CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR
3. Penyebab Kreativitas Karya Anak Bangsa Terkebiri ...
Lucu dan miris. Jawaban ini memang tepat diberikan dari tulisan
yang Saya buat ini. Melihat berita Penutupan Go-Jek dan aplikasi sejenisnya,
yang menyalahi aturan. Membuat Saya bertanya, ada apa ini ?. "Baru saja berkembang, baru saja bisa menghidupi
sebagian orang yang bekerja dari adanya Aplikasi Ojek Online ini, dan sekali
lagi baru saja sebagian besar Orang juga terbantu dengan kehadiran Aplikasi
Ojek Online ini ?" Dan sebuah pertanyaan besar sekali lagi terlontar dari mata hati Saya. Ada apa Ya ?
Para Aplikator Muda yang
notabanenya merupakan Anak Bangsa yang berusaha untuk memecahkan dan memajukan
Negara Indonesia ke tingkat yang lebih layak, sekali lagi harus terkebiri...
Nadiem Makarim (tengah, baju hitam),
Pendiri Go-Jek
Jauh sebelum itu,
sebenarnya prestasi yang dapat ditorehkan oleh Anak Bangsa sudah begitu banyak,
namun sekali lagi Alasan Politik yang Ujungnya Uang, Peraturan yang
belum ditetapkan maupun Kurang Dukungan Pemerintah menjadi penghambat Prestasi Anak Bangsa tidak
bisa berkembang. Coba lihat ada apa dengan PT. Dirgantara, PT. Industri Kereta
Api Indonesia, PT. PAL, seakan mati suri. Hidup Segan Matipun Tak Mau. Industri
Srategis ini menjadi kehilangan arah, dalam menentukan kemana tujuan yang harus
dibawa. Begitu juga nasib Mobil Tuxuci, ESEMKA, GEA yang dahulu sempat
diagendakan menjadi Mobil Nasional, kini bisa jadi hanya rongsokan besi tua
yang diparkir di Pabriknya. Miris ya ....!!!
Penduduk Indonesia yang
besar dengan segala kreativitasnya, ditambah Sumber Daya Alam yang begitu Kaya
seharusnya bisa menjadi Potensi Besar untuk memajukan Indonesia Ke Arah Lebih
Baik Bukan ?
Berikut ini 3 Alasan Kreativitas Anak Bangsa Menjadi Tidak Berkembang
alias Terkebiri
1. Faktor Politik
Nggak bisa dipungkiri Alasan
Politik yang Ujung –Ujungnya Duit (UUD) menjadi penyebab Utama Prestasi Anak
Bangsa nggak bisa berkembang. Kita pasti tahu bahwa istilah bagi Kekuasaan
sudah ada sejak zaman dulu kala, dan bisa dikatakan kalau sekarang lebih
berani. “Paling masuk penjara sebentar, keluar dah bisa have fun dengan
duit rakyat” Yang begini nggak bisa dipungkuri berlangsung di Kehidupan
Birokrasi Kita. Bahkan setiap Kebijakan yang dibuat kalau nggak menguntungkan
sebagian orang ya lebih baik nggak usah dipakai. Parahnya lagi kalau itu sudah
berhubungan dengan Hajat Hidup Orang Banyak. Contohnya beberapa Industri
Strategis harus berusaha cari lahan di Negeri Orang, dan bukannya dibantu oleh
Pemerintah untuk memajukan Industri Negeri-nya malah ngasih penghidupan buat
Negara Lain. Alasan yang sering dipake lebih murah, atau mungkin buatan Bangsa Sendiri kurang
layak bersaing, + ribuan alasan lainnya. Padahal kalau dipikir Industri
Strategis itu menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak. Sumber Foto Atas: MataNews.Com
Contoh Spesifiknya :
PT. Industri Kereta Api
Indonesia (INKA). Adalah sebuah Perusahaan Industri Manufaktur yang bergerak di
Bidang Industri Kereta Api, dan Ekspansi lainnya (Pembuatan Bis Trans Jakarta,
dan Mobil GEA). Sudah pasti keuntungan yang didapat berasal dari Penjualan
Kereta Api dan unit bisnis lainnya. Sebagai Industri Manufaktur (Bukan Begerak
di Bidang Pelayanan Jasa – Seperti PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang
mempunyai monopoli sebagai operator Jalur Kereta Api di Indonesia, dan bergerak di bidang Jasa Angkutan Kereta Api yang dibutuhkan setiap hari oleh Penumpang, dan pastinya akan
berbeda untuk memperoleh Pendapatannya. Jika Pendapatan PT. KAI
dipastikan setiap hari berjalan, namun PT. INKA dipastikan untuk Pendapatannya
bisa nunggu 1 bahkan 6 bulan dari proses pembuatan Industrinya. Apalagi
jualannya Kereta Api.
Seharusnya Demi Mendukung
Industri Strategis yang menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak, terlebih sebagai
Perusahaan Manfaktur yang bergerak dalam Penjualan Kereta Api, setiap kebutuhan
yang berkaitan dengan Kereta Api ditetapkan PT. INKA, yang mana harus memegang peranan
untuk Penyediaan sarana Kereta Api di Indonesia. Tapi yang terjadi sebaliknya,
demi alasan murah dan alasan lainnya yang nggak masuk akal PT. KAI bisa beli
Kereta Api Jepang walaupun sudah jadi rongsokan 20 tahun. Kereta Api yang
disana nggak kepakai dan bisa jadi itu Limbah oleh Negara Jepang sendiri, dan dibeli
sama PT. KAI, dipakai untuk melayani kebutuhan orang banyak, dan Pemerintah mendukung itu. Lalu PT. INKA
harus cari penghidupan di Negara lain (Jualan Kereta yang susah gampang
terpaksa dilakoni demi menghidupi karyawannya).
Bukannya jika dipikir
nggak kebalik ya ?
PT. KAI seharusnya beli
Kereta Api buatan Produk sendiri (Dari PT INKA), PT INKA tetap melakukan Ekspansi Usaha ke Negara Lain. Parahnya lagi jika ini berhubungan dengan alasan Politik yang Ujung
– Ujungnya Duit, Like Or Dislike, Take it or leave It. “Yang penting kantong
saya selama menjabat terpenuhi kalau bisa 7 turunan ke bawah bisa ngerasain
warisan Saya” Maka nggak heran kalau kasus Pembelian Bus Trans Jakarta dari
China ternyata “Bobrok” atau nggak heran keluar istilah “Papa Minta Saham” dari Pencatutan Nama Presiden R.I yang seharusnya nggak terjadi, terlebih dari Seorang Pimpinan DPR yang Terhormat”.
Apa Kabar Monorel PT INKA ?
Yang kedua ini masih
punya hubungan dengan alasan pertama. Contohnya gini kalau alasan Politik
terutama mematikan lahan dan kreativitas Anak Bangsa dipikir belum bisa
ditemukan alasan logisnya maka jangan heran kalau yang lagi Berkuasa coba cari
cara untuk mematikan lahan orang dengan alasan yang lebih logis. Sumber Foto Atas : Detik.Com
Kita ambil contoh Kasus Go-Jek
Larangan Penutupan Go-Jek
menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Djoko
Sasonon adalah :
Dianggap tidak memenuhi
ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan “Ketentuan
angkutan umum adalah harus minimal beroda tiga, dan memiliki izin penyelenggaraan
angkutan umum"
Sumber :
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/12/18/nzis8r284-gojek- dilarang-jadi-topik-terhangat-di-twitter
Larangan ini secara
Peraturan memang benar. Berdasarkan Azas Legalitas “tiada suatu perbuatan
dapat ditetapkan jika tidak ada Undang – Undang yang mengatur terlebih dahulu”
Go-Jek yang memang termasuk kendaraan beroda dua tidak termasuk dalam Sarana
Transportasi Umum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014
Tentang Angkutan Jalan” Hal ini memang menjadi dasar Penutupan Izin
Beroperasinya Go- Jek. Ditambah beberapa Kota Besar, terutama Jakarta dengan
kehadiran Go – Jek semakin memperparah kemacetan.
Aneh bin Ajaib memang
Go-Jek yang dahulu didukung, kini harus dimatikan. Parahnya lagi ketika
Perusahaan Ojek Online ini telah melakukan Ekspansi di beberapa Kota Besar,
bukan hanya Jakarta tetapi Surabaya, dan Makasar. Sorry Jack, Kenapa nggak
dari dulu dilarang kalau Go-Jek nggak boleh beroperasi, kalau mau berdalih demi
mengatasi kemacetan harus ada jalan keluarnya, dan bukan mengatasi masalah
dengan masalah alias nambah masalah
...
(Monorel saja belum tahu
kapan jadinya, dan bisa ngasih solusi mengatasi kemacetan ?) , Ini sudah buat
pelarangan Go-Jek.
Wajar aja bila beberapa
netizen, ngungkapin unek kekesalan di Twitter
@addiems.
"Pelarangan Uber, GoJek dan angkutan umum berbasis aplikasi online lainnya
sangat kontra-produktif. Merugikan masyarakat”
@Tsudiran. “Bah gojek di
larang, situ emang nya udah bisa ksh solusi macet? Udah Kasih transportasi yg
cepat dan terjangkau harganya?"
@indaaah_sr "Gojek
dilarang? Pengangguran jadi banyak padahal pemerintah belom tentu bisa ngasih
kerjaan tetap, yg berkerja siap siap buat macet macetan."
Apakah tidak dapat
diambil kesepakatan bersama yang dapat menguntungkan kedua belah pihak,
mengingat;
- Dibelakang Gojek
sebagai perusahaan Ojek Online berbasis aplikasi telah memberi kesempatan
lapangan kerja yang begitu banyak kepada ribuan Penggangguran yang tersebar di
Indonesia untuk berprofesi sebagai Pengojek Online; atau tadinya Tukang Ojek
Pangkalan dengan menjadi Tukang Ojek Online mempunyai penghasilan yang jauh
lebih besar dari sebelumnya.
- Banyak juga Pelanggan
yang menggunakan GO-Jek sebagai sarana antar jemput berbasis Aplikasi yang
murah, terlebih Go-Jek bisa juga sebagai kurir untuk mengantarkan barang belanjaan dan makanan
dengan program barunya Go Mart dan Go Food.
Walaupun tidak dapat
dipungkiri sebagai Perusahaan Ojek Online yang baru berdiri, Go- Jek juga
mengalami komplain dari beberapa pihak yang merasa dirugikan selama menggunakan
layanan Go-Jek. Namun anggaplah ini sebagai proses uji coba untuk proses ke
arah yang lebih baik.
Ingatlah janji yang
dicanangkan untuk Mendukung Industri
Kreatif Indonesia, GOJEK kalau nggak salah juga salah satu hasil
dari Industri Kreatif Indonesia.
Pencetus Start Up Ojek Online Pertama di Indonesia....
Nah faktor terakhir ini
juga menjadi Penyebab Kreatifitas Anak Bangsa Terkebiri. Kita pasti sering
dengar kalau Anak Bangsa yang mengikuti Olimpiade sains di negara lain ataupun
melakukan riset suatu penemuan, menggunakan kocek-nya sendiri. Setelah menjadi berita, baru pihak Istana ngundang Anak Bangsa yang berprestasi tadi. Di blow up
Beritanya sedemikian rupa, yang terkadang Pemerintah juga jadi kebagian
bagusnya dari pemberitaan tadi. Ya masih patut kalau sehabis itu ada sebuah
penghargaan yang berusaha ngasih yang terbaik buat Anak Bangsa yang berprestasi
atau minimal ada Program Berkelanjutan buat biaya-in Penelitian maupun Kejuaraan
Olimpiade di Negara Lain, tapi kalau nasibnya cuman ikut ke bawa nama baik,
sehabis itu habis manis sepah dibuang
itu yang menyebabkan Negara ini jadi nggak maju.
Nggak bia dipungkiri
Nasib Mobil ESEMKA lain dulu lain sekarang, kini Mobil ini cuman jadi pajangan
atau mungkin rongsongkan Mobil Bekas (Karena kabelnya dimakan tikus), begitu
bangganya dulu Mobil ini diagendakan jadi Mobil Nasional. Ternyata setelah
meloloskan Jokowi menjadi Gubernur DKI lalu Presiden R.I, Mobil ini kian nggak
jelas nasibnya ...
Mobil ESEMKA Riwayatmu Kini !
“Nampaknya Pepatah Jangan
Tanyakan Apa Yang Negara Berikan Kepadamu, Tapi Tanyakan Apa Yang Engkau
Berikan Buat Negaramu” – memang dalem banget diterapkan oleh Pemerintah yang Berkuasa
...
Nggak heran bila para
animator muda yang berbakat lebih bangga kerja buat Bangsa Lain daripada buat
bangsanya, Nggak heran bila beberapa Atlet Bulutangkis maupun para pelatihnya
lebih Enjoy kerja di Negara Lain ketimbang di Ibu Pertiwi ... Sudah Nggak ada
Penghargaan dan Nggak ada kejelasan mungkin jadi kata yang tepat.
Demikian, semoga dapat menjadi bahan interopeksi terhadap apa yang kita buat. Demi menuju Indonesia yang lebih baik ...
Let’s make Indonesia Better !
Kembali : ARTIKEL
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita