CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR
Kapan Kita Baikkan ?
Setiap Orang pasti pernah melakukannya.
Entah itu dengan Kakak, Teman, Kerabat maupun Keluarga,
setiap orang pasti pernah merasakannya.
Namun, sampai kapan Kita akan memendam kebencian terhadap
orang tersebut ?
Bagi, yang merasa tersakiti, tentu ini akan menjadi hal,
yang sulit dilakukan, sebab Kemarahan, yang tak berkunjung akhir dalam diri
Sesorang itu bukan tanpa sebab.
Entah itu karena menyangkut Nama Baik Orangtua, dan
Keluarga, Harga Diri, terlebih karena Pengkhianatan, Mereka jadi tidak mudah (susah) untuk memaafkan.
Via : http://www.theparentreport.com/
Lalu pertanyaannya, sampai kapan Kamu akan memendam
kebencian, tanpa mudah untuk memaafkan ?
Saling Maaf memaafkan dalam Agama apapun di Dunia itu
wajib hukumnya.
Dalam Agama Islam dijelaskan :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan mema’afkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS.
Al-Imran: 133-134).
Maaf memaafkan adalah menjadi wajib hukumnya bagi
Seseorang.
Orang yang mudah memaafkan kesalahan Orang Lain, akan
mudah diampuni dosa, dan dibukakan pintu rejekinya seluas mungkin.
Dengan Maaaf Memaafkan, berarti Kita secara tidak
langsung memperkuat tali Silaturahmi, baik sesama Muslim maupun Anak Bangsa.
Jujur, sikap Maaf - Memaafkan memang susah untuk
dilakukan, tetapi wajib untuk dilakukan.
Saya atau mungkin sebagian dari Kamu, pastinya susah untuk melakukan. Terlebih jika itu sudah menyangkut
Nama Baik, dan Keluarga.
Alangkah Indahnya, Jika Mereka Kembali Rukun !
Hal ini mungkin juga menjadi cerminan bagi Para Negarawan Kita, yang belakangan
ini, timbul sensitivitas Tinggi diantara
satu sama lain. Sehingga apa yang Kita lihat di Media, jujur
teramat tidak mendidik.
Contohnya saja :
Contohnya saja :
Mantan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, yang dahulu mempunyai hubungan, yang harmonis dengan Presiden Joko Widodo,
tetapi akhir ini, hubungannya nampak renggang.
Hasilnya Kita bisa lihat :
Pak Beye, yang memang punya sifat sering
curhat di Medsos, makin banyak ngeposting
tentang rasa kurang tanggap (Respon)nya
Pak Jokowi, kala Beliau ingin ketemuan dengan Orang Nomor Satu di Indonesia, akibat Rasa Ketersinggungan terhadap Beberapa Persoalan Bangsa, yang seakan dituduhkan kepadanya.
Bukan hanya itu, coba kita lihat dalam Beberapa Pergantian Presiden Republik Indonesia (R.I) ?
Hampir sebagian besar Suksesi Kepemimpinan itu
tidak berjalan dengan mulus.
Coba saja dilihat dari fakta sejarah :
Mulai dari Presiden
Soekarno, hingga Pak Beye, semua
diwarnai oleh Konflik Kepentingan,
dan Menjatuhkan Satu Sama Lain.
Ada yang karena Kudeta,
Digulingkan oleh Para Mahasiswa, Impeachment oleh MPR, hingga Merasa Terkhianati oleh Anak Buah, yang
akhirnya sama mencalonkan diri dalam
Pemilihan Presiden.
Mungkin bisa dibilang hanya Pak Jokowi, yang menggantikan Pak Beye dapat meneruskan Tradisi Kenegaraan,
yang baik. Walaupun untuk saat ini, Hubungan Keduanya sedang tidak harmonis.
Memang ada, yang kembali baikkan dari Hubungan
Keduanya, tetapi hal ini tidak banyak dilakukan oleh Para Negarawan.
Contohnya saja Pak
Probowo, dan Pak Jokowi, yang
menganggap Bahwa Rivalitas Politik dalam Pemilihan
Presiden beberapa waktu lalu adalah hal biasa.
Sudah sepantasnya Para Negarawan harus bersikap Arif, Bijaksana, dan Saling Memaafkan dalam menerima Kekalahan. Terlebih, yang terpenting untuk menyatukan Indonesia Lebih Baik.
Rasanya Sayang, jika Bangsa
Indonesia, yang besar ini, tidak ada Rasa
Saling Maaf Memaafkan diantara satu sama lain.
Dari hal tersebut, Kita jadi belajar :
Pentingnya Budaya Maaf Memaafkan oleh Para Pemimpin
Negeri, sehingga tidak memberikan contoh buruk bagi Rakyatnya.
Pentingnya Budaya Maaf Memaafkan harus dilakukan, dengan
satu syarat, jika itu menyangkut tentang
Proses Hukum, maka lakukanlah dengan
seadil - adilnya.
Memaafkan juga bukan berarti Kita melupakan Persamaan Keadilan di Mata Hukum (Equality Before Of The Law).
Terlebih jika itu menyangkut Rasa
Ketidakadilan bagi Orang Banyak.
Hal ini bisa kita lihat dari Peristiwa Aksi Damai 411, dan 211,
yang menuntut Kasus Hukum bagi Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), terkait Dugaan
Penistaan Agama.
Sehingga Budaya
Maaf Memaafkan dalam Kehidupan Bernegara, dapat dilakukan
dengan Ikhlas, Tanpa Dendam, maupun Anarki.
Alangkah Indahnya, jika Semua Pihak mau menyadari
Kesalahan, dan Memaafkan Orang Lain, untuk menyatukan Indonesia, yang
lebih baik berkat Keanekaragamannya.
Sehingga tak ada lagi kata :
Kapan Kita Baikkan ?
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita