1. Pasar Terapung

Keberadaan sungai di Banjarmasin memiliki peran penting baik untuk perekonomian masyarakat maupun bagi sektor pariwisata. Salah satunya pasar terapung yang menjadi salah satu daya tarik Kota Banjarmasin. Kegiatan di Pasar Terapung ini dimulai pada pukul 05.30 WITA sampai pukul 08.00 WITA.

13. Taman Siring Sungai Martapura

Taman Siring Sungai Martapura lokasinya berada di seberang Kompleks Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Jl. Jendral Sudirman Banjarmasin, letaknya dipinggir Sungai Martapura. Taman ini dibangun pada 2004 dan menjadi tempat berkumpul dan rekreasi para muda-mudi Banjarmasin.

14. Kampung Sasirangan

Kampung Sasirangan adalah tempat dimana anda bisa membeli batik khas Banjarmasin yaitu kain sasirangan. Lokasinya berada di Jalan Seberang Masjid, Kelurahan Kampung Melayu, Banjarmasin. Kain Sasirangan dulunya adalah pakaian yang dipakai pada upacara adat suku Banjar.

15. Museum Wasaka

Museum Wasaka adalah museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Wasaka sendiri merupakan singkatan dari Waja Sampai Kaputing, dalam bahasa Banjar maksudnya adalah tekad para pejuang di Kalimantan Selatan dalam melawan penjajah Belanda hingga titik darah penghabisan. Sumber Foto : RanselHitam.Com Oleh: Wirawan Winarto.

16. Pulau Kembang

Pulau Kembang adalah sebuah delta yang berada di tengah sungai Barito, Pulau ini dihuni kera ekor panjang dan beberapa jenis burung. Pulau ini secara administratif berada di kecamatan Alalak, Kabupaten Barito, Kalimantan Selatan. Pulau ini bisa dicapai dengan kelotok yang banyak disewakan di sekitar Pasar Terapung.

Sumber Foto Oleh : Saipullah

17. Bukit Langgara

Bukit Langara merupakan sebuah bukit berbatu yang terletak sekitar 10 km dari Kandangan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan atau 160 km dari Kota Banjarmasin. Beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi tempat ini. Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam lebih dari Banjarmasin akhirnya kami tiba di Desa Lumpagi, Loksado. Ternyata untuk sampai ke atas bukit perlu sedikit perjuangan. Kami harus berjalan selama sekitar 30 menit melewati jalan setapak yang merupakan satu-satunya akses menuju atas bukit. Perjalanan menuju puncak bukit awalnya tidaklah sulit, setelah melewati jalan kampung kemudian menyeberang jembatan kami tiba di sebuah hutan jati. Dari sinilah kami harus mulai mendaki, pendakian menjadi sedikit sulit karena jalan yang kami ambil cukup curam dan juga licin. Untungnya ada bambu-bambu yang dipasang melintang untuk membantu berpegangan. Pendakian ini memakan waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya kami tiba di puncak bukit yang dipenuhi bebatuan. Bebatuan yang mendominasi puncak bukit membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah. Walau begitu bebatuan tersebut juga menjadi daya tarik bagi bukit ini.

Dari atas bukit ini kami bisa melihat sebagian kecil pemandangan alam Pegunungan Meratus yang membentang sepanjang ±600 km². Sungai Amandit yang membelah hutan tampak begitu indahnya sehingga menjadi pelepas penat setelah perjalanan yang cukup melelahka. Hutan yang sebagian besar masih alami menyihir setiap mata yang memandangnya. Selain itu pemandangan Bukit Ketawang juga menambah keindahan panorama alam yang bisa dilihat dari Bukit Langara ini. Bukit berbatu tersebut tampak hijau oleh pepohonan yang menyelimutinya serta masih terjaga kealamiannya.