Flora dan Fauna Khas Provinsi Sulawesi Utara adalah Pohon Langusei (Ficus minahassae) sebagai Flora Khas Sulawesi Utara dan Tarsius (Tarsius Spectrum) sebagai
Fauna KhasSulawesi Utara.
Pohon Langusei Flora Identitas Sulawesi Utara
Langusei (Ficus minahassae) merupakan tumbuhan yang menjadi maskot Sulawesi Utara. Pohon Langusei yang masih berkerabat dekat dengan Beringin (Ficus benjamina) ini telah ditetapkan menjadi Flora Identitas Sulawesi Utara. Langusei mendampingi Tarsius yang ditetapkan menjadi Fauna Identitas Sulawesi Utara. Yang khas dari pohon Langusei (Ficus minahassae) adalah bunganya yang berbentuk bongkol sehingga menyerupai buah. Bunga Langusei tersusun menjurai kebawah sepanjang hingga satu meter. Pohon Langusei merupakan tumbuhan yang sering disebut juga Mahangkusei, Tambing-tambing, Werenkusei, dan Tulupow. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagaiFig Tree. Sedang dalam bahasa latin nama tumbuhan ini adalah Ficus minahassae.
Diskripsi dan Ciri Pohon Langusei
Pohon Langusei (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15 meter. Pohon Langusei rindang karena mempunyai banyak cabang dan lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan kulit tersebut mudah terkelupas yang bila kering akar, tampak serat-seratnya yang halus. Daun tumbuhan Langusei berukuran kecil berbentuk bulat telur dengan ujung lancip. Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga Langusei membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunganya sebenarnya ada di dalam dan bisa tampak bila dipotong secara melintang. Bongkol yang di dalamnya terdapat bunganya itulah kemudian yang berubah menjadi buah langusei. Buah ini tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di dalam buah tersebut terdapat bijinya yang kecil-kecil.
Pohon Langusei (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15 meter. Pohon Langusei rindang karena mempunyai banyak cabang dan lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan kulit tersebut mudah terkelupas yang bila kering akar, tampak serat-seratnya yang halus. Daun tumbuhan Langusei berukuran kecil berbentuk bulat telur dengan ujung lancip. Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga Langusei membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunganya sebenarnya ada di dalam dan bisa tampak bila dipotong secara melintang. Bongkol yang di dalamnya terdapat bunganya itulah kemudian yang berubah menjadi buah langusei. Buah ini tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di dalam buah tersebut terdapat bijinya yang kecil-kecil.
Pohon Langusei merupakan
tumbuhan asli Indonesia yang tersebar di pulau Sulawesi bagian utara,
kepulauan Sangir dan Talaud. Persebaran pohon yang ditetapkan menjadi flora
identitas Sulawesi Utara ini mencapai Papua dan Filipina. Langusei tumbuh di hutan campuran
pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 700 meter dpl. Tumbuhan bernama
latin Ficus minahassae ini dapat tumbuh baik di daerah dengan
curah hujan rendah, bahkan pada tanah-tanah kurang subur dan berkapur.
Manfaat
Beberapa bagian tumbuhan
Langusei telah dimanfaatkan oleh masyarakat Sulawesi Utara sejak dulu. Bagian
yang dimanfaatkan seperti kulit kayu Langusei yang sering dijadikan bahan
pembuat pakaian atapun tali karena memiliki serat yang lembut dan halus namun
ulet dan kuat. Daun Langusei dipergunakan sebagai campuran obat. Buahnya juga
sering digunakan sebagai campuran minuman tradisional
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae;
Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Urticales; Famili: Moraceae;
Genus: Ficus; Spesies: Ficus minahassae.
Tarsius Fauna Identitas Sulawesi Utara
Tarsius (Tarsius Spectrum) diantaranya Tarsius tarsier dan
Tarsius pumilus) adalah binatang unik dan langka. Bintang yang menjadi maskot Provinsi Sulawesi Utara ini, ternyata juga menjadi Flora Identitas Provinsi Bangka Belitung dengan nama Mentilin. Hanya saja Mentilin (Tarsius Bancanus) yang dimaksud disini berbeda jenisnya dengan Tarsius Sulawesi Utara. Primata
kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, meskipun satwa
ini bukan monyet. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2
jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi
Indonesia. Yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia
yaitu Tarsius tarsier (Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius
pumilus (tarsius kerdil, krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua
jenis tarsius termasuk binatang langka dan dilindungi di Indonesia. Nama Tarsius
diambil berdasarkan ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal
yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat
melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya.
Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian
ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang.
Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar.
Tarsius memang layak
disebut sebagai primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm
dengan berat sekitar 80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy
tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang
tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205
milimeter. Ciri-ciri fisik tarsius yang unik lainnya adalah ukuran matanya yang
sangat besar. Ukuran mata tarsius lebih besar ketimbang ukuran otaknya. Ukuran
matanya yang besar ini sangat bermanfaat bagi makhluk nokturnal (melakukan
aktifitas pada malam hari) ini sehingga mampu melihat dengan tajam dalam
kegelapan malam.
Tarsius juga memiliki
kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri
seperti burung hantu. Telinga satwa langka ini pun mampu
digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Sebagai makhluk nokturnal,
tarsius hanya beraktifitas pada sore hingga malam hari sedangkan siang hari
lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam
hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik.
Namun terkadang satwa yang dilindungi di Indonesia ini juga memangsa reptil
kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara
hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu,
Selayar, Siau, Sangihe dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung dan Hutan
lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini wisatawan secara mudah dan
teratur bisa menikmati satwa unik di dunia itu. Tarsius juga dapat ditemukan di
Filipina (Pulau Bohol). Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi
Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao
cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
Tarsius menghabiskan
sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori
mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon
ke pohon dengan lompatan hingga sejauh 3 meter. Hewan ini bahkan tidur dan
melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan
di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah. Populasi satwa langka
tarsius, primata terkecil di dunia yang hidup di hutan-hutan Sulawesi
diperkirakan tersisa 1.800. Ini menurun drastis jika dibandingkan 10 tahun
terakhir dimana jumlah satwa yang bernama latin Tarsius spectrum ini,
masih berkisar 3.500 ekor. Bahkan untuk Tarsius pumilus, diduga amat langka
karena jarang sekali diketemukan lagi. Penurunan populasi tarsius dikarenakan
rusaknya hutan sebagai habitat utama satwa langka ini. Selain itu tidak sedikit
yang ditangkap masyarakat untuk dikonsumsi dalam pesta anak muda. Binatang yang
dilindungi ini digunakan sebagai camilan saat meneguk minuman beralkohol cap
tikus. Satu lagi, bintang langka dan unik ini sangat sulit untuk dikembangbiakan
di luar habitatnya. Bahkan jika ditempatkan dalam kurungan, tarsius akan
melukai dirinya sendiri hingga mati karena stres.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia;
Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo:Primata;
Famili: Tarsiidae; Genus: Tarsius; Spesies: Tarsius
tarsier dan Tarsius pumilus
Nama binomial
Nama binomial
Tarsius tarsier (Erxleben, 1777)
atau Tarsius spectrum (Pallas, 1779) dan Tarsius pumilus atau Pygmy
tarsier
Status konservasi: Hampir
Terancam Punah
FLORA FAUNA INDONESIA
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita