indonesaEnglish



Selasa, 09 Februari 2016

9 Daerah Pecinan Terbaik Indonesia

Selasa, 09 Februari 2016


CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR

ppp
9 Daerah Pecinan Terbaik Indonesia ...
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai Macam Suku Bangsa, membuat bangsa Ini menjadi kaya akan Budaya dan Adat Istiadat. Beberapa Suku Bangsa di Indonesia membentuk semacam daerah atau kawasan tersendiri yang biasa kita sebut (Kawasan Dalem Kauman, dan Kalangan Pada Masyarakat Jawa, dimana penyebarannya ada di beberapa daerah di Pulau Jawa seperti : Yogyakarta, Solo, Cirebon, Magelang, Semarang, dan Cilacap), (Kawasan Kratonan, Kawasan Khusus Bangsawan Jawa penyebarannya ada di Yogyakarta, Solo, dan Cirebon), Ke’te Kesu (Kawasan bagi Masyarakat Adat Tanah Toraja di Sulawesi Selatan), Kawasan Adat Ammatoa  (Kawasan bagi Masyarakat Adat Kajang di Sulawesi Selatan), Sade (Kawasan Adat Lombok, NTB), Aga (Kawasan Bagi Suku Adat Bali Kuno, Bali),  Kanekes (Kawasan Adat Bagi Masyarakat Baduy yang berada di daerah Lebak, Banten, dan Sebagian Wilayah Sukabumi – Jawa barat), serta Kawasan Pecinan (Kawasan Bagi Etnis Tionghoa – Indonesia, yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia), dan masih banyak lainnya. Khusus yang terakhir kami sengaja merangkum, mumpung masih dalam perayaan Imlek, dan menjelang Hari Cap Gomeh + 15 hari sesudah Perayaan Imlek.
Berikut Kami Hadirkan 9 Daerah Pecinan Terbaik Versi The Colour of Indonesia ...
pp

Apa Itu Pecinan ?
Merujuk Pada Wikipedia, Pecinan atau Kampung Cina (atau Chinatown dalam Bahasa Inggris dan 唐人街 Tángrénjiē dalam Bahasa Mandarin ) merujuk kepada sebuah wilayah kota yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Pecinan banyak terdapat di kota-kota besar di berbagai negara di mana orang Tionghoa merantau dan kemudian menetap seperti di Amerika Serikat, Kanada, Eropa dan negara-negara Asia Tenggara. Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Pecinan


Salah Satu Sudut Daerah Pecinan Di Kawasan Petak Sembilan Glodok - Jakarta

Mengapa Daerah Pecinan juga banyak terdapat di Beberapa Belahan Negara lainnya ?
ppp
ppp
- China sebagai Negara Terbesar di Dunia, lebih dari 1.3 Milyar Juta Penduduk yang mayoritas merupakan Bangsa China/ Tionghoa, membuat Mayoritas Penduduknya juga melakukan Emigrasi ke beberapa negara lain seperti di belahan Asia Tenggara, Amerika Serikat, dan juga Eropa. Terlebih beberapa Peraturan Pemerintah China yang sengaja memperketat tentang Jumlah Kelahiran bagi satu Keluarga, membuat sebagian penduduknya Khawatir akan sanksi yang dikenakan bagi mereka ketika Mempunyai Anak lebih dari yang ditetapkan oleh Pemerintah China.

- Beberapa hal yang terjadi sejak zaman dahulu kala, tentang sifat merantau, tak kenal menyerah di negeri orang, tekun, Bangsa Pedagang, dan hasrat menguasai Dunia, membuat Bangsa China dapat melebur dengan penduduk Asli di beberapa daerah yang didatangi oleh Bangsa Ini. Akulturasi Kebudayaan juga terjadi, dimana mencampurkan Unsur Budaya Asli dengan Budaya China, seperti yang terjadi di Indonesia. “Contohnya tari Cokek, yang merupakan Akulturasi Kebudayaan China dengan Betawi Asli”

Perkembangan Bangsa China menjadi Etnis Suku Bangsa Di  Indonesia
pp
Tari Barongsai, Salah Satu Tarian Terkenal Bagi Etnis Tionghoa

Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: 唐人, "orang Tang") atau lazim disebut Huaren (Hanzi Tradisional: 華人 ; Hanzi Sederhana : 华人) . Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pinyin: Hanren, "orang Han").

Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.


Pada masa Era Orde Lama, Etnis China mendominasi Pemerintahan, dan Politik. Hal ini dapat disimpulkan dengan adanya hubungan kedekatan antara Soekarno dengan  Republik Rakyat Tiongkok melalui Partai Komunis Indonesia. Namun sejak kejatuhan Orde Lama dan pelarangan ideologi Komunis di Indonesia, nampaknya stigma yang melekat pada Orang China yang dicap Komunis di Indonesia, membuat Etnis ini terpinggirkan sejak Era Orde Baru, dann hampir selama 32 Tahun, termasuk didalamya tradis perayaan yang melekat pada kebudayaan China seperti Tari Barongsai, Hari Raya Imlek, hingga Perayaan Lontong Cap Gomeh. Baru ketika Masa Reformasi bergulir, dimulai dari Pemerintahan BJ. Habibie melalui  Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non-Pribumi, seluruh aparatur pemerintahan telah pula diperintahkan untuk tidak lagi menggunakan istilah pribumi dan non-pribumi untuk membedakan penduduk keturunan Tionghoa dengan warga negara Indonesia pada umumnya, di Masa Pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid tentang peniadaan Instruksi Presiden (Inpres) No 14/1967 yang melarang etnis Tionghoa merayakan pesta agama dan penggunaan huruf-huruf China dicabut. Selain itu juga ada Keppres yang dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid memberi kebebasan ritual keagamaan, tradisi dan budaya kepada etnis Tionghoa, Di Era Pemerintahan Megawati Soekarnoputri dibuat Keppres yang menunjuk pada Hari Imlek menjadi Hari Libur Nasional, di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono adanya Keppres yang berisi tentang agama Khonghucu diakui sebagai agama resmi dan sah, dan terakhir tentang pekembangan Orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup Nasional Indonesia, melalui Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

9 Daerah Pecinan Terbaik Indonesia ...


1. Kota Singkawang – Kalimantan Barat


Kota Singkawang atau San Keuw Jong (Hanzi: 山口洋 hanyu pinyin: Shānkǒu Yáng) adalah sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini dijuluki Kota Seribu Kelenteng, terletak sekitar 145 km sebelah utara dari Kota Pontianak, Ibukota Provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng, dan Sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan estuari. Karena mayoritas Penduduk di Kota Pontianak, dan Kota Singkawang merupakan Suku China, maka tidak heran bila Kota Ini dijuluki sebagai China Town Terbesar di Indonesia. Di tempat ini kamu akan jumpai banyak Kelenteng, yang digunakan sebagai tempat beribadah bagi Etnis China yang memeluk Agama Khonghucu, Masjid dan Tempat Peribadatan Lain yang bernuansa Oriental. Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Singkawang


Kamu Tidak perlu jauh ke negeri Tiongkok sana untuk merasakan suasana kental etnis Tionghoa. Kota Singkawang adalah tempat d imana kamu bisa merasakan budaya etnis tionghoa di tiap sisi kotanya. Kota ini juga menawarkan atraksi Imlek dan Cap Go Meh, selain pantai pasir putih dan juga perbukitannya. Tidak seperti kota lain yang identik dengan peradaban etnis Tionghoanya di mana Bahasa Cina penduduknya sudah mulai luntur, Singkawang menawarkan sesuatu yang berbeda di mana Bahasa Cina Daerah seperti Hakka dan Tio Ciu masih digunakan dalam percakapan sehari-hari. 


2. Kota Lama Semarang – Jawa Tengah



Selain punya Little Netherland, Kota Lama Semarang juga punya kawasan Pecinan Semarang yang biasa disebut dengan China Town. Kawasan ini membentang mulai dari Jl Beteng, Gajah Mada di sebelah barat, Jl MT Haryono di timur, Jl Agus Salim di utara, dan Jl Jagalan di selatan, serta kawasan ini berdekat dengan arah Simpang Lima Semarang.

Sumber Foto : Bozhart

Di tempat ini kamu akan menjumpai, beberapa Kelenteng Tertua di Kota Ini, seperti :
1) Sioe Hok Bio - 1753 2) Tek Hay Bio - 1756.
3) Tay Kak Sie - 1771
4) Tong Pek Bio - 1782.
5) Hoo Hok Bio - 1792
6) Wie Hwie Kiong - 1814
7) Ling Hok Bio - 1866
8) See Hoo Kiong - 1881
9) Hian Thian Siang Tee Bio - 1905
10) Sam Poo Kong Kelenteng didirikan oleh Laksmana Muslim Cheng Ho

Kelenteng Tay Kak Sie - 1771
Sumber Foto : Bozhart

Sebuah Pasar yang menjadi salah satu StreetFood Terbaik Di Indonesia juga ada di Daerah Pecinan Semarang. Pasar Semawis “Semarang Untuk Pariwisata” yang dibentuk oleh Komunitas Etnis Tionghoa Indonesia menjadikan Gang Warung sebagai salah satu Jajanan Street Food Terpanjang di Kota Lama Semarang, selain itu kamu juga bisa jumpai tempat yang menjadi saksi Peninggalan Kebudayaan China di Semarang; seperti : Jl Gang Lombok - ada kelenteng terkenal Tay Kak Sie dan kapal replika Cheng Ho, dimana biasanya rombongan para turis mengunjungi ke sini Link : http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=273211&page=24


Replika Kapal Laksmana Muslim Cheng Ho di kali Semarang
Sumber Foto : Bozhart

3. Kesawan - Medan


Sumber Foto : Asiaexplorers.com

Kesawan adalah nama sebuah daerah di Kecamatan Medan Barat, Medan, Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah dan Jalan Ahmad Yani yang berada di kawasan ini merupakan jalan tertua di Medan. Sebelum 1880 Kampung Kesawan dihuni oleh orang-orang Melayu, namun kemudian orang-orang Tionghoa dari Malaka dan Tiongkok datang dan menetap di daerah ini sehingga Kesawan menjadi sebuah Pecinan. Setelah kebakaran besar melalap rumah-rumah kayu di Kesawan pada tahun 1889, para warga Tionghoa lalu mulai mendirikan ruko-ruko dua lantai yang sebagian masih tersisa hingga kini. Saat ini kawasan Kesawan telah dijadikan sebagai pusat jajanan makan yang ramai pada malam harinya bernama Kesawan Square. Link  : https://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan


Kawasan Kesawan Medan Tempo Doeloe

4. Nagoya – Batam



Kota Batam yang merupakan wilayah Segitiga Emas ASEAN, antara Singapura, Malaysia, dan Indonesia sendiri, menjadikan kawasan ini merupakan Kota Perdagangan Bebas bagi Segitiga ASEAN, Malaysia, Singapura, Batam (Indonesia) selain di tempati oleh Etnis Rumpun Melayu, mayoritas juga merupakan Etnis Tionghoa – China. Sebagai pusat kegiatan perdagangan, dan komunitas di Batam,  Kawasan Nagoya Hill  Batam terkenal sebagai daerah Pecinan yang sarat akan lalu lintas perdagangannya, dan juga Wisata kulinernya. Di tempat ini Kamu juga akan jumpai Kelenteng, dan berbagai unsur yang mewarnai kehidupan Masyarakat China di daerah ini.


5. Kota Pemantang Siantar – Sumatera Utara



Kota Pecinan Pemantang Siantar merupakan Kota Pecinan yang terletak di Propinsi Sumatera Utara. Etnis Tionghoa juga mendiami Kota ini sebagai Etnis Terbesar, khususnya di wilayah Timbang Galung, dan Kampung Melayu. Di tempat ini kamu akan jumpai pernak – pernik yang menandakan kekhasan gaya Oriental  mulai dari Becak Siantar, hingga Wisata Budaya Patung Tertinggi di Asia Tenggara Dewi Kwan Im yang terletak di Vihara Avalokitesvara.









Patung Dewi Kwan Im - Pemantang Siantar

6. Kota Tanjung Pinang – Kepulauan Riau



Kota Tanjung Pinang yang penduduknya mayoritas merupakan perpaduan antara Suku Melayu, dan Etnis Tionghoa, menjadikan Kota ini sarat dengan unsur keduanya. Hal ini dapat dilihat dari ornamen khas Orental, yang dapat dijumpai di hampir setiap bagian dari Kota ini. Ibu Kota dari Kepulauan Riau ini, memang berdekatan dengan Kota Batam yang notabenenya merupakan bagian dari Propinsi Kepulauan Riau, walaupun mempunyai Otonomi Sendiri di bawah Daerah Otonomi Batam. Jadi wajar jika Kota ini merupakan salah satu daerah pecinan Terbaik di Indonesia. Bila kamu ke tempat ini jangan lupa untuk datang Ke Akau Potong Lembu, salah satu Streetfood Terbaik di Indonesia yang menyajikan jajanan Khas Orental ala Tanjung Pinang yang terkenal dengan makanan lautnya.

Akau Potong Lembu - TanjungPinang



















7. Kawasan Kota Lama - Jakarta



Kawasan Kota Lama Jakarta, juga merupakan Kawasan Pecinan Terbaik di Indonesia. Hampir sama dengan kondisi fisik dengan Kota Lama Semarang yang juga berada di Kota Pesisir Pantai Utara Jawa, Kawasan Kota ini selain terkenal sebagai Little Netherland, juga terkenal dengan China Townnya. Kawasan Pecinan Jakarta, sebenarnya juga membentang di wilayah Jakarta Barat (Kota Tua Jakarta, Glodok hingga arah Tangerang),  Jakarta Pusat (Pecenongan, Harmoni, Pasar Baru), Jakarta Utara (Kelapa Gading, Pluit), hal ini berdasar kepada kebiasaan Etnis Tionghoa yang mendiami suatu tempat dengan mendekatkan kepada air sebagai sumber mata pencahariannnya. Di daerah pecinan Jakarta, kamu akan jumpai Etnis Tionghoa yang membaur dengan kebudayaan Masyarakat Betawi Asli, seperti Tari Cokek. Di tempat ini juga banyak dijumpai Masjid dengan gaya oriental. Dimana Mayoritas Etnis China memeluk Agama Islam.

Salah Satu Masjid di Kawasan Pecinan Pasar Baru Jakarta
 Perpaduan Antara Gaya China dan Betawi 

8. Kampung Sudiroprajan - Solo



Kampung Sudiroprajan biasa disebut  Kampung Balong memang dikenal sebagai Kawasan Pecinan-nya Kota Solo. Selain terdapat kelenteng berusia ratusan tahun yakni Kelenteng Tien Kok Sie yang dibangun tahun 1754, di tempat ini juga terdapat Pasar yang bernama sebagai Pasar Gede Solo. Suasana pecinan di tempat ini kian terasa terlebih saat imlek seperti saat ini. Berbagai pernak-pernik imlek pun menghiasi setiap sudut. Hingga akhir Februari ini, bagi Kamu yang ingin berkunjung ke kawasan ini bisa menyaksikan ribuan lampion di sepanjang jalan hingga memberikan rona romantisme tersendiri terlebih di saat malam. Bola-bola merah mewarnai koridor sepanjabng jalan Jenderal Sudirman - Pasar Gede hingga Urip Sumoharjo, mulai jembatan Kali Pepe sampai jembatan penghubung bangunan pasar timur dan barat, serta di daerah RE Martadinata. Imlek di tempat ini biasanya, ditutup dengan perayaan cap Go Meh +15 hari sesudah Perayaan IMLEK.

 

9. Kya – Kya - Surabaya



Kya-Kya Surabaya adalah tempat yang dulunya ramai sebagai pasar malam di kawasan pecinan kota Surabaya. Terletak di sepanjang jalan Kembang Jepun didirikan kios-kios yang menjual berbagai macam makanan baik masakan Tionghoa, makanan khas Surabaya maupun makanan lainnya. Kata kya-kya diambil dari salah satu dialek bahasa Tionghoa yang berarti jalan-jalan.

Sejarah Jalan Kembang Jepun



Jalan Kembang Jepun dulunya adalah kawasan bisnis utama dan pusat kota Surabaya. Walaupun bukan menjadi yang utama, kawasan ini tetap menjadi salah satu sentra bisnis hingga saat ini. Kawasan ini terkenal sebagai pusat perdagangan grosir, yang kemudian dikenal sebagai CBD (central business district) I Kota Surabaya. Kembang Jepun mempunyai sejarah panjang, sepanjang perjalanan Kota Surabaya. Perjalanannya penuh dengan rona-rona, sesuai warna yang dilukiskan zamannya. Sejak zaman Sriwijaya, kawasan di sekitar Kembang Jepun menjadi tempat bermacam bangsa tinggal. Banyak pedagang asing yang menambatkan kapal-kapalnya di lokasi di mana kemudian menjadi Kota Surabaya. Di situ pulalah, perjalanan sejarah menorehkan garis membujur dari timur ke barat kota, Jalan Kembang Jepun. Tegak lurus dengan Kalimas, jalan ini juga menjadi ikon Kota Surabaya yang silih berganti tampil membawa perannya. Pada zaman Belanda, pemerintahan saat itu membagi kawasan menjadi Pecinan di selatan Kalimas, kampung Arab dan Melayu di Utara kawasan itu, dengan Jalan Kembang Jepun sebagai pembatasnya. Bangsa Belanda sendiri tinggal di Barat Kalimas yang kemudian mendirikan komunitas "Eropa Kecil". Hal ini hampir serupa dengan Kota – Kota di Pesisir Pantai Pulau Jawa yang membagi wilayahnya menjadi Litte Netherland, China  Town serta beberapa wilayah Kawasan Melayu seperti di Kota Lama Semarang, dan Kota Lama Jakarta. Jalan Kembang Jepun dulunya dinamakan Handelstraat (handel berarti perdagangan, straat artinya jalan), yang kemudian tumbuh sangat dinamis. Pada zaman pendudukan Jepang lah nama Kembang Jepun menjadi terkenal, ketika banyak serdadu Jepang (Jepun) memiliki teman-teman wanita (kembang) di sekitar daerah ini. Pada era di mana banyak pedagang Tionghoa menjadi bagian dari napas dinamika Kembang Jepun, sebuah Gerbang kawasan yang bernuansa arsitektur Tionghoa pernah dibangun di sini. Banyak fasilitas hiburan didirikan, bahkan ada yang masih bertahan hingga kini, seperti Restoran Kiet Wan Kie. Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Kya_Kya_Surabaya


Kembali : TERBAIK



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA