CONTRIBUTOR
PANGKI PANGLUAR
Mengenal Kearifan Budaya Masyarakat Lokal
Lewat Event Bugil PG. Rejo Agung Madiun
“Mengenal Kearifan
Budaya Masyarakat Lokal
Adalah Salah Satu Cara Agar Kita
Lebih Mencintai
Keanekaragaman Indonesia”
Keanekaragaman Indonesia”
Penulis
Di Era Modernisasi
seperti sekarang ini, tak banyak Kota
Besar di Indonesia, yang tetap mempertahankan Keberadaan Kearifan Budaya
Masyarakat Setempat agar tetap lestari mengikuti Kemajuan Zaman.
Kami beruntung, hidup di Kota seperti Madiun !
Kota ini, dalam luasan skala bisa dibilang tidak terlalu besar, berada setingkat
dengan Kabupaten (Tingkat II), Kota Administratif, namun dengan begitu,
Nyatanya Kota
ini bisa dikatakan punya Fasilitas lumayan
lengkap, baik dari Perdagangan, Industri, Kesehatan, Pendidikan,
maupun Wisata Kulinernya.
Kota ini juga dinilai berhasil mempertahankan Keberadaan Budaya Masyarakat Lokal Setempat.
Kenal Istilah Cangkruk ?
Istilah ini dalam Kehidupan
Masyarakat Madiun, mungkin bukan hal aneh. Masyarakat Madiun, yang dikenal guyub, dan “seneng ngumpul” menjadi Penanda bahwa Kearifan Budaya Masyarakat Lokal, berhasil dipertahankan.
Dampak berdirinya berbagai macam Tempat Nongkrong Asyik, yang berada di Kota ini merupakan salah satu bukti bahwa lewat Kearifan Budaya Lokal Masyarakat Setempat,
Kota ini, Kami rasa telah mampu mengangkat namanya sebagai Salah Satu Kota bagi Destinasi Wisata Kuliner Terbaik Indonesia.
Coba Kamu lihat !
Berapa banyak Rumah
Makan, Kafe, Warung Angkringan, hingga Tempat Nongkrong Asyik, yang berada di Kota ini ?
Walaupun mempunyai Luas
Daerah, yang tidak begitu besar, namun Kehadiran Tempat Demi Tempat tersebut, dirasa cukup banyak bukan ?
Sehingga Wajar,
Kota ini disebut sebagai Kota Kuliner (selain memang punya Makanan Khas Terbilang Enak seperti Pecel,
dan Bluder),
Itulah mengapa Kota
ini, mampu mempertahankan Kearifan
Budaya Masyarakat Lokal Setempat.
Bukan hanya itu, Eksistensi Event Buka Giling “Bugil” PG Rejo Agung Madiun, juga merupakan salah satu cara untuk tetap
mempertahankan Kearifan Budaya
Masyarakat Lokal Madiun.
Berikut Kami
Hadirkan
Mengenal Kearifan Budaya Masyarakat Lokal
Lewat Event Bugil PG. Rejo Agung Madiun
Mengenal Bugil Lebih Dekat !
Jika Salah
Persepsi mungkin Konotasinya
menjadi Negatif !
“Bugil”, yang
merupakan Akronim dari Pembukaan Giling di Beberapa Pabrik Gula, istilah ini
menjadi lazim bagi Kami untuk
disebutkan setiap kali ada Event
Pembukaan Giling Tebu.
Semacam Pasar
Malam (Night Market), yang buka dalam Jangka Waktu Tertentu, walaupun biasanya, ketika Siang maupun menjelang Sore Hari, Para Pedagang Dadakan ini, juga banyak, yang ngelapak
Barang Dagangannya.
Kini, suasana itu memang tidak ada, namun bukan berarti Event Tahunan untuk mempertahankan Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Setempat ini, menjadi punah atau hilang begitu saja,
Create your own user feedback survey
Lokasi :
PT. Pabrik Gula Rejo Agung Baru
Jl. Yos Sudarso No.23, Patihan, Mangu Harjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63123
Kembali : ARTIKEL
Namun, yang jelas Acara
Tahunan ini telah berlangsung turun temurun. Berdasarkan Tradisi Masyarakat Setempat sesuai usia
Pabrik Gula itu berdiri.
Biasanya di Awal
Musim Giling, Event Tahunan ini,
selalu dilakukan hampir di setiap Pabrik
Gula Se - Karesidenan Madiun, yang meliputi Wilayah Kota, dan Kabupaten
Madiun, Ponorogo, Magetan, hingga Ngawi.
Mereka, yang bekerja sebagai Buruh Lepas, maupun Para Karyawan Tetap di Sekitar Pabrik Gula itu, mengadakan
semacam Tasyakuran atas Berkah,
dan Limpahan Rahmat dari Sang Maha Kuasa, Allah SWT terhadap Keberhasilan Produksi Tebu, yang meningkat.
PG. Rejo Agung sendiri menjadwalkan Salah Satu Event Tahunan ini, sebagai Moment Penting bagi Keberhasilan Produksi Gula Mereka.
Dari Acara tersebut,
Masyarakat membaur, menyatu dengan
suasana Kemeriahan, yang biasa dilakukan selama Sepekan hingga Dua Pekan.
Acara, yang merupakan “Warisan Kolonial” ini, konon kabarnya dahulu diiringi dengan Musik dan Pesta Dansa Dansi, Khas
Nonik Belanda, mungkin inilah , yang mendasari kenapa Masyarakat Madiun sering, yang namanya Kumpul diiring Musik di Akhir Pekan (Weekend)
Kini, suasana itu memang tidak ada, namun bukan berarti Event Tahunan untuk mempertahankan Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Setempat ini, menjadi punah atau hilang begitu saja,
Jalan Utama Yos
Sudarso - Kota Madiun, tempat di mana Pabrik Gula ini berdiri, tetap
mempertahankan Event ini, sebagai Tradisi
Masyarakat Setempat, yang berlangsung turun temurun.
Ada yang menarik dalam Penyelenggaraan Event Buka Giling ini.
Selain Peran Serta
Pedagang, dan Kelompok Masyarakat,
melalui Mitra Binaan Pabrik Gula,
yang mungkin menjadi syarat utama Perusahaan
BUMN “Plat Merah” di Indonesia lewat Program CSRnya, di
bawah PT. PG RAJAWALI I,
Adalah Tradisi,
dan Prosesi Acara, yang berlangsung
turun temurun itu, seperti :
- “Cetik Geni” Tradisi
Penyulutan Api Ketel sebagai Rangkaian
Pembukaan Event Buka Giling Tebu, yang secara Filosofis agar Proses Produksi berjalan lancar dan
mendapatkan hasil Produksi Gula, yang
maksimal
Cetik Geni adalah Awal dari “Power” Tenaga Ketel Pabrik, yang diadakan dengan harapan selama proses
produksi berjalan selamat.
Jadi agar Power
Penggerak itu, diberi kelancaran menggerakan suatu proses giling di PG Rejo Agung.
Prosesinya, semacam selamatan tumpengan, yang Pesertanya Para Pegawai PG Rejo Agung, dan biasa dilakukan
secara Pawai atau “Kirab”.
Secara Simbolis,
berarti ini sudah menghidupkan Ketel dengan
Api atau Geni ke Beberapa Ketel
itu, yang namanya Cetik Geni.
Link :
http://wartaagro.com/berita-%E2%80%98cetik-geni%E2%80%99jadi-awal-giling-tebu-pg-rejo-agung.html
- Selain itu Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk, yang biasa dilakukan saat Puncak atau Penutupan Buka Giling menjadi Pelengkap
Eksistensi Kearifan Budaya Masyarakat
Lokal pada Event Tahunan ini.
Biasanya bercerita Tentang
Kondisi Produksi Tebu maupun Peristiwa
di Sekitar Pabrik Gula, yang
dibawakan dengan Gaya Kekinian sesuai Tuntutan Zaman.
Di mana Lakonnya
bisa diambil dari Cerita Pewayangan
Mahabrata maupun Ramayana.
Jadi wajar, jika Event
ini, juga menjadi semacam Pertemuan (Rendezvous), kala Para “ABG Sebenarnya”- Angkatan Babe Gue, ingin menikmati Suasana Masa Muda, ketika dahulu, Event Tahunan ini berlangsung.
- Yang paling unik adalah Tradisi Makanan Tradisionalnya, yang dijual oleh Para Pedagang, yang sengaja Buka Lapak di tempat ini.
. Gulali/ Harum Manis Kembang Gula, sebagai Makanan Lawas berasa Manis, yang sudah ada sejak Zaman Kolonial.
. Berondong Beras,
istilah kerennya “Pop Rice”, semacam
Kue Khas Tradisional terbuat dari Beras Ketan, agar lebih mengikuti arus Kekinian, maka dibuatlah
apa, yang sesuai dengan Bentuk Benda
maupun Action Figure Khas Zaman Sekarang.
. Hingga Kerak
Telor, yang merupakan Akulturasi Kebudayaan Kuliner Betawi,
yang berhasil dihadirkan setiap ada Event
Tahunan Buka Giling ini.
Jadi dapat dipastikan :
Bukan hanya Para
Angkatan Babe Gue, yang menikmati suasana di Event Tahunan ini, tetapi juga Para
Generasi Milinnealis, yang hidup di Era
Sekarang dengan Gadgetnya,
sepertinya juga larut dalam Suasana
Keceriaan Event ini, terutama dalam soal incip Kuliner.
Berkurangnya Ketersediaan
Lahan Tebu untuk Pembangunan
Perumahan maupun Industri
lainnya, yang mengakibatkan Mati Surinya Beberapa Pabrik Gula di Karesidenan Madiun, maupun Indonesia secara umum, hingga masuknya Berbagai Jenis Gula
Import Murah dari Negara Lain,
seharusnya menjadi Perhatian (Concern)
Lebih bagi Pemerintah.
Sebab
Keberlangsungan Pabrik Gula, yang dikelola oleh Pemerintah melalui BUMN agar
tetap bertahan dewasa ini, juga merupakan Penentu
dari Setiap Event Tahunan, yang
biasa dilakukan di tempat ini.
Melalui Event
inilah Kita jadi belajar mengenal Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Setempat
sehingga dengan demikian Kita lebih
mencintai Keanekaragaman Indonesia.
Mari Buat
Indonesia Lebih Baik !
Lokasi :
Jl. Yos Sudarso No.23, Patihan, Mangu Harjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63123
Kembali : ARTIKEL
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita