Kelompok suku asli di Papua baik itu di Propinsi Papua dan Papua Barat terdiri dari 25 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain:
- Ansus
- Amungme
- Asmat
- Arfak
- Ayamaru
- Bauzi
- Biak
- Dani
- Empur
- Enggros
- Fuyu
- Hatam
- Iha
|
- Kamoro
- Korowai
- Mandobo/Wambon
- Mee
- Meyakh, mendiami Kota Manokwari
- Moskona, mendiami daerah Merdei
- Muyu
- Nafri
- Sentani, mendiami sekitar danau Sentani
- Souk
- Tobati
- Waropen
- Wamesa
|
Pendatang
Jawa, Bugis, Sunda,Makassar, Buton, Batak,Minahasa, Huli, Tionghoa
Jawa, Bugis, Sunda,Makassar, Buton, Batak,Minahasa, Huli, Tionghoa
Komposisi Agama di Papua Barat
Kristen (53,77%), Islam(38,40%), Katolik (7,03%),Hindu (0,11%),Buddha(0,08) |
II. Ekonomi
Salah Sudut Kota Manokwari - Ibukota Propinsi Papua Barat
Provinsi ini mempunyai
potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan
maupun pariwisata. Mutiara dan rumput laut dihasilkan di kabupaten Raja
Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat Dunia yang disebut kain Timor dihasilkan
di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di kabupaten Fak-Fak
serta beragam potensi lainnya. Selain itu wisata alam juga menjadi salah
satu andalan Irian Jaya Barat, seperti Sebagian Taman Nasional Teluk
Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini
membentang dari timur Semenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan
panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300
ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
Infrastruktur
Pembangunan Jalan Tol Trans Papua
Pulau Papua merupakan salah satu pulau terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya lebih tiga kali luas pulau Jawa, ditambah jumlah penduduk yang masih sedikit dengan kekayaan alam begitu kaya dan belum digali seperti hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan pertambangan. Hal ini disebabkan karena belum adanya jaringan jalan yang memadai yang dapat menghubungkan wilayah - wilayah sentra produksi untuk itu Dinas Pekerjaan umum berupaya melakukan pembangunan infrastruktur jalan yang baik antara lain :
- Pembangunan Jalan Tol Trans Papua, yang menghubungkan beberapa daerah di Pulau Papua :
Jalan Tol Trans Papua Seksi:
- Jalan Tol Sorong-Botawa Seksi:
. A (ruas Raja Ampat (Sorong)-Manokwari)
. B (ruas Manokwari-Nabire)
. C (ruas Nabire-Botawa)
Wisata
Sektor Pariwisata juga menjadi anadalan bagi Pulau Papua. Raja Ampat sebagai Surganya Dunia di Timur Indonesia menawarkan keindahan yang tak terbandingkan. Wajar jika Raja Ampat menjadi salah Destinasi Wisata Internasional di Indonesia setelah Bali, Yogyakarta, Lombok, dan Batam. Dibangunnya Bandara dan Infrastruktut Jalan yang memudahkan akses utuk ke tempat Destinasi Wisata Internasional diperlukan agar setiap Wisatawan baik itu Manacanegara dan Domestik dapat menikmati keindahan Alam Papua di Raja Ampat, tentunya dengan harga yang lebih murah. Belum lagi wisata lainnya di sekitar Raja Ampat seperti deretan Kepulauan Palau yang merupakan bagaian dari kepulauan Mikronesia. Anda dapat menyaksikan Gua yang dipenuhi dengan Ubur – Ubur, tentunya hanya ada di Indonesia !. Fenomena Gua Ubur – Ubur ini, hampir sama dengan proses gejala alam yang di jumpai di Pulau Kalimantan, tepatnya di Danau Kakaban. Proses ini terbentuk dari Letusan Gunung Api dimana ketika proses itu, beberapa puluh ribu tahun yang lalu terjadi Tsunami yang menyebabkan Air laut naik ke daratan dan memntuk Genangan Air seperti Danau Kakaban – Kalimantan ataupun Gua – Gua di sekitar Raja Ampat, dan Indonesia Punya Itu. Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di kawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.
III. Pendidikan
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Gua Terdalam Dunia - Pegunungan Lina - Papua Barat
III. Pendidikan
Sumber Foto : Klinik Fotografi Kompas
Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Papua
Perguruan Tinggi Swasta
Universitas
- Universitas Al Amin, Sorong
- Universitas Kristen Papua, Sorong
- Universitas Victory
Sorong, Sorong Papua Barat
Institut
- Institut
Sains dan Teknologi Indonesia (ISTI), Manokwari
Sekolah Tinggi
- Sekolah
Tinggi Agama Islam Al Mahdi (STAI), Fakfak
- Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi Asy Syafi'iyah (STIA), Fakfak
- Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Bukit Zaitun (STIE), Sorong
- Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Mah-Eisa (STIE), Manokwari
- Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Ottow dan Geissler (STIE O&G), Fakfak
- Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum (STIH), Bintuni
- Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH),
Manokwari
- Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Papua (STIKES), Sorong
- Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Sorong
- Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Manokwari
Politeknik
- Politeknik
Cratindo Manokwari, Manokwari
- Politeknik
Katolik Saint Paul, Sorong
- Politeknik
Papua Internasional, Sorong
Akademi
- Akademi
Akuntansi Trinitas (AA), Sorong
Sejarah Papua Barat atau
yang sebelumnya dikenal dengan nama Irian Jaya sebelum kemerdekaan
Indonesia kurang dibahas dalam buku-buku sejarah nasional untuk sekolah dasar
sampai menengah, sehingga banyak yang tidak mengetahuinya. Sejarah Papua Barat
dalam hal hubungannya dengan bangsa-bangsa lain yang mendiami Kepulauan
Nusantara sangat penting, karena apabila kita berbicara mengenai sejarah Indonesia,
kurang lengkap rasanya jika tidak membahas Papua, karena ternyata sejarah Papua
semenjak wilayah tersebut dibicarakan dalam sejarah, selalu berkaitan dengan
wilayah-wilayah lain di Nusantara yang akhirnya secara bersama-sama membentuk
Negara Indonesia. Sejarah Papua bagian barat dalam kaitannya sebagai bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sangatlah unik. Walaupun Papua “agak
terlambat” diakui oleh dunia internasional sebagai bagian dari NKRI, namun
sebenarnya sejak awal penduduk Papua sudah merupakan “keluarga besar” penduduk
yang mendiami wilayah Nusantara yang kemudian bergabung dan membentuk Negara
Indonesia.
Pada masa kerajaan di
wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mengirimkan
burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut Janggi kepada Pemerintah
Kerajaan China. Dari beberapa nama masa lalu yang diberikan untuk Papua ini,
tampak jelas bahwa sejak daerah ini di kenal sejarah, sudah ada hubungan yang
amat erat antara wilayah ini dengan wilayah-wilayah lain di Nusantara saat itu.
Nama lain dari Papua pada masa lalu adalah “Samudranta“, yang menunjukkan bahwa
daerah Papua telah di kenal oleh masyarakat pemakai bahasa Sansekerta yang
bermukim di wilayah kepulauan Indonesia, baik dalam pengertian geo-politik
maupun sosial ekonomi. dan budaya dalam arti luas. Ramandey menulis bahwa pada
abad pertama Masehi pengaruh Hindu dan India telah tersebar di seluruh
Nusantara saat itu dan tidak hanya terbatas di Jawa dan Sumatera saja tetapi
juga menyebar sampai ke timur termasuk Papua. Mungkin saja yang disebut “Pulau
Ujung Samudranta “ itu adalah Pulau Nieuw Guinea. Rupanya pelaut-pelaut India
telah sampai kesini, karena terbukti dari catatan-catatan dari orang India yang
menyebut Irian itu Samudranta, yang berarti pulau diujung lautan. Ada besar
kemungkinan mereka sudah berlayar sampai di daerah ini.” Bila hal itu
dihubungkan dengan Kerajaan Sriwijaya besar kemungkinan bahwa penamaan itu
diberikan oleh kerajaan maritim itu, yang merupakan indikasi bahwa pulau Irian
juga telah berada dibawah kontrol kekuasaannya.
Pada abad ke-13 seorang
musafir Cina bernama Chau Yu Kua menulis bahwa di Kepulauan Indonesia terdapat
satu daerah bernama Tung-ki yang merupakan bagian dari suatu negara di Maluku.
Tung-ki adalah nama Cina untuk Janggi atau Irian. Pada masa Kerajaan Majapahit
(1293 – 1520), Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca juga
secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari Kerajaan
Majapahit. Setelah kedatangan bangsa Eropa, yaitu pada tahun 1660, sebuah
perjanjian disepakati antara Tidore dan Ternate di bawah pengawasan Pemerintah
Hindia Timur Belanda yang menyatakan bahwa semua wilayah Papua berada di
wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore. Perjanjian ini menunjukkan bahwa pada
awalnya Pemerintah Belanda sebenarnya mengakui Papua sebagai bagian dari
penduduk di kepulauan Nusantara. Sebelum Perang Dunia II, Pemerintah Hindia
Belanda menempatkan Papua dan para penduduknya di bawah Provinsi Maluku dengan
Ambon sebagai ibukota pemerintahan. Menyatunya Papua dengan wilayah lain di
Nusantara dipertegas dengan peta Pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan
bahwa wilayah colonial Belanda membentang dari Sumatera di sebelah barat sampai
Papua di sebelah Timur. Papua juga tidak pernah disebutkan terpisah dari Hindia
Belanda. Fakta ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah, Papua merupakan
bagian dari bangsa-bangsa di kepulauan Nusantara yang akhirnya membentuk Negara
Indonesia. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945 merupakan pernyataan kemerdekaan seluruh wilayah bekas Hindia Belanda
menjadi Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
V. Pemerintahan
Daftar Kabupaten dan Kota
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
1
|
Kabupaten Fakfak
|
Fakfak
|
2
|
Kabupaten Kaimana
|
Kaimana
|
3
|
Kabupaten Manokwari
|
Manokwari
|
4
|
Kabupaten Manokwari
Selatan
|
Ransiki
|
5
|
Kabupaten Maybrat
|
Kumurkek
|
6
|
Kabupaten Pegunungan
Arfak
|
Anggi
|
7
|
Kabupaten Raja Ampat
|
Waisai
|
8
|
Kabupaten Sorong
|
Sorong
|
9
|
Kabupaten Sorong
Selatan
|
Teminabuan
|
10
|
Kabupaten Tambrauw
|
Fef
|
11
|
Kabupaten Teluk Bintuni
|
Bintuni
|
12
|
Kabupaten Teluk Wondama
|
Rasiei
|
13
|
Kota Sorong
|
-
|
Gerbang Pintu Bahari Menuju Raja Ampat di Kota Waisai
Wilayah provinsi ini
mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di
sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra
Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku
Utara dan provinsi Maluku, bagian
timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan
tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua
Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West
Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") pada masa Hindia
Belanda.
- Lambang
Lambang Daerah berbentuk
Tameng /Perisai melambangkan pertahanan dengan warna utama Kuning, Biru, Merah
dan Hijau. Sedangkan warna pendukung Hitam dan Putih, di dalamnya terdapat
unsur-unsur lambang dan tulisan Papua Barat, serta didesain dengan Pita
berwarna Kuning dengan tulisan ”Cintaku Negeriku”.
Lambang Daerah terdiri
dari 8 (delapan) bagian dengan rincian sebagai berikut :
. Bintang berwarna putih
bermakna Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita-cita serta harapan yang akan
diwujudkan.
. Perisai dengan warna
dasar biru bersudut lima bermakna bahwa Provinsi Papua Barat berasaskan
Pancasila yang mampu melindungi seluruh rakyat.
. Leher dan Kepala Burung
Kasuari menghadap ke kanan dalam bidang lingkaran hijau bermakna bahwa Provinsi
Papua Barat secara geografis terletak di wilayah leher dan kepala burung pulau
Papua, sekaligus memiliki filosofi ketangguhan, keberanian, kekuatan dan
ketahanan dalam menghadapi tantangan pembangunan pada masa depan serta
berkeyakinan bahwa dengan semangat persatuan dan kesatuan, kesinambungan
pembangunan mewujudkan masa depan yang cerah.
. Menara Kilang dengan semburan api berwarna
merah bermakna bahwa Papua Barat memiliki kekayaan bahan tambang yang melimpah.
. Pohon dan ikan bermakna
bahwa Provinsi Papua Barat juga memiliki Sumber Daya Hutan dan Sumber Daya Laut
yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
. Sepasang pelepah daun
sagu, masing-masing pelepah bagian kanan terdiri 12 (duabelas) pasang anak daun
sagu dan pelepah bagian kiri terdiri 10 (sepuluh) pasang anak daun yang diikat
oleh dua angka sembilan bermotif ukiran karerin budaya papua, bermakna bahwa
Provinsi Papua Barat dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai Provinsi
ke-2 di Tanah Papua dan ke-31 di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Provinsi Papua Barat yang melambangkan
kesejahteraan dan Kemakmuran.
. Bidang hijau yang
diapit 3 (tiga) bidang biru bermakna kesatuan teka dan perjuangan dari 3 (tiga)
unsur, yaitu Pemerintah, Rakyat/Adat, dan Agama mewujudkan keberadaan Provinsi
Papua Barat.
. Pita berwarna kuning
bertuliskan “Cintaku Negeriku” berwarna hitam bermakna filosofis perjuangan
seluruh komponen masyarakat untuk mempertahankan keberadaan Provinsi Papua
Barat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita