
yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai
nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut
dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar
(Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.). Memiliki nama ilmiah
Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green
Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl,
merujuk pada warna dan asal tempatnya. Burung yang berukuran besar, panjang
tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam
jantan, dan 42 cm pada yang betina. Jengger pada ayam jantan
tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah,
dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel
hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup
pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah
berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam
betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam. Iris
merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan. Ayam
yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan
bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar
terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat
tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl
dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
Pagi dan sore ayam ini
biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan berumput, sedangkan pada
siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau
memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai
jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil.
Ayam ini kerap terlihat
dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat
kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga
yang terusik oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang
membongkar dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari
biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu. Pada
malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu,
perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas
tanah.
Ayam hutan hijau berbiak
antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa
Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam
lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan. Tak
seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang.
Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa
minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang
pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, Ayam-hutan
Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu
terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut.
Pagi dan petang hari, ayam
jantan berkokok dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula
bersuara cek-kreh.. berturut-turut beberapa kali seperti suara bersin, diikuti
dengan bunyi cek-ki kreh.. 10 – 15 kali, dengan jeda waktu beberapa sampai
belasan detik, semakin lama semakin panjang jedanya. Kokok ini biasanya segera
diikuti atau disambut oleh satu atau beberapa jantan yang tinggal berdekatan.
Ayam betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang lebih kecil-nyaring,
di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.
Ayam hutan hijau adalah
kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam
hutan merah yang menyebar luas mulai dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia
Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan hijau
tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Ayam hutan dari Jawa
Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar.
Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar
dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan
terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam
bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal.Bekisar juga menjadi
lambang fauna daerah Jawa Timur.
FLORA FAUNA INDONESIA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
FLORA FAUNA INDONESIA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita