#Sekedar Fenomena atau #Unfaedah ?
“#SekedarFenomea atau #Unfaedah ?”
*****
Penulis
Akhir ini Fenomena Citayam Fashion Week, cukup mondar - mandir di Linimasa (Timeline) Sosial Media Saya.
Baik Facebook, Twitter, Instagram maupun Tiktok, tak jarang memberitakan Betapa Viralnya Ajang Kumpul Muda Mudi dengan Pakaian (Outfit) Keseharian Mereka, yang dipelopori oleh : Ale, Bonge, Jeje, Kurma, maupun Alpin selaku Anak Remaja Citayam, Bojonggede, hingga Depok, yang sering nongkrong, dan berkreasi dengan membuat Content di Bilangan Sudirman - Thamrin (SCBD) Ini.
Bahkan Keviralan Mereka melebihi Prestasi Anak Bangsa, yang memenangkan Olimpiade Matematika Internasional dengan merebut 5 Medali.
Ya !
Terlebih Pemberitaan ini, juga menjadi Tempat bagi Sejumlah Content Creator, Youtuber, hingga Para Selebriti (Pesohor) Tanah Air, yang notabenenya : Pekerja Seni, hingga Politikus berusaha untuk memanfaatkan Moment ini.
Dan sepertinya Aksi
Panjat Sosial (Pansos) juga
menjadi milik Orang” yang punya Jutaan
Subscriber maupun Followers di Sosial Media Mereka.
Cukup respect, ketika Pertama Kali tentang Kemunculan Ajang “Citayam Fashion Week” diliput oleh Beberapa Media Nasional Indonesia !
Kumpulan Anak Remaja dari Daerah Sub Urban (Pinggiran Kota) Jakarta, yang sepintas mencari Waktu Luang ketika Musim Libur Sekolah, lalu berkreasi dengan menciptakan Sebuah Content di Sosial Media (Tiktok, Youtube, maupun Instagram) di Daerah sekitar Dukuh Atas hingga Thamrin - Jakarta.
Terlebih menurut Mas Menteri Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Menparekraf) - Sandiaga Uno :
“Hal ini bisa menjadi Potensi bagi Terciptanya Kegiatan Pariwisata di Perkotaan “Urban Tourism” , yang sepintas mirip dengan Harajuku - Jepang, yang terkenal berkat “Fashion Street” - nya !”
Walaupun, jujurly,
Rada beda ya antara Daerah di Sekitar Stasiun
Dukuh Atas, Terowongan Kendal,
hingga Tanjung Karang sebagai Tempat Citayem Fashion Week dengan Daerah Harajuku - Jepang, yang memang
sudah punya Lokasi Sendiri, dan
dilengkapi dengan Banyak Butik maupun
Toko Fashion Ternama Dunia, he .. he
.. he .. !
Seiring berjalannya Waktu, Pemberitaan Citayam Fashion Week, yang diadakan Setiap Hari dengan memakai Perlintasan Jalan “Zebra Cross” di Daerah Tanjung Karang - Thamrin sebagai Panggung “Catwalk” , menimbulkan Polemik di Tengah Masyarakat.
Protes dari Para Netizen, yang Jumlahnya tidak sedikit, membanjiri Lini Sosial Media tentang Kehadiran Citayam Fashion Week Ini.
Bukan hanya Acara
(Event) nya, yang diadakan Setiap Hari, dan cukup melanggar Aturan Keselamatan bagi Para Pengedara Kendaraan Bermotor, yang
lewat di Daerah Tersebut,
Fenomena ini ternyata juga menimbulkan Banyak Permasalahan Lainnya, seperti : Banyaknya Sampah di Daerah Sekitar
Event tersebut, hingga menular ke Beberapa
Daerah Lainnya di Indonesia, seperti : Tunjungan
- Surabaya, Braga - Bandung,
maupun Pahlawan - Madiun, dan lagi” memakai
Zebra Cross sebagai Tempat Catwalknya.
Lalu apakah Citayam Fashion Week, harus tetap didukung, jika Kreativitasnya dirasa cukup Kebablasan, walaupun harus diakui ada Potensi bagi Kemajuan UMKM, dan Konsep “Urban Tourism” di Jakarta ?
Berikut Kami Hadirkan
Citayam Fashion Week
#Sekedar Fenomena atau #Unfaedah ?
Bermula dengan dinonaktifkannya Akses Terowongan Kendal di Bulan Maret 2019, yang hanya dikhususkan bagi Para Pejalan Kaki dan berorentasi pada Kawasan Transit (KBT) bagi Daerah Penyangga Jakarta,
Kawasan ini menjadi semakin ramai dengan Orang, yang lalu lalang, terutama bagi Mereka, yang berasal dari Daerah Pinggir Kota Jakarta, seperti : Bogor, Depok, Tangerang, maupun Bekasi (Bodetabek).
Ya !
Kawasan Beriorentasi Transit (KBT) ini, memang menjadi Tempat Transit bagi Sejumlah Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line maupun Kereta Express Bandara (KRL Railink Basoetta) di Kedua Stasiun untuk Para Pekerja, maupun Perantau dari Daerah Pinggir Kota Jakarta, yang ingin mengadu nasib di Ibu Kota Negara ini.
Stasiun Sudirman, yang dahulu bernama Stasiun Dukuh (DKH), dan Stasiun Sudirman Baru, yang juga bernama Stasiun BNI City adalah : Nama Kedua Tempat itu, dan Terowongan Kendal menjadi Penghubung bagi Kedua Stasiun tersebut.
Di mana sebelum difungsikan sebagai Terowongan bagi Para Pejalan Kaki, Terowongan ini adalah : Terowongan biasa untuk Kendaraan Bermotor, yang menghubungkan Wilayah Sudirman, dan Thamrin sebagai titik putar, dan Jalan Kendal sebagai penghubungnya.
Jadi ketika Kendaraan ingin berputar arah menuju Jalan Sudirman / Tanjung Karang - Thamrin, maupun sebaliknya bisa memanfaatkan Terowongan Ini.
Tak jauh dari Kedua Stasiun tersebut, terdapat : Stasiun MRT Dukuh Atas, dan Sebuah Tempat Pemberhentian Bus (Halte) Busway - Trans Jakarta : Dukuh Atas maupun Tosari, yang Lokasinya tidak begitu jauh dari Jalan Tanjung Karang maupun Stasiun Dukuh Atas (Sudirman) dan Sudirman Baru (BNI City).
Jadi jika disimpulkan :
Lokasi Stasiun
Dukuh Atas (Stasiun Sudirman) maupun Stasiun Sudirman Baru (Stasiun BNI City), merupakan Kawasan Beriorientasi Transit (KBT), yang saling mengintegrasikan baik itu bagi Moda Transportasi Kereta, MRT, maupun Bus Way - Trans Jakarta untuk Rute
Blok M - Kota, yang Lokasinya
memang tidak terlalu jauh dan saling berdekatan.
Akses Commuter Line bagi Daerah Penyangga Jabodetabek, dan Kereta Rel Listrik Airport Railink Service Bandara Soekarno Hatta (KRL ARS Basoetta) menuju Kota Jakarta, Tempat Pemberhentiannya juga berada di Stasiun Sudirman, dan Stasiun Sudirman Baru (BNI City).
Beberapa Daerah Kota Jakarta, yang jauh dari Pusat Kota (Downtown) Jakarta, seperti Tanjung Priok, juga dapat menggunakan Akses Kereta, dan berhenti di Kedua Stasiun Tersebut.
Maka lengkaplah sudah
Lokasi di Sekitar Kedua Stasiun
Ini : Stasiun Dukuh Atas - Sudirman,
dan Stasiun Sudirman Baru - BNI City,
menjadi Pusat Integrasi bagi Moda Transportasi Terpadu di Jakarta !
Itulah mengapa Banyak Orang dari Daerah Penyangga Sekitar Jakarta (Jabodetabek), yang lalu lalang baik untuk bekerja dan mencari peruntunggannya di Kota Jakarta menggunakan Moda Transportasi, yang berhenti di Lokasi Ini.
Dan tak kecuali pula dengan “Ale, Bonge, Kurma, Jeje “Slebew”, Roy, maupun Alpin” sebagai Pencetus Trend “Citayam Fashion Week” !
Mereka, yang notabenenya berasal dari Daerah Penyangga Jakarta seperti : Jabodetabek (terutama Bogor, dan Depok), memang merindukan Sebuah Tempat dikala Mereka nongkrong sekaligus berkreasi.
Maklum di Tempat Mereka tinggal tak ada Tempat Publik, yang representative, yang mewakili Mereka sebagai Anak Generasi Y (Millenial) maupun Z. Kalaupun Ada Tempat Publik di Sekitaran Daerah Citayam (Depok), maupun Bojonggede (Bogor), pasti jauh dari Kesan Kekinian, dan Instagramable.
Terlebih Mereka, yang kebanyakan mempunyai Latar Belakang (Background) dari Keluarga Broken Home, maupun Kurang Mampu ini, memang membutuhkan Pendapatan Sehari” maupun Cuan. Untuk itulah Sebagai Tulang Punggung (Backbone) Keluarga, Kebanyakan Mereka berinisiatif untuk mencari peruntungannya di Jakarta.
Dan Akses, yang dirasa tepat, dan murah menuju Ibukota adalah menggunakan Moda Transportasi Commuter Line. Tepat turun di Pusat Kota (Downtown) Jakarta, yaitu : Stasiun Sudirman - Dukuh Atas, maupun Sudirman Baru (BNI City).
Di Sela mencari Peruntungannya di Kota Jakarta sembari mengamen, hingga berjualan asongan, Mereka menyempatkan Nongkrong, hingga akhirnya berkreasi menciptakan Content di Sosial Media, baik : Tiktok, Instagram, hingga Youtube.
Kejadian ini berlangsung di Awal Tahun 2022, ketika Pandemi Corona, yang melanda Indonesia di Bulan Maret 2020, Kurvanya cenderung menurun, dan Puncaknya di Musim Libur Sekolah Juli 2022, Event Citayam Fashion Week semakin dilihat, dan menjadi Perhatian Msyarakat (Publik).
Kata “Citayam” Sendiri berasal dari Kebanyakan Remaja Sekitar Jakarta, terutama Daerah Citayam - Depok, yang nongkrong di Tempat Ini. Di Sela itu, Mereka mencoba berkreasi lewat Gaya Pakaian Keseharian - Outfit Of The Day (OOTD) lewat Sosial Media di Sekitaran Stasiun Dukuh Atas, Sudirman Baru - BNI City, hingga menjalar ke Jalan Talang Betutu - Tanjung Karang depan Hotel All Seasons x Janji Jiwa Thamrin.
Dan Sebuah Penyebrangan Jalan “Zebra Cross” di Jalan Tanjung Karang, yang jarang dilewati atau sepi Kendaraan Bermotor menjadi Ajang Catwalk Mereka selayaknya Model Profesional.
Konsepnya bisa dibilang mirip Harajuku dengan mengambil Tema Fashion Street. Tapi, sekali lagi
menurut Kami masih terlalu jauh dengan Fashion Street Harajuku - Jepang, yang
lebih terpusat sebagai Tempat Fashion dengan Deretan Toko maupun Butik Pakaian Ternama.
Citayam Fashion Week menjadi semakin terkenal berkat Pernyataan (Statement) Menparekraf - Sandiaga Uno tentang Wacana Event ini menjadi Potensi Wisata Perkotaan “Urban Tourism” bagi Jakarta ke depannya !
Namun ketika Para
Youtuber, Influencer, Selebrita hingga Politikus memanfaatkan keviralan
Fenomena Citayam Fashion Week
sebagai Ajang Panjat Sosial (Pansos) demi mendapatkan Keuntungan (Cuan), dan Kepentingan Lainnya,
Maksud dari Tujuannya semakin menjadi tidak
dapat.
Ditambah Beberapa Daerah, seperti : Madiun, Surabaya, Medan, Malang dan Banyak Daerah Lainnya di Indonesia, menjadi ikutan latah, dan terkadang menyalahi Aturan.
Sehingga Citayam Fashion Week, yang tadinya #SekedarFenomena menjadi #Unfaedah !
Citayam Fashion Week
#Sekedar Fenomena atau #Unfaedah ?
1. Citayam Fashion Week
Dan Kepentingan Berbagai Pihak
Semenjak Pemberitaan Citayam Fashion Week, yang banyak mendapat perhatian dari Masyarakat (Publik), dan diliput oleh Banyak Media di Beberapa Waktu Lalu,
Serta ditambah Pernyataan Menparekraf - Sandiaga Uno tentang Potensi Citayam Fashion Week menjadi Wisata Perkotaan “Urban Tourism” , yang mengikuti Model Fashion Street di Harajuku - Jepang,
Banyak Pihak, yang memanfaatkan Kepentingan ini sebagai Wadah Kepedulian, dan Kreativitas Mereka. Namun tak jarang pula, yang memanfaatkan Moment ini sebagai Aksi Panjat Sosial.
Jika dilihat Ada 3 Kelompok, yang mengikuti Fenomena Ini, yaitu :
1) Kaum Sosialis
Bagi Mereka yang memang benar” sadar (aware), dan ingin tahu sekaligus berkreasi dengan cara baik tentang Fenomena ini.
2) Kaum Opurtunis
Bagi Mereka yang mengikuti Gelombang (Wave) dari Fenomena ini, semata - mata untuk Keuntungan Mereka.
3) Kaum Kapitalis
Bagi Mereka yang ingin mencoba memonitize Fenomena ini untuk Keuntungan Mereka.
“Isser James,
Blogger & Streetwear Enthusiast - Bicara Citayam Fashion Week Yang Mulai
Dikapitalisasi - Asumsi/ Youtube”
Maka tak heran mulai dari Para Influencer, Youtuber, Politikus, hingga Orang” yang memang benar respect akan Pergerakan Anak Muda Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok “SCBD” ini, mencoba untuk melihat Fenomena ini dari Kacamata Mereka Sendiri.
Dan sepertinya :
“Panjat Sosial (Pansos) juga bisa dilakukan oleh
Orang”
, yang mempunyai Jutaan Pengikut (Follower) di Sosial Media, dan dicap sebagai Public
Figure !” - Penulis
Dan nggak dapat dipungkiri mengambil “Truth Moment” dari Hal, yang Viral memang diperlukan bagi Sebuah Content untuk Sosial Media Mereka. Namun jauh dari Hal itu memanfaatkan Moment tentang Fenomena ini, walau terkadang menyalahi Aturan, yang dilakukan oleh Para Politikus memang diperlukan, terlebih Suasana mendekati Pemilihan Presiden 2024 semakin dekat waktunya.
Seperti, yang dilakukan oleh Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil !
Jujur, kalau Saya (Penulis) boleh berpendapat :
Kedua Kepala Daerah ini, kemungkinan juga tak ketinggalan memanfaatkan Fenomena ini demi meningkatkan Popularitas Mereka menjelang Pemilihan Presiden 2024.
Ya !
Mungkin Mereka punya Jutaaan Pengikut (Follower) dan cukup aktif juga berbagi Postingan Kegiatan di Sosial Media, namun tak dapat dipungkiri mendompleng terhadap Sesuatu, yang viral memang terkadang diperlukan demi meningkatkan Simpati Masyarakat (Publik).
Terlebih Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil, termasuk Calon, yang dijagokan oleh Beberapa Lembaga Survey di Pemilihan Presiden 2024. Di mana Popularitasnya menempati Posisi Ketiga, dan Keempat.
Teramat disayangkan,
Walau seharusnya, Politikus sekaligus Pejabat Publik sekelas Mereka tahu tentang Aturan, mana, yang boleh atau tidak, Termasuk Aturan menyebrang di Zebra Cross.
Zebra Cross, yang memang seharusnya menjadi Perlintasan Jalan bagi Para Pejalan Kaki dan Kendaraan, yang lewat untuk menunggu sebentar, Namun dengan adanya Catwalk Fashion Dadakan di Zebra Cross ini, Hak Mereka, Para Pejalan Kaki, dan Pengguna Kendaraan, yang melintasi Jalan Ini menjadi terhalang !
Walau sekali lagi, Jalan di Sekitar Zebra Cross memang dikenal sepi, tetap saja tidak boleh, dan menyalahi Aturan !
Sungguh menyedihkan, dan miris !
Pejabat, yang seharusnya memberi contoh benar terhadap Masyarakat
tentang Sebuah Aturan, namun melanggarnya hanya karena Sebuah Keviralan, dan Trend Semata !
Dan ini pula, yang juga diikuti oleh Beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) di Beberapa Daerah dengan menyebrang Ala Citayam Fashion Week di Zebra Cross, yang seharusnya tidak semestinya.
Bahkan dari Fenomena ini, juga memakan Korban, yang berujung Pencopotan Jabatan seperti: yang terjadi pada Camat Payakumbuh Timur, Dewi Novita.
Ya !
Sebuah Pergerakan (Movement), yang dilakukan oleh :
Alle, Bonge, Kurma, Jeje Slebew, Roy, maupun Alpin selaku Remaja Sudirman, Citayam, Bojonggede, maupun Depok “SCBD” sekali lagi harus ternodai dengan Para Pencari Keuntungan (Kaum Opurtunis) di tengah Keviralan, yang Mereka gaungkan tentang Fenomena “Citayam Fashion Week” ini.
Bagaimana tidak, Para
Selebriti Indonesia, yang notabenenya
memang menjadi Pesohor di Tanah Air, seperti : Paula Verhoeven, Rina Nose, Jessica Iskandar,
Gisella Anastasia, dan Beberapa Jebolan Asia’s Next Top Model juga mencoba peruntungannya untuk ikut Ajang
Fashion Dadakan Ala Citayam Fashion Week Ini. Mereka seakan tak mau kalah
beradu Pakaian dengan Remaja Pinggiran, yang mungkin termarginalkan.
Saking ramainya ketika itu,
Adakalanya Mereka Para Remaja SCBD ini ingin meninggalkan Tempat, yang menjadi pijakan Mereka buat berkarya menuju ke Tempat, yang baru, seperti : di Pantai Indah Kapuk (PIK) walaupun Wacana ini tidak terlaksana, karena jauh, dan mahalnya Akses menuju ke sana !
Bahkan Ada juga, yang seakan mentertawakan Fenomena ini dengan mewancarai langsung Beberapa Narasumber, yang dilakukan oleh Para Youtuber maupun Content Creator. Potret mentertawakan Sebuah Kemiskinan, juga tampak jelas di Citayam Fashion Week !
Memang Ada, yang mengajarkan tentang Tata Cara Berpakaian, hingga Berjalan selayaknya Model, namun sekali lagi tak Banyak. Dan kalaupun Ada, Berbagai Pihak itu hanya mengajarkan, dan bukan mendengarkan keluh kesah Mereka, Para Anak Remaja SCBD ini, yang jauh dari kemapanan !
Mirisnya lagi Ada,
yang mendaftarkan Nama Citayam Fashion Week
ke Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementrian Hukum dan HAM, walaupun mungkin Mereka, Para Pihak itu
menyadari Nama Citayam Fashion Week
bukan Ide Mereka Sendiri !
Nama Baim Wong lewat Perusahaan, yang dimilikinya : Tiger Wong Entertainment, dan Indigo Aditya Nugroho lewat Perusahaan, yang dimilikinya : Kutipan - X Media, pernah mencoba mendaftarkan Citayam Fashion Week (CFW) ke HAKI Kementrian Hukum dan HAM, meski pada akhirnya dicabut kembali.
Ini, yang membuat Publik, yang juga terwakili oleh Beberapa Tokoh menyampaikan ketidaksetujuannya di Sosial Media terhadap Ide Pendaftaran CFW oleh Kedua Pengusaha tersebut. Pasalnya, bagaimana mungkin Ide Citayam Fashion Week, yang diprakasai oleh Para Remaja SCBD bisa diambil alih, dan seakan dikapitalisasi menjadi milik Kedua Pengusaha tersebut.
Meski Kita juga sama mengetahui, lewat Kanal Youtubenya “Baim - Paula “Bapau”,
Pengusaha sekaligus Aktor, Baim Wong memang sering melakukan Aksi Sosial, dan Kepedulian terhadap Masyarakat. Namun dengan mendaftarkan CFW, yang bukan Idenya menjadi sesuatu, yang Aneh bukan ? Dan seakan Kapitalisme telah mencoba masuk lewat Fenomena Citayam Fashion Week !
“Dari Segi Intelektualitas bisa dinilai 10, namun dari Moralitasnya 0 Besar !” - Penulis
Sehingga Pergerakan (Movement) dari Para Remaja SCBD ini menjadi tidak murni lagi dan seakan dikapitalisasi oleh Berbagai Kepentingan Pihak di dalamnya !
2. Citayam Fashion Week
Dan Permasalahan Lainnya
Jika dilihat dari Namanya “Citayam Fashion Week” seharusnya Acara (Event) ini, hanya diadakan Sepekan atau Tiap Akhir Pekan (Weekend) baik Sabtu maupun Minggu.
Namun tidak demikian adanya !
“Citayam Fashion Week” hanya Sebuah Nama. Event, yang seharusnya diadakan di Tiap Pekan berubah menjadi Tiap Hari dengan Pengunjung, yang membludak. Inilah, yang membuat Citayam Fashion Week menjadi Fenomena karena Sebuah Keviralan, yang dipublikasikan terus menurus oleh Media, hingga Netizen di Sosial Media. Namun bukan berarti #Fenomena ini tidak menimbulkan Pro dan Kontra di Tengah Masyarakat !
Pengaplikasiannya
dilakukan Tiap Hari, bahkan biasanya
dimulai dari Jam 16.00/ 4 Sore, hingga Keesokan Paginya.
Di saat Sore Hari (Jam Pulang Kantor) Daerah Sekitar Tanjung Karang menjadi macet parah hingga menjalar
ke Sekitar Jalan Thamrin maupun Sudirman disebabkan Pengunjung, yang membludak, dan
terkadang menganggu Pengguna Kendaraan
Bermotor dari Adanya Aktivitas Bolak
Balik melintasi Zebra Cross,
yang dilakukan oleh Para Peserta Citayam
Fashion Week bak Model Dadakan !
Inilah, yang membuat Kekesalan dari Sebagian Netizen, Pengguna Jalan, hingga Warga Sekitar, yang merasa terganggu dari Aktivitas “Citayam Fashion Week” di Setiap Harinya. Dan tak jarang pula berakhir dengan bentrok. Seperti : Bentrokan dengan Warga Sekitar di Beberapa Waktu Lalu.
Bukan hanya itu Daerah Sekitar Event tersebut, yang menjadi Salah Satu Pusat Kota (Downtown) Jakarta terlihat lebih kotor. Mau Diakui Apa Enggak, Kesadaran (Awareness) Pengunjung di Sekitar Lokasi untuk membuang Sampah pada Tempatnya dinilai masih kurang.
Hal inipula, yang dilakukan oleh Cinta Laura Kiehl.
Tak seperti Para Selebriti Indonesia lainnya, yang mencoba Panggung Dadakan selayaknya Catwalk di Zebra Cross Tanjung Karang Ala Citayam Fashion Week,
Cinta lebih peduli terhadap Masalah Sampah, yang berserakan memenuhi Jalan maupun Taman di Sekitaran Stasiun Dukuh Atas, Talang Betutu, hingga Jalan Tanjung Karang, yang menjadi Tempat diadakannya Citayam Fashion Week.
Bersama Komunitasnya, “Let’s Go Blue”, bahkan Cinta ikut terjun langsung memunguti Sampah, yang dibuang sembarangan oleh Pengunjung, dan berserakan di Setiap Sudut Jalan Tempat Penyelenggaraan Acara tersebut.
Ya !
“Perubahan Iklim (Climate Change), dan Isu Pemanasan Global (Global Warming), memang sudah seharusnya menjadi Perhatian (Concern) Kita bersama ”
Kata Wanita, yang ditunjuk menjadi Komisaris PT. Maharaksa Biru Energi ini.
Salute buat Cinta !!!
Permasalahan Lainnya dari Banyaknya Remaja ABG SCBD, yang mengikuti Fenomena ini, Mereka pada umumnya masih Pelajar, bahkan ada yang masih Sekolah Dasar (SD), dan tak jarang pula, yang putus sekolah.
Kegiatan Citayam Fashion Week, yang berlangsung hingga malam hari, bahkan menjelang pagi, memaksa Para Remaja SCBD tidur ngemper seadanya di Sekitaran Trotoar Stasiun BNI City hingga Taman Dukuh Atas, sambil menunggu Kereta Lewat membawa Mereka pulang ke Tempat Tujuannya.
Inilah, yang membuat Angka Kriminalitas di Jakarta mungkin akan menjadi meningkat selama Penyelenggaraan Acara Ala” ini masih berlangsung.
Lagipula Jakarta
jadi terlihat lebih kumuh dengan
adanya Sampah Berserakan, hingga Para ABG yang tidur seadanya di Trotoar Jalan mirip Kaum Tunawisma
(Homeless) di New York - Amerika Serikat.
Jadi, jika mau dibandingkan dengan Fenomena Blok M dengan Lintas Melawai nya di Tahun 80 hingga Awal 90 an, jelas beda ! Karena Mereka rata - rata tujuannya ke Blok M waktu itu sekedar untuk nongkrong. Lagipula Para Pengunjung nya, pada umumnya berasal dari Latar Belakang (Background) Anak Keluarga Mampu di Sekitaran Jaksel. Belum Ada, yang mempergunakan untuk content apalagi pansos, he ... he ... he ... !
3. Sebagai Ajang Promosi LGBT
Nggak bisa dipungkiri bahwa Dunia Permodelan juga dekat dengan Penyimpangan Seksual (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) atau istilah kerennya LGBT. Menggunakan Agensi Model, yang terpercaya saja, terkadang masih terjerumus terhadap Hal Ini, apalagi jika ini dilakukan tanpa pengawasan.
Terlebih Mereka Para Anak Muda SCBD ini, juga berasal dari Latar Belakang (Background) Pendidikan Keluarga, yang kurang. Kita tentunya nggak mau kan Gaes, bila Generasi Muda Indonesia terjerumus terhadap Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan dari Orangtua ?
Lalu mengapa Citayam Fashion Week menjadi identik dengan Hal ini ?
Kalau Kamu perhatikan Fenomena Citayam Fashion Week, memang tak lepas dari namanya Pakaian. Pakaian Keseharian (OOTD), yang biasanya dipake oleh Para Remaja SCBD saat Mereka nongkrong di Sekitar Stasiun Dukuh Atas, hingga Jalan Tanjung Karang.
Bukan hanya nongkrong, akan tetapi Mereka juga mengisi Hal tersebut dengan membuat Content baik di Tiktok, Instagram, hingga Youtube, yang kemudian Beberapa Postingannya menjadi Viral.
Tidak Ada, yang salah selama Content ini +. Akan tetapi, ketika Gaya Berbusana Para Anak Muda ini, menjadi aneh, semisal Gaya Berbusana Cowok menjadi Kecewe - cewean, ini yang menjadi salah kaprah !
Di Beberapa Kesempatan, Kegiatan ini tidak lagi murni untuk membuat Hal, yang positif, dan diinisiasi oleh Para ABGHE SCBD Sendiri, akan tetapi sudah dimasuki oleh Isu Kaum LGBT, yang telah merebak di Dunia, kini berusaha masuk lewat Fenomena Citayam Fashion Week, dan seakan mendapat Promosi Gratis dari Adanya Fenomena ini !
Lihat saja :
Ada Pasangan Lesbian, yang sengaja diliput saat melengok di Zebra Cross Tanjung Karang, Beberapa Anak ABGHE Cowok SCBD sengaja berpakaian Semi Maskulin, dan Feminim (Androgini), bahkan Ada, yang Kewanitaan. Ini lah, yang membuat Fenomena ini juga identik dengan tumbuh suburnya LGBT disebabkan kurang Pengawasan dari Orangtua. Terlebih rata - rata Para ABGHE SCBD juga berasal dari Keluarga Tak Utuh (Broken Home).
Menghargai Sebuah Keanekaragaman bukan berarti Kita menerima Segala Bentuk Pelanggaran Norma, dan Kaidah Agama termasuk Penyimpangan Seksual. Terlebih jika Hal tersebut telah melanggar Norma Agama. Sebab Agama Apapun, yang ada di Indonesia jelas melarangnya. Sebagai Warga Negara, yang sangat memegang teguh Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, rasanya memang tak elok jika Praktek LGBT dilakukan secara terang - terangan.
4. Fenomena Latah
Ala Citayam Fashion Week
Keviralan Citayam Fashion Week, ternyata juga berEffect Domino pada Daerah Lainnya, yang mengikuti Fenomena Ala” ini.
Maksudnya sih baik untuk memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan memakai Produk Buatan Lokal Made In Indonesia, diharapkan dapat menumbuhkan UMKM, dan juga Industri Kreatif.
Atau minimal Abang" Starbuck Keliling (Starling), yang ikut berjualan di Sekitar Lokasi, Pendapatannya jadi meningkat tajam !
Terlebih Mas Menparekraf, Sandiaga Uno, berujar :
“Ini bisa jadi celah terciptanya Konsep Wisata Perkotaan (Urban Tourism) serta tumbuhnya UMKM, dan Ekonomi Kreatif !”
Namun bukan berarti Beberapa Daerah di Indonesia jadi ikutan latah mengadakan Acara Serupa Ala Citayam Fashion Week, kan Gaes ?
Contohnya saja :
* Ada Kayu Tangan Street Style di Malang, Tunjungan Fashion Week di Surabaya, Madiun Fashion Week di Jalan Pahlawan Kota Madiun, dan masih Banyak Daerah lagi di Indonesia, yang mengadakan Event Serupa Ala Citayam Fashion Week.
Ya !
Bukannya apa” ... Beberapa
Daerah itu juga melakukan Hal, yang
sama dengan Apa yang ada di Stasiun Dukuh Atas hingga Jalan Tanjung Karang Jakarta, Tempat di Selenggarakannya Acara (Event) ini. Dan lebih tepatnya di Zebra Cross, yang menjadi Tempat Perlintasan bagi Pejalan Kaki, dan Pengguna Kendaraan Bermotor Lainnya.
Jika Zebra Cross di Jalan Tanjung Karang, Jakarta, tidak terlalu ramai oleh Kendaraan Bermotor, bagaimana dengan Lokasi Lainnya, seperti : Zebra Cross di Jalan Kayu Tangan - Malang, Tunjungan - Surabaya, Pahlawan - Madiun, dan Beberapa Daerah Lainnya, yang dekat dengan Pusat Kota (Downtown), dan Titik Keramaian Kendaraan ?
Inilah, yang menjadi Perdebatan (Polemik) di Tengah Masyarakat, maupun Netizen di Sosial Media, di mana Fenomena Ala” ini, nyatanya juga melanggar Aturan. Tanpa Panggung (Venue) Khusus, dan sengaja memakai Zebra Cross sebagai Tempat Catwalknya agar mungkin terlihat Instagramable.
Bahkan Pejabat
Daerah sekelas Ridwan Kamil
maupun Anies Baswedan pun melakukan
Hal, yang serupa Ala Citayam Fashion
Week, di mana seharusnya Mereka
lebih mengerti Hukum, dan memberi Contoh, yang baik terhadap Masyarakat ...
Maaf” kata ya !!!
Fenomena Latah Ala Citayam Fashion Week, juga berdampak pada rusaknya moralitas Generasi Bangsa terutama dengan mewabahnya Fenomena ini, takutnya juga disusupi oleh Praktek Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Coba saja tengok !
Berapa Banyak Remaja Cowok, yang ikut dalam Euphoria ini berdandan selayaknya Wanita ? Ini baru di Jakarta, bagaimana jika Fenomena ini merebak hingga Banyak ke Daerah Indonesia ? Tanpa Pengawasan Orangtua, dan Pendidikan, yang baik rasanya mustahil akan berjalan lancar, dan baik.
Lagipula masih ada Cara
Lain kan, yang lebih baik dalam Memajukan UMKM, dan Konsep Wisata Perkotaan (Urban Tourism) tanpa mengganggu Hak Orang Lain, dan tanpa mengambil Resiko Negatif, yang lebih besar dari adanya Fenomena Ini !
5. Sebab Pandemi Belum Usai
Pandemi Corona (Covid - 19) memang belum usai !
Meski Banyak Warga Negara Indonesia, yang sudah Vaksin maupun Booster, namun nyatanya Penularan Kasus + Corona dengan adanya Sub Varian Baru dari Omicron, yaitu : BA. 5, yang lebih cepat menular menjadi Alasan mengapa Kegiatan Kumpul” Ala Citayam Fashion Week sebaiknya ditunda maupun diminimalisir.
Terlebih Jakarta, Tempat diselenggarakannya Fenomena ini, menjadi Daerah dengan Penularan Postif Corona Terbesar di Indonesia. Dalam Catatan Tgl 25 Agustus 2022, Penularan + Corona di Indonesia mencapai 5.428 Orang, dan Angka Kematian 18 Orang, di mana Sebaran Kasus Jakarta mencapai 2.307 Kasus.
Dan nggak menutup kemungkinan Aksi Kumpul” Ala Citayam Fashion Week di Beberapa Waktu Lalu, juga dapat menimbulkan Ledakan Kasus Corona (Covid - 19). Itu baru di Jakarta, bagaimana bila Hal ini dilakukan di Banyak Daerah Indonesia ?
Untuk itulah Kesadaran
(Awaraness) Anak Muda SCBD maupun Masyarakat
Luas untuk mematuhi Prokes minimal
dengan memakai Masker harus tetap dijaga !
Fenomena Citayam Fashion Week, yang kini mulai meredup pada dasarnya mempunyai Nilai +, terlebih Pergerakan (Movement) ini, memang murni diinisiasi oleh Para Anak Muda ABGHE SCBD agar Mereka dapat berkarya melalui content di Sosial Media.
Namun jika Hal ini mulai disusupi oleh Berbagai Kepentingan, Niatan Jahat, Aksi Panjat Sosial, melanggar Aturan, hingga pada akhirnya Kebablasan, maka nggak menutup kemungkinan Sesuatu, yang tadinya #SekedarFenomena menjadi #Unfaedah !
Semoga ini menjadi Pembelajaran bagi Kita Semua ke depannya agar lebih bijak memahami ! - Penulis
Kembali : ARTIKEL