Flora dan Fauna Khas
Provinsi Kalimantan Barat adalah Pohon Tengkawang (Shorea spp) sebagai Flora
Khas Kalimantan Barat dan Enggang
gading (Buceros/rhinoplax vigil) sebagai
Fauna Khas Kalimantan Barat.
Tengkawang
Flora Identitas Kalimantan Barat
Tengkawang (Shorea spp.) adalah nama buah dan pohon dari
genus Shoreayang buahnya menghasilkan minyak nabati. Pohon
Tengkawang hanya terdapat di pulau Kalimantan dan sebagian kecil Sumatera.
Dalam bahasa Inggris, flora (tanaman) langka ini dikenal sebagaiIllepe Nut atau Borneo
Tallow Nut. Pohon yang terdiri atas belasan spesies (13 diantaranya
dilindungi dari kepunahan) ini menjadi maskot (flora identitas) provinsi
Kalimantan Barat. Pohon Tengkawang yang termasuk dalam golongan kayu kelas tiga
(umumnya digolongkan sebagai Meranti Merah) mempunyai ciri-ciri khas dengan
pohon yang tinggi besar, mempunyai banyak cabang dan berdaun rimbun. Uniknya
tanaman ini tidak tiap tahun berbuah. Tumbuhan ini hanya berbuah sekali dalam
periode antara 3-7 tahun yang terjadi sekitar bulan Juni – Agustus. Mungkin lantaran masa berbuahnya yang tidak setiap tahun inilah yang
menyebabkan orang jarang yang membudidayakan tumbuhan ini. Pohon
Tengkawang yang menjadi maskot Kalimantan Barat ini hampir seluruhnya hidup
liar di hutan-hutan. Bahkan di hutanpun mulai terancam kepunahan.Buah
Tengkawang menghasilkan minyak lemak yang berharga tinggi. Minyak Tengkawang
dihasilkan dari biji Tengkawang yang telah dijemur hingga kering kemudian
ditumbuk dan diperas hingga keluar minyaknya. Secara tradisional, minyak
Tengkawang digunakan untuk memasak, penyedap masakan dan untuk ramuan
obat-obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan
pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang
juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya.
Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter.
Ada belasan jenis pohon Tengkawang, di antaranya:
- Shorea stenoptera, Tengkawang Tungkul
- Shorea mecystopteryx, Tengkawang Layar
- Shorea pinanga, Tengkawang Rambai
- Shorea semiris, Tengkawang Terendak
- Shorea beccariana, Tengkawang Tengkal
- Shorea micrantha, Tengkabang Bungkus
- Shorea palembanica, Tengkawang Majau
- Shorea lepidota, Tengkawang Gunung
- Shorea singkawang, Sengkawang Pinang
- Shorea stenopten,
- Shorea compressa
- Shorea gysberstiana,
- Shorea martiana,
13 (tiga belas) spesies Tengkawang tersebut dilindungi dari kepunahan
berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999. Selain ketiga belas jenis tersebut masih
terdapat beberapa spesies lain, diantaranya:
- Shorea amplexicaulis, Tengkawang Mege
- Shorea fallax , Tengkabang Layar
- Shorea havilandii, Selangan Batu Pinang, Tengkawang Ayer
- Shorea macrophylla, Tengkawang Hantelok
- Shorea scaberrima, Tengkawang Kijang
- Shorea splendida, Tengkawang Bani
- Shorea sumatrana, Kedawang, Tengkawang Batu
Akhir-akhir ini pohon Tengkawang semakin langka karena banyak yang ditebang untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan. Selain itu kayu pohon ini banyak yang dijual dengan harga antara Rp. 300.000 hingga Rp. 600.000 per meter kubik. Mungkin lantaran periode berbuahnya yang lama, antara 3-7 tahun sekali, meskipun minyak Tengkawang yang dihasilkan dati flora maskot Kalimantan Barat ini mempunyai nilai jual yang tinggi.
Klasifikasi
Ilmiah: Kerajaan: Plantae (tidak
termasuk Eudicots dan Rosids) Ordo:Malvales.
Famili: Dipterocarpaceae. Genus: Shorea.
Rangkong gading atau Enggang
gading (Buceros/rhinoplax vigil) adalah burung berukuran besar
dari keluarga Bucerotidae. Burung dini ditemukan di Semenanjung
Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Burung ini juga menjadi maskot Provinsi Kalimantan
Barat, dan termasuk dalam jenis fauna yang
dilindungi undang-undang.
Sebagai lambang budaya
Dalam budaya Kalimantan, burung Rangkong gading (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau Kalimantan, burung Rangkong gading dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Barat, satwa identitas provinsi Kalimantan Barat, simbol Universitas Lambung Mangkuratdan sebagainya. Burung Rangkong Gading merupakan lambang persatuan orang Dayak yang sering diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung Rangkong Gading diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa. Rangkong Gading juga merupakan simbol budaya suku Naga di India timur.
Dalam budaya Kalimantan, burung Rangkong gading (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat "maskulin". Di Pulau Kalimantan, burung Rangkong gading dipakai sebagai lambang daerah atau simbol organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Barat, satwa identitas provinsi Kalimantan Barat, simbol Universitas Lambung Mangkuratdan sebagainya. Burung Rangkong Gading merupakan lambang persatuan orang Dayak yang sering diwujudkan dalam bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam budaya Banjar, burung Rangkong Gading diukir dalam bentuk tersamar (didistilir) karena Budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa. Rangkong Gading juga merupakan simbol budaya suku Naga di India timur.
Mengenal Burung Rangkong
Secara umum burung
Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar
menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm,
dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong
didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor.
Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi. Ciri khas burung
rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti
yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti
orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km. Burung
Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara,
New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis.
Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 –
1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang2 kecil
seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. Keanekaragaman
burung Rangkong atau Enggang di Indonesia ini merupakan sebuah kebanggaan.
Sayangnya makin hari populasi Rangkong di Indonesia makin menurun. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kawasan (habitat) sebagai akibat deforestasi hutan,
berkurangnya makanan dan tempat bersarang, dan perburuan Rangkong.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan:
Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Bucerotiformes; Famili:
Bucerotidae