CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR
Kiranya kali ini setuju,
terhadap wacana penutupan Lokalisasi Kali Jodoh oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok). Secara Wilayah Kali Jodoh di beberapa bagian, pada kenyataannya memang
tidak diperuntukkan untuk Pemukiman, terlebih lagi buat Bisnik Esek - Esek. Tapi
sempat nggak, kalian berpikir ? Jika Lokalisasi di Kali Jodoh Yang Legendaris
itu, akhirnya ditutup. Daerah Peruntukkannya untuk apa ya ?
Berikut 5
Hal Yang Bakal Terjadi Di Jakarta, Jika Lokalisasi Kali Jodoh Benar Ditutup !
Remy Sylado, seorang
Penulis Novel Senior, pernah membuat penelitian di Kalijodo, Jakarta Utara.
Penelitian dibuat khusus untuk novel berjudul Cau Bau Kan yang terbit tahun
2001, dan di Filmkan pada tahun 2002.
Remy menulis latar belakang Kalijodo dengan sumber seorang pria yang berumur 97 tahun yang diwawancarainya pada tahun 1997. Selain wawancara dan riset di lapangan, Remy juga mengandalkan berbagai literatur dari Arsip Nasional. Dari literatur yang terdapat, asal muasal Kalijodo merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir.
Remy menulis latar belakang Kalijodo dengan sumber seorang pria yang berumur 97 tahun yang diwawancarainya pada tahun 1997. Selain wawancara dan riset di lapangan, Remy juga mengandalkan berbagai literatur dari Arsip Nasional. Dari literatur yang terdapat, asal muasal Kalijodo merupakan tempat persinggahan etnis Tionghoa yang mencari gundik atau selir.
Saat itu, Batavia sekitar
tahun 1600an di bawah kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC),
mayoritas penduduknya merupakan etnis Tionghoa. VOC di bawah pimpinan Jan
Pieterszoon Coen pernah melakukan survei yang hasilnya menyebutkan mayoritas
masyarakat Batavia merupakan etnis Tionghoa. Masyarakat berlatar belakang etnis
Tionghoa ini merupakan orang-orang yang melarikan diri dari daerah Mansuria
yang ketika itu sedang mengalami perang. Mereka melarikan diri ke Batavia tanpa
membawa istri, sehingga mereka mencari gundik atau pengganti istri di Batavia.
Dalam proses pencarian
gundik itu, etnis Tionghoa itu kerap bertemu di kawasan bantaran sungai. Tempat
yang dijadikan pertemuan pencarian jodoh itulah yang kemudian dinamakan Kalijodo.
Para calon gundik ini merupakan perempuan lokal. Biasanya para gadis pribumi
menarik pria etnis Tionghoa dengan menyanyi lagu klasik Tionghoa di atas perahu
yang tertambat di pinggir kali. Deskripsi ini terdapat dalam buku Cau
Bau Kan saat menggambarkan kegiatan tokoh utama bernama Tinung yang mengais
rezeki di Kalijodo.
Pada masa itu pekerja
perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau bukanlah pelacur,
meskipun di lokasi itu berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang. Cau
Bau artinya hanya perempuan. Pada masa itu tidak ada ukuran yang disebut
sebagai pelacuran. Istilah Cau Bau ini sama dengan Geisha dalam
kebudayaan Jepang. Perempuan yang menghibur dan mendapatkan uang atas
pekerjaannya, tapi tak dianggap sebagai pelacur.
Link : http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160216145554-20-111286/cerita-remy-sylado-soal-asal-mula-kalijodo/
Dari hari ke hari,
Kawasan Kali Jodoh semakin ramai dan banyak warga perantauan yang mencoba
mengadu nasib di Jakarta, menetap di Kali Jodoh. Hal ini terjadi di sekitar
tahun 1950an. Hanya saja saat itu namanya masih Kali Angke. Asal muasal
berubahnya nama Kali Angke menjadi Kalijodo tidak bisa dilepaskan dari Tradisi
Peh Cun yang sering diselenggarakan di kawasan tersebut. Dalam
Tradisi China, Peh Cun adalah tradisi yang diselenggarakan setiap Hari Ke-100 penanggalan Imlek. Salah satu tradisi dalam perayaan Peh Cun adalah pesta
air. Saat itu, pesta air diikuti oleh muda-mudi laki-laki dan perempuan yang
sama-sama menaiki perahu melintasi Kali Angke atau sekarang Kali
Jodoh.
Link : http://www.aktualita.co/sejarah-kalijodo-dari-kali-angke-hingga-kawasan-prostitusi-dan-perjudian/8600/
Link : http://www.aktualita.co/sejarah-kalijodo-dari-kali-angke-hingga-kawasan-prostitusi-dan-perjudian/8600/
Tradisi Peh Cun di Pontianak, Indonesia
Namun seiring dengan
perkembangannya Kali Jodoh yang semula merupakan Kawasan Terbuka Hijau,
sekarang menjadi Kawasan Kumuh, dan merupakan salah satu Kawasan Yang Syarat
akan Dunia Prostitusi, Minuman Keras, dan Juga Narkoba. Terlebih ketika Salah Satu Prostitusi Terbesar
di Indonesia, Kramat Tunggak ditutup. Banyak Para Pekerja Seks Komersil Eks
Kramat Tunggak, yang melakukan ide kreatif mereka di tempat ini. Secara
Otomatis, Wilayah Kali Jodoh kini, merupakan salah satu wilayah dengan Tingkat
Kejahatan Tertinggi di Jakarta.
Nah rencanya Gubernur DKI
Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ingin banget nutup Lokalisasi
Kali Jodoh dan dikembalikan lagi ke kondisi semula, sesuai dengan peruntukkanya. Bukan sebagai Daerah Rawan Kejahatan dan Sarangnya
Prostitusi saja, tetapi juga lahan terbuka hijau milik Pemerintah yang secara
menahun ditempati ilegal oleh Pendatang, dan tidak sesuai dengan
peruntukannya.
Walaupun banyak Pro dan Kontra dari penutupan wilayah ini, tapi kayanya kita harus dukung langkah
Kebijakan Pemerintah DKI Jakarta, yang berusaha buat Jakarta ke arah yang lebih
baik.
Berikut 5
Hal Yang Bakal Terjadi Di Jakarta, Jika Lokalisasi Kali Jodoh Benar Ditutup !
1. Jakarta Bakal Nambah Taman Kota Baru ...
Setuju banget dengan yang
satu ini. Jakarta bakal punya Taman Kota Baru. Secara ruang Terbuka Hijau di
Jakarta dari hari ke hari bukannya bertambah malah berkurang. Mungkin saking
banyaknya Pendatang yang coba ngadu nasib di Jakarta. Bukannya untung malah
buntung. Akhirnya bikin Pemukiman Kumuh di bantaran kali yang memang nggak sesuai
banget peruntukkannya. Walaupun nggak bisa disalahin secara 100% juga Pendatang
nempatin secara ilegal, karena yang namanya oknum dari aparat sudah ada
berpuluh tahun lamanya, sengaja buat keadaan itu jadi demikian. Nah mumpung di
Pemerintahan Ahok, yang Gubernurnya Tegas Habis Ala Koboi, kayanya sanksi hukum
buat Oknum yang demikian harus dilakukan, biar Jakarta makin kinclog dan
bersih.
Ok lanjut, coba bayaingin
Taman Kota yang asyik kaya Waduk Ria Rio di Pluit, dimana kayanya kawasan ini
bisa jadi 11/12 dengan lokasi Waduk Ria Rio yang ada Taman Kotanya. Secara juga
ada daerah resapan. Hanya saja kalau di Ria Rio berupa Danau, tapi Kali Jodo ya
berupa kali. Di Jakarta makin banyak daerah WaterFrontCitynya .... siiip deh
Banjir yang menjadi persoalan tahunan di Jakarta kemungkinan
bakal berkurang. Terlebih lagi di wilayah Jakarta Barat dan Utara. Secara Daerah
Kali Jodoh tadinya merupakan daerah resapan yang didiami oleh Penduduk secara
ilegal. Rencananya Pemerintah mau coba gusur tempat yang nggak sesuai dengan
peruntukkannya. Jadi bisa dibayang deh kalau wilayah Kali Jodoh jadi direlokasi,
otomatis akan ada ruang terbuka hijau, dimana daerah ini penting banget sebagai
daerah resapan yang berguna untuk meminimalisir banjir. Karena memang lokasinya
pas banget di sebelah Kali Angke yang merupakan daerah Banjir Kanal Barat, dengan
demikian warga di sekitar Jakarta Utara dan Barat, rasa khawatirnya mungkin
jadi lebih berkurang terhadap banjir yang kerap melanda Kali Jodoh. Terlebih lagi nantinya, Kali Jodoh menjadi
daerah resapan yang lokasinya tepat di hilir muara Kali Angke. Jangan Lupa Ya Bioporinya !
Menurut Sejarah yang kamu
baca di atas, bahwa Tradisi Pe Chun yang diselenggarakan setiap Hari Ke-100
penanggalan Imlek telah ada sejak dahulu di Kali Jodoh yang dahulu bernama Kali
Angke. Kenapa Pemerintah nggak coba ngehidupin lagi tradisi yang sudah
mati ini. Bisa jadi ini, merupakan salah satu Potensi Aset Wisata bagi Kota
Jakarta, khususnya Wisata Tradisi dan Kebudayaan Etnis China
yang memang sudah ada sejak Zaman Kolonial di Batavia atau Jakarta, selain Event Wisata lainnya yang mungkin bakal terjadi.
Kan unik tuh tradisinya
semacam Pesta Air, yang diikuti muda – mudi untuk cari jodoh. Jadi nggak nutup
kemungkinan kalau dijadiin Kawasan wisata yang dateng bukan hanya orang
Indonesia aja turis manacanegara, yang notabenenya bule pun bisa ikut cari pasangan di Kali
Jodoh. Kan asyik pas lagi cari pasangan, tiba – tiba dapet bule.
Enak Juga Naik Perahu Bareng Bule
4. Bakal Tumbuh Semacam Sentra UMKM Baru
Berharap banget Pemerintah ngasih solusi bersama bagi Warga yang dahulu bekerja sebagai Pegawai Seks Komersil Ex Kalijodoh untuk dicarikan pekerjaan yang lebih layak. Karena bagaimanapun masih ada juga pemukiman Warga Asli yang memang legal, dan nggak kena gusur, tetapi ia, dan keluarganya sangat bergantung dengan usaha Esek Esek Kali Jodoh. Jadi dengan alasan tidak mematikan usaha, Pemerintah Daerah berusaha untuk cari terobosan buat numbuhin UMKM yang mandiri bagi warga sekitar.
Sentra UMKM Sepatu Gang Dolly
Berharap banget Pemerintah ngasih solusi bersama bagi Warga yang dahulu bekerja sebagai Pegawai Seks Komersil Ex Kalijodoh untuk dicarikan pekerjaan yang lebih layak. Karena bagaimanapun masih ada juga pemukiman Warga Asli yang memang legal, dan nggak kena gusur, tetapi ia, dan keluarganya sangat bergantung dengan usaha Esek Esek Kali Jodoh. Jadi dengan alasan tidak mematikan usaha, Pemerintah Daerah berusaha untuk cari terobosan buat numbuhin UMKM yang mandiri bagi warga sekitar.
Sudah banyak contohnya, Kaya Gang Dolly setelah nggak jadi kawasan Prostitusi Terbesar di Asia Tenggara, wilayah ini sekarang tumbuh jadi Usaha Industri Sepatu Baru di Surabaya. Warganya
yang kebanyakan mantan PSK Ex Gang Dolly, dibina dan sering ikut pelatihan
Kewirausahaan yang diadakan oleh Pemerintah Daerah setempat. Maka nggak heran
Walikotanya pun “ Tri Rismaharini” make sepatu produk Gang Dolly. Tepatnya, saat pelantikan menjadi Walikota Surabaya,
beberapa waktu lalu.
Nah kalau usaha yang
tepat sasaran untuk dilakuin oleh Warga Kalijodoh apa ya ? Kayanya memori tahun 90an tentang mainan
Kapal Perang Othok – Othok bisa jadi produk UMKM pertama yang bisa dibuat secara massal. Lokasinya yang dekat Kali Angke, membuat anak kecil bisa dengan leluasa
main di Kali Ala Tempo Doeloe ini. Yang terpenting bentuk kapalnya Nasionalis
banget. Apalagi kalau bukan Bendera Indonesia yang ada di Kapal.
5. Bakal Jadi Lebih Religius
Kembali : ARTIKEL
Kapal Perang Othok - Othok Yang Nasionalis Banget !
5. Bakal Jadi Lebih Religius
Islamic Centre Kramat Tunggak
Sejarah mencatat, setiap
ada relokasi Lokalisasi, ujung – ujungnya, kalau nggak dibuat Islamic Centre, mungkin Tempat Peribadatan Lainnya. Ya iyalah, gimana nggak, secara Praktek Prostitusi memang nggak pernah dibenarkan oleh
Agama apapun di Indonesia. Jadi wajar, kalau beberapa bekas lokalisasi
dijadiin semacam pusat kegiatan keagamaan, kaya Kramat Tunggak gitu. Mungkin
ada maksud kali ya, agar Warga yang berada di daerah tersebut dapat lebih kena siraman
rohani. Karena bagaimanapun pastinya banyak Warga yang berprofesi sebagai PSK.
Dengan begitu wilayah bekas Lokalisasi otomatis lebih religius dan dampaknya
Kejahatan di wilayah tersebut so pasti jadi lebih berkurang.
Setelah Insyaf
Itu beberapa gambaran
yang setidaknya bakal terjadi, jika wilayah Lokalisasi Kali Jodoh Benar Di tutup. Bagi yang mau Komentar silahkan isi unek uneknya di bagian paling bawah
posting. Di tunggu Komentar Terbaiknya
Terima Kasih
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita