1. Rumah Adat
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku
Betawi Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang
menyerupai pelana yang
dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat
seperti lipatan kebaya . Selain Rumah Kebaya, suku
Betawi juga memiliki rumah adat lainnya. Seperti : Rumah Gudang dan Rumah
Joglo. Meskipun suku
Betawi memiliki 3 rumah adat akan tetapi yang tercatat secara resmi
menjadi rumah adat suku Betawi adalah rumah kebaya. Ciri khas dari rumah ini
adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan
menjadi tempat bersantai keluarga. Pada zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan
rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah. Dan,
dinding rumahnya terbuat
dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini
dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas. Rumah ini dapat
dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya , yakni bagian depan bersifat semi publik,
sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut. Dan
yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat pribadi. Bagian
ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah.
2. Seni Tradisional
Ondel-ondel
Sekilas ondel-ondel mirip
dengan ogoh-ogoh dari Bali. Ondel-ondel dipengaruhi oleh budaya
Hindu. Seperti kita ketahui bersama dahulu tanah Betawi pernah
dikuasai oleh kerajaan Hindu Tarumanegara. Pada saat itu pertanian
mulai dikenal di tanah Betawi. Ondel-ondel diarak saat panen raya untuk
menghormati Dewi Sri. Sedangkan lambat laun
filosofi ondel-ondel mulai bergeser. Boneka besar setinggi sekitar 2
meter tersebut dipercaya sebagai simbol nenek moyang yang menjaga anak-cucunya
yang masih hidup. Makanya ondel-ondel biasanya sengaja ‘ditanggap’ untuk
memeriahkan hajatan besar Betawi. Maksudnya untuk mengusir segala roh jahat
yang akan mengganggu jalannya acara.
Gambang Kromong
Sejarah musik ini
awalnya dipengaruhi beberapa unsur musik Cina, yaitu dengan digunakannya alat
musik gesek berupa kongahyan, tehyan, dan skong. Sementara alat musik
asli pribumi dalam gambang kromong berupa gambang, kromong, kemor, kecrek,
gendang kempul dan gong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak
lepas dari seorang pimpinan golongan Cina yang bernama Nie Hu-kong. Biasanya
permainan musik ini dikolaborasikan dengan tarian cokek.
Tanjidor
Musik tanjidor diduga
berasal dari bangsa Portugis yang datang di Batavia pada abad ke 14 hingga 16. Tanjidor sendiri
berasal dari bahasa Portugis ‘tanger’ yang artinya bermain musik. Hanya saja
lidah Betawi melafalkannya tanjidor. Pada zaman penjajahan
Belanda, tanjidor biasa dimainkan oleh para budak untuk menghibur tuan
kompeni dan para tamu. Sampai sekarang tanjidor masih dimainkan untuk
memeriahkan pesta hajatan orang Betawi.
Keroncong Tugu
Sejak abad ke-18 keroncong Tugu popular di kalangan warga Tugu. Warga Tugu adalah masyarakat Jakarta keturunan Mardijkers atau bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan dari tawanan Belanda. Setelah memeluk agama Kristen, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Sisa peninggalan gereja tua yang dibangun pada tahun 1600-an menjadi saksi cikal bakal keturunan Portugis di Tugu. Keroncong Tugu biasa dimainkan oleh warga terutama muda-mudi saat ‘kongkow’ untuk menikmati malam bulan purnama di tepian Sungai Ciliwung. Keroncong Tugu juga dibawakan untuk mengiringi kebaktian di gereja. Alat-alat musik yang digunakan adalah keroncong, biola, ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
Sejak abad ke-18 keroncong Tugu popular di kalangan warga Tugu. Warga Tugu adalah masyarakat Jakarta keturunan Mardijkers atau bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan dari tawanan Belanda. Setelah memeluk agama Kristen, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Sisa peninggalan gereja tua yang dibangun pada tahun 1600-an menjadi saksi cikal bakal keturunan Portugis di Tugu. Keroncong Tugu biasa dimainkan oleh warga terutama muda-mudi saat ‘kongkow’ untuk menikmati malam bulan purnama di tepian Sungai Ciliwung. Keroncong Tugu juga dibawakan untuk mengiringi kebaktian di gereja. Alat-alat musik yang digunakan adalah keroncong, biola, ukulele, banjo, gitar, rebana, kempul dan selo.
Orkes Gambus
Irama musik gambus tidak
bisa dipisahkan dari unsur budaya Timur Tengah. Sudah lama orkes gambus
menjadi bagian dari kesenian Betawi yang tumbuh subur di kalangan Betawi
keturunan Arab. Biasanya musik gambus dimainkan untuk mengirimi para penari
zapin.
Rebana
Musik rebana adalah
musik khas Betawi yang bernafaskan Islam. Musik ini dipeengaruhi oleh
budaya Timur Tengah. Sama seperti tanjidor, musik ini biasanya untuk
memeriahkan pesta atau arak-arakan pengantin. Beberapa jenis musik rebana yang
kita kenal, misalnya rebana ketimpring, rebana ngarak, rebana dor juga rebana
biang.
Orkes Samrah
Orkes samrah merupakan
salah satu bentuk kesenian hasil akulturasi dengan bangsa Melayu. Lagu-lagu
yang biasa dibawakan dalam orkes samrah adalah lagu-lagu Betawi tempoe
doeloe seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, juga lagu Cik Minah.
Orkes samrah juga biasa dipakai mengiringi lagu-lagu khas Betawi semacam
Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung dan lain-lain.
Orkes samrah biasa
mengiringi tari samrah. Tari samrah biasa dilakukan oleh pasangan muda-mudi.
Gerakannya pun merupakan perpaduan antara silat Betawi dan gerakan tari khas
Betawi lainnya.
Tari Topeng
Tari topeng yang
memadukan seni musik, tari dan teater ini mendapatkan pengaruh dari kebudayaan
Sunda. Para penarinya menggunakan topeng mirip topeng Banjet (Karawang), hanya saja
pada tari topeng Betawi menggunakan bahasa Betawi.
Wayang Betawi
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang yaitu wayang kulit dan wayang golek. Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Betawi dengan budaya Jawa dan Sunda. Namun pengaruh Sunda terasa lebih kental, dengan penggunaan bahasa Betawi medok campur Sunda dalam pertunjukan wayang Betawi. Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang Betawi ini adalah gamelan yang mirip gamelan Sunda, dan tehyang (alat musik khas Betawi). Adakalanya Wayag Golek Betawi juga terpengaruh oleh tokoh/ figure baik itu di film maupun figure di dunia yang sesungguhnya.
Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis wayang yaitu wayang kulit dan wayang golek. Wayang merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya Betawi dengan budaya Jawa dan Sunda. Namun pengaruh Sunda terasa lebih kental, dengan penggunaan bahasa Betawi medok campur Sunda dalam pertunjukan wayang Betawi. Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang Betawi ini adalah gamelan yang mirip gamelan Sunda, dan tehyang (alat musik khas Betawi). Adakalanya Wayag Golek Betawi juga terpengaruh oleh tokoh/ figure baik itu di film maupun figure di dunia yang sesungguhnya.
Lenong Betawi
Teater rakyat khas
Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an ini mendapatkan pengaruh kebudayaan
Melayu. Ada dua jenis cerita dalam lenong yaitu Lenong Denes (bercerita tentang
kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang
kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan. Lenong Denes biasanya
menggunakan bahasa Melayu, sedangkan Lenong Preman menggunakan bahasa Betawi
medok.
3. Pakaian Adat
Pakaian adat Betawi
banyak dipengaruhi oleh berbagai negara lain. Hal itu dikarenakan Betawi adalah
pencampuran budaya dari berbagai negara. Ada beberapa macam pakaian Betawi yang
ada saat ini diantaranya adalah pakaian adat Betawi sehari-hari untuk laki laki
adalah baju Koko atau disebut Sadariah. Baju
Koko Betawi berwarna polos, memakai celana batik berwarna putih atau hitam,
memakai selendang yang dipakai dipundak dan peci hitam sebagai identitas
Kebetawian. Pakaian adat untuk perempuan yang dipakai sehari-hari yaitu baju kurung berlengan pendek, kain sarung
batik, kerudung.
Selain itu, ada juga
pakaian adat untuk pengantin laki-laki masyarakat Betawi yang dipengaruhi oleh
kebudayaan Arab, Melayu dan Cina yaitu Dandanan care haji. Pakaian ini adalah
jubah dan tutup kepala dan diadaptasi dari pakaian haji. Jubah terbuat dari
bahan beludru sedangkan tutup kepala terbuat dari sorban yang disebut juga
alpie. Untuk pakaian pengatin perempuan di Betawi disebut rias besar dandanan
care none pengantin cine. Pakaian ini juga sedikitnya mirip dengan pakaian
pengantin perempuan di Cina. Pakaian pengantin yang dipakai oleh kalangan
bangsawan di Cina.Bahan pakaian pengantin perempuan rias besar dandanan care
none pengantin cine adalah baju yang dikenakan blus, bawahannya adalah rok
berwarna gelap. Pelengkap pakaian ini adalah bagian kepala dirias dengan
tambahan kembang goyang dengan motif hong dengan sanggul palsu dan cadar
sebagai penutup setengah wajah. Selain itu perhiasan juga menjadi asesoris pakaian
pengantin perempuan seperti manik-manik dan gelang.
4. Senjata Tradisional
Sama halnya dengan Banten, senjata tradisonal
betawi adalah golok. Golok biasanya digunakan oleh jawara sebagai senjata untuk membela diri. Namun
hari ini beberapa senjata tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari,
misalnya sebagai alat pertanian. Masyarakat Betawi kerap
menggunakan golok sebagai senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok di
tengah masyarakat betawi sanagt dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat-Banten.
Namun, secara fisik model kedua golok ini berbeda.
Ada tiga jenis golok dalam tradisi betawi, yaitu :
-
Golok gobag
-
Golok ujung
turun
-
Golok betok
Tembaga menjadi bahan utama pembuatan golok gobag.
Bentuk dari golok ini cenderung pendek. Golok gobak memiliki bentuk ujung yang
rata serta melengkung di bagian punggung golok. Gagang pada golok ini
tidak memiliki ukiran. Bahan dari gagang itu sendiri adalah kayu rengas, orang
Betawi menyebutnya dengan sebutan gagang jantuk. Kemudian golok ujung turun.
Golok ini memiliki ujung yang lancip, dan biasanya golok ini menggunakan wafak
pada bilah serta ukuran hewan pada gagangnya, dan warangka golok biasanya lebih
sering menggunakan tanduk agar ketika bertarung beban golok menjadi lebih
ringan.
Golok yang terakhir adalah golok betok dan badik-badik.
Sama seperti golok gobak, golok ini menpunyai bentuk yang pendek
dan bisanya berfungsi sebagai senjata pusaka yang menyertai golok jawara serta
badik-badik yang merupakan pisau serut untuk pengasah golok jawara.
Sementara itu Golok dalam masyarakat Betawi dibedakan ke dalam dua kategori,
yakni golok kerja (gablongan bendo atau golok dapur) digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Kedua golok simpenan (sorenan) ini dibedakan lagi menjadi dua
yakni sorenan simpenan untuk memotong hewan dan sorenan pinggang. Ada juga yang
berbentuk trapesium. Gagangnya terbuat dari kayu yang keras seperti kayu jambu
atau gading dan ada juga dari tulang hewan. Badannya terbuat dari besi bekas
\"per\" kendaraan bermotor (truk). Sarungnya juga terbuat dari kayu
yang kuat dan ulat yang kemudian dirapatkan dengan tali.
5. Suku
Suku terbesar di Jakarta adalah Suku Jawa, namun Jakart mempunyai Suku Aslinya sendiri yaitu Suku Betawi. Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
Suku terbesar di Jakarta adalah Suku Jawa, namun Jakart mempunyai Suku Aslinya sendiri yaitu Suku Betawi. Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
Namun menurut sebagian Peneliti yang sepaham
dengan Lance Castles yang pernah meneliti tentang Penduduk Jakarta dimana
Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University dikatakan
bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah
lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon,
serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa,
dan Eropa.
Pada penelitiannya Lance Castles menitik beratkan
pada empat sketsa sejarah yaitu:
- Daghregister,
yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam
kota benteng Batavia.
- Catatan
Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
- Catatan
penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
- Sensus
penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.
Dimana semua sketsa sejarahanya dimulai pada tahun
1673 (Pada Akhir Abad ke 17), sketsa inilah yang oleh sebagian ahli lainnya
dirasakan kurang lengkap untuk menjelaskan asal mula Suku Betawi dikarenakan dalam
Babad Tanah Jawa yang ada pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi) sudah
ditemukan kata "Negeri Betawi". Suku Betawi secara geografis terletak
di pulau Jawa, namun secara sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam
6.
Bahasa
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta
adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa
percakapan sehari-hari adalah Bahasa
Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum,
mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa
Sunda. Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk
yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa.
Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat
berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa,
digunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, muncul juga bahasa
gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang
kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa
Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama
untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa
Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak
7. Lagu
Daerah
- Jali – Jali
- Keroncong Kemayoran
- Kicir – Kicir
- Lenggang Kangkung
- Ondel – Ondel
- Ronggeng Jakarta
- Sirih Kuning
- Surilang
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita