I. Gambaran Umum
Kalimantan adalah
sebuah wilayah di Pulau Kalimantan di bawah administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah Kalimantan berbatasan dengan Sabah dan Sarawak di
bagian utara, sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Selat
Karimata, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa,
dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat
Makassar, dan Laut Sulawesi. Sebelum pemekaran pada tahun 1957
wilayah ini merupakan satu wilayah administratif/provinsi yang beribukota di
Banjarmasin.
II. Etimologi
Asal-usul nama Kalimantan
tidak begitu jelas. Sebutan Kelamantan digunakan di Sarawak untuk
menyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah
utara pulau ini. Menurut Crowfurd, kata Kalimantan adalah
nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga,
namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer. Mangga
lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang banyak
terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan
Barat. Menurut C. Hose dan Mac Dougall,
"Kalimantan" berasal dari nama-nama enam golongan suku-suku setempat
yakni Iban (Dayak
Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak
Darat), Murut, dan Punan. Dalam
karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose
menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu. Namun
menurut Slamet Muljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu
asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata Malaya, melayu
yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Pendapat yang lain
menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa
Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat
panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]:
membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut
kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang
kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang
akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan. Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di
pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan
Banjarmasin (Bumi/Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini
menyebutnya Pulu K'lemantan, orang Italia mengenalnya Calemantan dan
orang Ukraina: Калімантан. Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat
berarti "Sungai Intan".
Sepanjang sejarahnya,
Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari,
misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di
barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon
tanjung (Mimusops elengi) sehingga Bakulapura mendapat nama
Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung
yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai
sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di
dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis
tahun 1365 menyebutnya
"Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan
Sulu. Hikayat Banjar, sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab
terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari
naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di
dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung
Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi
wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah
semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus dengan daratan yang berujung
di Tanjung Selatan yang menjorok ke Laut Jawa.
Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu
Negeri Johor yang
sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu.
Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di
Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang
berbentuk tanjung/semenanjung. Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan
pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti dalam Ramalan
Prabu Jayabaya dari masa kerajaan Kadiri (Panjalu),
tentang akan dikuasainya Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah
Nusa Kencana (Bumi Kencana). Memang terbukti sebelum menyeberang ke Jawa,
tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibukota Kalimantan saat itu yaitu
Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu
sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di
seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang
disebutkan dalam Serat Maha Parwa. Sebutan-sebutan yang lain antara lain:
"Pulau Banjar", Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri)
diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan
oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan
ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa
Besar" sebutan dari Marco Polo penjelajah dari Italia atau
dalam bahasa Arab;
dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau
Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada
abad ke-20.
III. Sejarah
Pada zaman Hindia-Belanda dan sebelumnya, Kalimantan merujuk kepada keseluruhan pulau yang dikenal sebagai Borneo yang meliputi Sabah, Sarawak, Brunei, dan kawasan Kalimantan sekarang. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar kepada Residen Belanda di Banjarmasin pada tahun 1857, ia menyebut nama "Pulau Kalimantan", bukan dengan sebutan "Pulau Borneo". Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama "Kalimantan" lebih umum digunakan daripada nama "Borneo" yang digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagian besar wilayah Kalimantan dari kota Sambas hingga kota Berau merupakan bekas kawasan Kerajaan Banjar, tetapi kini kawasan itu menyusut menjadi sebagian kecil saja di wilayah Kalimantan Selatan masa kini setelah jatuh ke tangan Kesultanan Brunei. Dengan kedatangan Inggris di Kalimantan, Inggris memisahkan Sabah, Sarawak dari Kalimantan (termasuk Brunei). Ketika Sabah dan Sarawak dimasukkan ke dalam wilayah Malaysia, keseluruhan pulau dipanggil Borneo. Sampai sekarang pulau itu secara luas disebut dengan "Borneo" daripada "Kalimantan", dan kata "Kalimantan" sendiri lebih umum diartikan sebagai suatu wilayah di pulau Borneo yang dimiliki oleh Indonesia, walaupun dalam Bahasa Indonesia kata "Kalimantan" tetap mengacu kepada keseluruhan pulau.
Pembagian wilayah
Kalimantan dibagikan
menjadi 5 buah wilayah atau provinsi:
- Kalimantan
Tengah, dengan ibu kota di Palangkaraya
- Kalimantan
Timur, dengan ibu kota di Samarinda dan Balikpapan
- Kalimantan Selatan, dengan ibu kota di Banjarmasin
- Kalimantan
Barat, dengan ibu kota di Pontianak
- Kalimantan
Utara, dengan ibu kota di Tanjung
Selor
IV. Demografi
Dayak Suku Asli Pulau Kalimantan
Penduduk
Persebaran Penduduk di Pulau Kalimantan Tahun 2010
Provinsi di Kalimantan
| |||||
Provinsi
|
Luas (km2)
|
Total populasi (Sensus tahun 2000)
|
Total populasi (Perkiraan tahun 2005)
|
Total populasi (Sensus tahun 2010)
|
Provincial capital
|
Kalimantan Barat
(Kalimantan Barat) |
147.307,00
|
4.016.353
|
4.042.817
|
4.393.239
|
Pontianak
|
Kalimantan Tengah
(Kalimantan Tengah) |
153.564,50
|
1.801.965
|
1.913.026
|
2.202.599
|
Palangkaraya
|
Kalimantan Selatan
(Kalimantan Selatan) |
38.744,23
|
2.984.026
|
3.271.413
|
3.626.119
|
Banjarmasin
|
Kalimantan Timur
(Kalimantan Timur) |
204.534,34
|
2.451.895
|
2.840.874
|
3.550.586
|
Samarinda
|
Kalimantan Utara
(Kalimantan Utara) |
71.176,72
|
—
|
473.424
|
524.526
|
Tanjung Selor
|
Total
|
615.326,79
|
11.254.239
|
12.541.554
|
14.297.069
|
Kelompok etnis
Berikut 12 etnis terbesar
di Kalimantan menurut Sensus 2000 :
Urutan
|
Suku Bangsa
|
Keterangan
|
1
|
Suku
Banjar
|
Menempati Kalimantan
Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara.
|
2
|
Suku Dayak
|
Menempati daerah
pedalaman Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
|
3
|
Suku Jawa
|
Orang Jawa transmigran
umumnya menempati desa-desa kawasan transmigrasi di seluruh Kalimatan.
Terdapat pula orang Jawa perantauan yang juga menyebar di kawasan perkotaan.
|
4
|
Suku Melayu
|
Menempati Kalimantan
Barat terutama kawasan pesisir.
|
5
|
Suku Bugis
|
Menempati kawasan
pesisir pantai dan perkotaan terutama di Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara.
|
6
|
Suku Tionghoa
|
Banyak bermukim di
kawasan perkotaan terutama di Kalimantan Barat, seperti kota Singkawang dan
Pontianak.
|
7
|
Suku
Madura
|
Terutama tersebar di
Kalimantan Barat namun juga cukup banyak jumlahnya di daerah Kalimantan
lainnya, baik di perkotaan maupun kawasan trasnmigrasi.
|
8
|
Suku Kutai
|
Menempati wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat di Kalimantan Timur.
|
9
|
Suku Sunda
|
Juga menempati sebagian
daerah transmigrasi dan juga terdapat di perkotaan namun jumlahnya tidak
sebanyak etnis Jawa.
|
10
|
Suku
Toraja
|
Terutama terdapat di
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara namun jumlahnya tidak sebanyak suku
Bugis yang juga berasal dari Sulawesi.
|
11
|
Suku
Mandar
|
Menempati sebagian
daerah pantai Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur namun tidak menyebar
seluas suku Bugis.
|
12
|
Suku Batak
|
Menempati kawasan
perkotaan dan biasanya mengisi jabatan birokrasi dan sedikit terdapat di
pedalaman biasanya bekerja sebagai pekerja tambang atau sawit.
|
Budaya
Ada 5 budaya dasar masyarakat asli rumpun Austronesia di Kalimantan atau Etnis Orang Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser. Pada sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Suku Melayu menempati wilayah Kalimantan Barat, terutama kawasan pesisir. Suku Banjar menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Suku Bugis terdapat di daerah pesisir pantai Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Di kawasan pesisir Kalimantan Timur juga ditempati Suku Kutai, Berau, Paser, Tidung dan Bulungan. Suku Dayak menempati daerah pedalaman Kalimantan. Orang Tionghoa banyak bermukim di Kalimantan Barat terutama kawasan perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Program transmigrasi juga berpengaruh besar terhadap demografi Kalimantan. Suku transmigran yang terdapat di Kalimantan yaitu Suku Jawa yang menyebar di hampir seluruh daerah di Kalimantan, Madura, Sunda, Bali serta etnis asal NTB dan NTT. Memang beberapa kota di pulau Kalimantan diduduki secara politis oleh mayoritas suku-suku pendatang seperti Tionghoa-Hakka (Singkawang), suku Jawa (Balikpapan, Samarinda), Bugis (Balikpapan, Samarinda, Pagatan, Nunukan, Tawau) dan sebagainya. Suku-suku imigran tersebut berusaha memasukkan unsur budayanya dengan alasan tertentu, padahal mereka tidak memiliki wilayah adat dan tidak diakui sebagai suku asli Kalimantan, walaupun keberadaannya telah lama datang menyeberang ke pulau ini. Suku Bugis merupakan suku imigran pertama menetap, ber-inkorporasi dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Melayu (baca: kerajaan Islam) di Kalimantan. Beberapa waktu yang lalu suku Bugis, mengangkat seorang panglima adat untuk pulau Nunukan yang menimbulkan reaksi oleh lembaga adat suku-suku asli. Tari Rindang Kemantis adalah gabungan tarian yang mengambil unsur seni beberapa etnis di Balikpapan seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Padang dan Sunda dianggap kurang mencerminkan budaya lokal sehingga menimbulkan protes lembaga adat suku-suku lokal. Di Balikpapan pembentukan Brigade Lagaligo sebuah organisasi kemasyarakatan warga perantuan asal Sulawesi Selatan dianggap provokasi dan ditentang ormas suku lokal.
Kota Sampit pernah dianggap sebagai Sampang ke-2. Walikota Singkawang yang berasal dari suku Tionghoa membangun di pusat kota Singkawang sebuah patung liong yaitu naga khas budaya Tionghoa yang lazim ditaruh atau disembahyangi di kelenteng. Pembangunan patung naga ini merupakan simbolisasi hegemoni politik ECI Etnis Cina Indonesia dengan mengabaikan keberadaan etnis pribumi di Singkawang sehingga menimbulkan protes oleh kelompok Front Pembela Islam, Front Pembela Melayu dan aliansi LSM. Penguatan dominasi politik ECI merupakan upaya revitalisasi negara Lan Fang yang tentu saja akan ditolak oleh suku-suku bukan ECI , namun di lain pihak, suku Dayak mendukung keberadaan patung naga tersebut.. Dalam budaya Kalimantan karakter naga biasanya disandingkan dengan karakter enggang gading, yang melambangkan keharmonisan dwitunggal semesta yaitu dunia atas dan dunia bawah. Seorang tokoh suku imigran telah membuat tulisan yang menyinggung etnis Melayu.[
Walaupun demikian sebagian budaya suku-suku Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, asimilasi, amalgamasi, dan inkorporasi unsur-unsur budaya dari luar misalnya sarung Samarinda, sarung Pagatan, wayang kulit Banjar, benang bintik (batik Dayak Ngaju), ampik (batik Dayak Kenyah), tari zafin dan sebagainya. Pada dasarnya budaya Kalimantan terbagi menjadi budaya pedalaman dan budaya pesisir. Atraksi kedua budaya ini setiap tahun ditampilkan dalam Festival Borneo yang ikuti oleh keempat provinsi di Kalimantan diadakan bergiliran masing-masing provinsi. Kalimantan kaya dengan budaya kuliner, diantaranya masakan sari laut.
Nama Kalimantan yang lain
- Waruna Pura
- Tanjungpura (Bakulapura)
- Tanjung Negara adalah sebutan untuk pulau Borneo oleh Kerajaan Majapahit. Kalimantan merupakan
daerah taklukan Kerajaan Majapahit yang kelapan.
- Hujung Tanah atau Ujung Tanah adalah
sebutan pulau Kalimantan dalam Hikayat
Banjar dan Hikayat Raja-raja Pasai. Nampaknya, ini adalah nama
yang digunakan oleh penduduk Sumatera dan
sekitarnya untuk menyebut pulau Kalimantan.
- Nusa Kencana adalah sebutan untuk pulau Kalimantan
dalam Ramalan Prabu
Jayabaya dari Majapahit tentang
prospek penguasaan Tanah Jawa oleh bangsa Jepun yang
datang dari arah pulau Kencana (Kalimantan).
Kalimantan dalam nama
- "Sarekat Kalimantan", sebutan
kelompok dari Persatuan
Pemuda Marabahan yang ada di Kalimantan Selatan.
- "Kalimantan Raya", surat
kabar yang diterbitkan di Banjarmasin oleh
A.A Hamidhan pada 5 Maret 1942.
- "Zuider en Ooster Afdeeling van
Borneo", daerah selatan dan timur di Kalimantan, yaitu Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, yang diperintah oleh
seorang Residen sehingga tahun 1942.
V. Lainnya
Konflik Sampit
Konflik Sampit adalah pecahnya
kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung
sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit,Kalimantan
Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka
Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli
dan warga migran Madura dari pulau
Madura. Konflik
tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua
warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik
Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga
Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
- Latar belakang
Konflik Sampit tahun 2001
bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden
sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara
Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk
Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program
transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan
oleh pemerintah Indonesia Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi
Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan
yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru
telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Ada
sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi
mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah
rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura
dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura. Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa
pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa
anggota mereka diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang
warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa
judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Versi lain mengklaim bahwa
konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah
yang sama.
- Pemenggalan kepala
Sedikitnya 100 warga
Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak
memiliki sejarah praktik ritual pemburuan
kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad
ke-20.
- Respon
Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi
di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah
ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai
Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu
otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga
membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan
sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak
mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan.
Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil
membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun
kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.
Referensi
- ^ Charton, Barbara (2008). The
Facts on File dictionary of marine science (2 ed.). Infobase
Publishing. p. 203.ISBN 0816063834.ISBN
978-0-8160-6383-3
- ^ Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856)
- ^ Muljana, Slamet (2006). Sriwijaya.
PT LKiS Pelangi Aksara. p. 88. ISBN 9798451627.ISBN
978-979-8451-62-1
- ^ Raffles, Lady Sophia (1835). Memoir
of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles 2.
J. Duncan. p. 396.
- ^ Royal Institution of Great Britain (1817). "The
Quarterly journal of science and the arts" 2. John
Murray. p. 331.
- ^ Christoph Friedrich von Ammon, Leonhard Bertholdt
(1817). "Kritisches
Journal der neuesten theologischen Literatur" 6. J.
E. Seidel. p. 444.
- ^ Kalimantan
Rivers
- ^ Kalimantan
- Indonesia
- ^ MacKinnon, Kathy (1996). The
ecology of Kalimantan. Oxford University Press.ISBN 9780945971733.ISBn 0-945971-73-7
- ^ Chambert-Loir, Henri; Wisamarta, Lukman (Khatib.)
(2004). Kerajaan
Bima dalam sastra dan sejarah. Kepustakaan Populer Gramedia.
p. 121.ISBN 9799100119. ISBN
978-979-9100-11-5
- ^ Zaini-Lajoubert, Monique (2008). Karya
lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-Asmaʾ, Hikayat
Mareskalek, ʿArsy al-Muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali.
Kepustakaan Populer Gramedia. p. 144.ISBN 9798116135. ISBN
978-979-8116-13-1
- ^ Pinkerton, John; Samuel Vince (1806). Modern
geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies;
with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (2
ed.). T. Cadell. p. 478.
- ^ East India Company, East India Company
(1821). The
Asiatic journal and monthly miscellany 12. Wm. H.
Allen & Co. p. 118.
- ^ Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi
dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan
Obor Indonesia. p. 188. ISBN 979-98014-1-9.ISBN
978-979-98014-1-8
- ^ Kewarganegaraan,
Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus
Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011.ISBN 9789790644175.
- ^ Orang
Asing Minati Tarian Balikpapan
- ^ Balikpapan
Punya Kesenian Lokal
- ^ Tarian
Rindang Kumantis Diprotes
- ^ LAGALIGO di
facebook.com
- ^ Deklarasi
Lagaligo di Balikpapan
- ^ 2
Pekan Demonstrasi Pengaruhi Kerja DPRD Balikpapan
- ^ kota-lagaligo-dilarang-lakukan-kegiatan
Walikota: Lagaligo Dilarang Lakukan Kegiatan
- ^ Gubernur Kaltim
Larang Brigade Lagaligo Beraktivitas
- ^ Brimob
Gagalkan Sweeping Warga Pendatang di Balikpapan
- ^ Ormas
La Galigo Dibekukan
- ^ Etnis
Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan Singkawang
di Era Reformasi 1998
- ^ FPI
Akan Bongkar Patung Naga di Kota Singkawang
- ^ Dukung
Keberadaan Tugu Naga, Massa Datangi DPRD Singkawang
- ^ Singkawang
Siaga I, FPI-Polisi Bentrok di Tugu Nag
- ^ Ribuan
Massa Saksikan Pembukaan Festival Borneo Jumat, 20 Mei 2011 | 15:40
- ^ Festival
Borneo Palangka Raya 2011
- ^ Pagelaran
Tari Festival Borneo di Pontianak tahun 2009
- ^ Sanaji, Miftah. Seafood:
Citarasa Kalimantan. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792261990.ISBN
978-979-22-6199-8
- ^ Kalimantan
Barat - Suku Bangsa
- ^ Kalimantan
Tengah - Suku Bangsa
- ^ Kalimantan
Selatan - Suku Bangsa
- ^ Kalimantan Timur - Suku Bangsa
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita