I. Penduduk
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan
kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan
talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita
menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan
ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula
dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan
majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah
sebanyak 52.476.473 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 34.872.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 18.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota
Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten
Bogor. Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 26.307.040
jiwa dan perempuan sebanyak 26.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti
terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut
kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten
Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten
Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106,
kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64
berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia
pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan
urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK
(sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah
15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga
pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan
dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan
restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun
2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa
Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk
muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan
penduduk tua jika median umur > 30 tahun. Rasio ketergantungan penduduk
Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang
usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif
(0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu
wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di
daerah perdesaan 55,92.
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah
mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern
ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping
perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar
dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari
industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat. PDRB
Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 miliar (US$ 27.26 Billion)
menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah
Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita
Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini
menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan
ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen
termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 =
Rp. 8.500,-).
- Industri Potensial :
Manufaktur
Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi
yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit,
pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi,
minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat.
Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%),
hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas
dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern
dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari
industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari
nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil,
sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja,
alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
Pertanian: Lahan dan perairan
Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi'
nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi
dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan
'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat
menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman
pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan
sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak
sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000
ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.
Kelautan dan perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa
pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai
sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi
perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan
untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan
Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat
yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak
hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga
diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang
selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian
dan industri perikanan air tawar.
Minyak-Mineral dan geothermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa,
utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di
beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit,
marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan,
termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang
dikelola PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan
menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
Pusat Perbelanjaan
Layaknya berbagai Propinsi di Indonesia. Jawa
Barat mempunyai sejumlah Mall besar, dan pada umumnya berada di Bandung yang merupakan
Pusat Perdagangan, Wisata, dan Ibukaota Jawa Barat. Pusat Perbelanjaan ini
biasa diserbu oleh warga Jakarta maupun Malaysia dan Singapura yang sengaja
ingin berlibur ke beberapa wilayah di Jawa Barat. Jarak antara Jakarta dan
beberapa kota di Jawa Barat seperti Bogor dan Bandung hanya memakan waktu
kurang lebih dua jam. Ditambah akses Tol Cipularang membuat perajalanan lebih
singkat dari Jakarta ke Bandung maupun beberapa kota di Jawa Barat.
Berikut Mall Besar yang ada di Jawa Barat :
Paris Van Java - Bandung
Bandung
- Trans Studio Mall Bandung
- Bandung Indah Plaza
- Paris Van Java Mall
- Istana Plaza Bandung
- Cihampelas Walk
- Parahyangan Plaza
- Bandung
Electronic Center
- Banceuy Otomotive
Plaza
- Braga City Walk
Grand Metropolitan Mall - Bekasi
Summarecon Mall - Bekasi
Bekasi
- Bekasi Cyber Park
- Bekasi Junction
- Bekasi Square
- Blu Plaza
- Grand Mal Bekasi
- Grand Metropolitan Mall
- Grand Galaxy City
Mall
- Mal Metropolitan
- Summarecon Mal Bekasi
City Walk Lippo Cikarang
Cikarang
- Mal Lippo Cikarang
- Citywalk Lippo
Cikarang
Pangrango Plaza - Bogor
Bogor
- Ekalokasari Plaza
- Botani
Square
- Bellanova Country Mall
- Pangrango Plaza
Margo City - Depok
Depok
- Depok Town Square
- Mal
Cinere
- Margo
City
Mall Ciputra - Cibubur
Cibubur
- Cibubur Junction
- Mall CitraGran
- Mal Ciputra Cibubur
Grage City Mall - Cirebon
Cirebon
- Cirebon Mall
- Grage
Mall
- CSB Mall
- Grage City Mall
III. Pendidikan
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan
Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa
Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh
masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan
sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
Perguruan Tinggi Negeri
-
Universitas Indonesia (UI) Depok
-
Universitas Padjajaran (UNPAD) – Bandung dan Sumedang
-
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Purwakarta, Sumedang,
Tasikmalaya
-
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon
-
Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN), Sumedang
-
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor
-
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung
-
Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung (Poltekkes),Bandung
-
Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN),
-
Politeknik Negeri Bandung (POLBAN),
-
Politeknik
Negeri Sukabumi (Polsu), Sukabumi
-
Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial (STKS Bandung), Bandung
-
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB)
-
Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Bandung (STSI Bandung), d/h ASTI
|
Perguruan Tinggi Swasta
-
Institut Teknologi Nasional (Itenas),
di Bandung
-
Institut Agama Islam Cipasung (IAIC),
di Tasikmalaya
-
Institut Teknologi Telkom (IT
Telkom), di Bandung
-
Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB),
di Bandung
-
Universitas Telkom, di Bandung
-
Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),di Bandung
- Universitas Kristen Maranatha,
di Bandung
-
Universitas Islam Bandung (Unisba),
di Bandung
-
Universitas Pasundan (Unpas), di Bandung
-
Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA),
di Bogor
-
Universitas Pakuan (Unpak), di Bogor
-
Universitas Komputer Indonesia (Unikom),
di Bandung
-
Universitas Winaya Mukti (Unwim), di
Jatinangor Sumedang
-
Institut Koperasi
Indonesia (Ikopin), di Jatinangor Sumedang
- Universitas Gunadarma (UG), di Depok
-
Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI),
di Sukabumi
-
Universitas Sukabumi (Unsu),
di Sukabumi
-
Universitas Purwakarta (Unpur),
di Purwakarta
-
Universitas Sutan
Mahesa (Unsuma), di Sukabumi Utara
-
STIE DR.KHEZ Muttaqien (STIE
Muttaqien), di Purwakarta
-
Universitas
Islam "45" (Unisma), di Bekasi
-
Politeknik Pos Indonesia (Polposindo),
di Bandung
-
Universitas
Muhammadiyah Bandung (Unimba), di Bandung
-
Universitas
Suryakancana (Unsur), di Cianjur
-
Institut
Studi Islam Fahmina (ISIF), di Cirebon
-
Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC),
-
Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon (UNTAG)
-
Universitas
Perjuangan Tasikmalaya (UNPERTAS)
-
Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS)
IV. Sejarah
Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari KerajaanTarumanagara.
Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak
tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi
(yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian
besar menceritakan para raja Tarumanagara. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara,
kekuasaan di bagian barat Pulau Jawadari
Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan
Sunda. Salah satu
prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal
dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribukota di Pakuan Pajajaran
(sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh
menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan
Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota
Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak.
Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri
dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon
dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan
Banten.Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu,
meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan
keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk
mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda
Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan
Demak.
Pada saat Surawisesa menjadi
raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian
pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal,
ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses
untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk
perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan
tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di
tepi Ci
Liwung. Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah
dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan
aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang
dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan
aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531
dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan
Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon. Dari tahun 1567 sampai 1579,
dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda
mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun
1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibukota
Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman
pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara)
jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai
digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia
Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu
sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi
Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925,
digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan,
sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di
sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh
penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai
bahasa ibu.
1 Januari 1926 merupakan awal adanya sistem
pemerintahan di Jawa Barat pada masa kolonial Belanda. Yang pertama kali
memperjuangkan pembentukan sistem pemerintahan di Jawa Barat ke pemerintah
Kolonial Belanda adalah para tokoh perjuangan yang ada seperti Oto Iskandar di Nata, Husni
Thamrin, Tjokroaminoto dan tokoh lainnya. Usulan itu
diterima pemerintah kolonial Belanda, ada sekitar 45 orang pribumi, 20
diantaranya tokoh Sunda yang terlibat dalam pemerintahan provinsi Jawa Barat
kala itu. Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi
Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai
hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia,
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini
disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai
perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
V. Pemerintahan
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Pusat pemerintahan
|
1
|
Kabupaten Bandung
|
Soreang
|
2
|
Kabupaten Bandung Barat
|
Ngamprah
|
3
|
Kabupaten
Bekasi
|
Cikarang
|
4
|
Kabupaten
Bogor
|
Cibinong
|
5
|
Kabupaten
Ciamis
|
Ciamis
|
6
|
Kabupaten Cianjur
|
Cianjur
|
7
|
Kabupaten Cirebon
|
Sumber
|
8
|
Kabupaten
Garut
|
Tarogong Kidul
|
9
|
Kabupaten Indramayu
|
Indramayu
|
10
|
Kabupaten Karawang
|
Karawang
|
11
|
Kabupaten Kuningan
|
Kuningan
|
12
|
Kabupaten Majalengka
|
Majalengka
|
13
|
Kabupaten Pangandaran
|
Parigi
|
14
|
Kabupaten Purwakarta
|
Purwakarta
|
15
|
Kabupaten
Subang
|
Subang
|
16
|
Kabupaten Sukabumi
|
Palabuhanratu
|
17
|
Kabupaten Sumedang
|
Sumedang
|
18
|
Kabupaten Tasikmalaya
|
Singaparna
|
19
|
Kota
Bandung
|
Bandung
|
20
|
Kota
Banjar
|
Banjar
|
21
|
Kota
Bekasi
|
Bekasi
|
22
|
Kota Bogor
|
Bogor
|
23
|
Kota
Cimahi
|
Cimahi
|
24
|
Kota
Cirebon
|
Cirebon
|
25
|
Kota Depok
|
Depok
|
26
|
Kota
Sukabumi
|
Sukabumi
|
27
|
Kota
Tasikmalaya
|
Tasikmalaya
|
Kabupeten/ Kota
Penting dan Memegang Peranan Sebagai Kota Industri dan Perdagangan :
- Kota Bandung
- Kota Bandung
-
Kota Bogor
-
Kota Bekasi
-
Kota Depok
-
Kota Tasikmalaya
-
Kota Cimahi
- Kabupaten Cirebon
- Kabupaten Cirebon
-
Kabupaten Padalarang
-
Kabupaten Sumedang
-
Kabupaten Purwakarta
-
Kabupaten Cikampek
-
Kabupaten Cianjur
VI. Bandung dan Semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955
VI. Bandung dan Semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955
Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT
Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung)
adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia,
Myanmar (dahulu Burma),
Sri Lanka (dahulu Ceylon),India dan Pakistan dan
dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung
Merdeka, Bandung,Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama
ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika
Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari
setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi
ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan
kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang
Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika
Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai
antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap
kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan
kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak
mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian
Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian
tertuang dalam apa yang disebut Dasasila
Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi
perdamaian dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan
prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan
Non-Blok pada 1961.
Pertemuan Kedua 2005
Untuk memperingati lima puluh tahun sejak
pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika
telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari
pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50
tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga
ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New
Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang
Baru), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang
lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk
memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia
dan Afrika.
Ketiga
Pertemuan Ketiga 2015
KAA ke-60 dilaksanakan di 2 kota yaitu
Jakarta pada 19-23 April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi
"Asia-Afrika Bussiness Summit" dan "Asia-Africa Carnival".
Tema yang dibawa Indonesia dalam acara yang akan dihadiri 109 pemimpin negara
dan 25 organisasi internasional tersebut adalah peningkatan kerja sama
negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.
ENSIKLOPEDI LAINNYA
Terkini Indonesia
Terbaik Indonesia
Travelling
Kita